Sebuah torture porn itu jelas bukan film yang universal, dalam artian tidak mungkin semua orang akan menyukai film tersebut layaknya film-film horor "biasa". Ukuran sebuah film horor bisa dikatakan bagus ya apabila film itu bisa menakuti penontonnya dan meski tingkat kesulitan untuk dibuat takut tiap-tiap orang itu berbeda, tetap saja jika sebuah film horor memang mampu memberikan kengerian yang luar biasa maka mayoritas penonton akan mengatakan film tersebut bagus. Film macam The Exorcist misalnya, hampir semua orang akan setuju itu adalah sebuah film horor yang bagus. Kenapa bisa demikian? Karena tidak peduli masalah selera penontonnya, film horor semacam itu hanya akan menimbulkan impact takut atau tidak takut bagi penontonnya. Lain halnya dengan film horor yang mengusung torture porn sebagai jualannya. Film macam itu menampilkan adegan penyiksaan sadis dan penuh darah untuk menakuti penontonnya. Disinilah selera para penonton mulai bermain. Para pecinta adegan penyiksaan pasti akan jatuh cinta dengan torture porn yang sadis dan penuh adegan penyiksaan. Tapi bagi yang tidak, mungkin tetap akan merasa seram tapi lebih kearah seram yang muak dan benci akan filmnya. Sehingga bukan kepuasan yang dihasilkan karena berhasil dibuat seram tapi kebencian terhadap film yang dianggap memuakkan tersebut. Jadi jangan heran jika sebuah torture porn dari Prancis berjudul Martyrs ini mendapat tanggapan yang amat beragam dan bertolak belakang satu sama lain.
Kisahnya dibuka dengan adegan seorang gadis cilik yang tubuhnya terlihat penuh luka berlari seolah kabur dari sesuatu. Adegan lalu berpindah ke sebuah panti asuhan dimana kita akan tahu bahwa gadis tersebut bernama Lucie (Jessie Pham) dan dia memang baru saja kabur dari tempat ia diculik dan disiksa oleh orang tak dikenal. Disana Lucie bersahabat dengan Anna (Erika Scott). Kejadian itu ternyata berdampak pada pribadi Lucie yang menjadi paranoid bahkan seringkali ia merasa diteror oleh sesosok makhluk menyeramkan seperti monster. Lalu ceritanya melompat menjadi 15 tahun kemudian dan menyoroti sebuah keluarga yang terlihat normal-normal saja dan bahagia. Lalu tiba-tiba kita akan dikejutkan dengan kemunculan wanita misterius yang menembaki keempat anggota keluarga tersebut dengan sebuah shotgun secara brutal. Wanita misterius tersebut ternyata adalah Lucie (Mylène Jampanoï. Ternyata Lucie yakin bahwa orang yang baru saja ia bunuh adalah orang yang dulu menyiksanya. Anna (Morjana Alaoui) yang khawatir Luice salah membunuh orang menyusul kerumah tersebut. Tapi ternyata kisahnya tidak semata-mata hanya mengenai balas dendam Lucie dan teror-teror yang ia alami. Secara pasti Martyrs bergerak kearah yang benar-benar mengejutkan.
Film ini bergerak dengan cepat. Tidak butuh waktu lama bagi film ini menyajikan ketegangan karena sejak menit-menit awal kita sudah akan disuguhi oleh adegan-adegan yang menegangkan sekaligus mengejutkan. Bicara soal menegangkan, Martyrs memang dengan sangat baik mampu memberikan adegan dengan tensi yang cukup untuk membuat penontonnya terpaku pada layar dan menahan nafas untuk menanti adegan demi adegan yang akan terjadi. Tentu saja karena pada dasarnya Martyrs adalah sebuah torture porn, kengerian yang ada dibangun dengan adegan-adegan sadis. Bukan sadis biasa yang asal memuncratkan darah atau potongan tubuh, tapi sadis yang benar-benar membuat penontonnya ngilu. Bahkan hanya dengan visual yang ditampilkan film ini juga bisa membuat saya merasa ngilu dan merinding dibuatnya. Tapi tidak lupa juga film ini melakukan pendekatan lewat suasananya yang dibangun cukup menyeramkan baik itu lewat gambar maupun scoring. Sedangkan berbicara soal kejutan, Martyrs memang adalah sebuah film dengan twist yang berlapis. Setiap beberapa degan selalu diakhiri dengan kejutan yang menyambungkan ke adegan berikutnya. Ya, ini adalah film yang akan membuat penontonnya berkata "what the f*ck" menyikapi kejutan dan kesadisan yang ditampilkan.
Tapi film ini baru akan memperlihatkan wajah sebenarnya pada 40 menit terakhir (durasi filmnya sekitar 85 menit) dimana kita baru akan disuguhi arah sebenarnya dari film ini. Jujur meskipun seram dan penuh kejutan, selama 45 menit pertama saya masih belum bisa merapa jelas sebenarnya akan kearah mana film ini berjalan. Tebakan-tebakan saya mengenai ending-nya diluar dugaan sudah terjawab pada pertengahan film. Pada 40 menit terakhirnya itu jugalah kelebihan dan kekurangan Martyrs muncul bersamaan. Disatu sisi kita akan dibuat cukup terkejut dengan kandungan sesungguhnya dari film ini yang menyoroti tentang sebuah perenungan mengenai eksistensi dan rasa ingin tahu manusia tentang dunia yang diluar jangkauan mereka. Tapi disisi lain, film ini juga akan berganti haluan menjadi sebuah torture porn total yang sayangnya dieksekusi dengan kurang menarik. Sebuah torture porn yang baik tidak hanya menghadirkan kesadisan tapi juga bagaimana penyiksaan tersebut dilakukan . Saw dengan berbagai macam jebakan kreatifnya tidak pernah membosankan dalam menyiksa, sedangkan Martyrs seringkali hanya melakukan pengulangan pada adegan penyiksaannya.
Tapi Martyrs tidak hanya asal menyiksa tokoh-tokohnya. Film ini punya aspek yang seringkali dilupakan film-film torture porn yaitu bagaimana membuat penonton terikat dengan karakternya. Seringkali film macam ini terlalu asyik mengumbar kesadisan yang mana hal itulah yang seringkali membuat orang mengatakan film torture porn sama sekali tidak berkelas dan berkualitas. Tapi dalam Martyrs kita tidak hanya dibuat ngilu oleh adegan sadisnya tapi juga dibuat sesak dan bersimpati pada tokohnya. Meski adegan penyiksaan di 40 menit terakhir itu tidak terlalu kreatif tapi siapa yang tidak merasa kasihan dengan obyek penyiksaan tersebut? Apalagi saat ada adegan "penyiksaan babak terakhir" yang bagi saya terasa mengenaskan sekali melihat nasib sang karakter. Pada akhirnya Martyrs memang menuai pro dan kontra mengenai kualitasnya. Bahkan penggemar torture porn mungkin ada yang kurang menyukainya karena adegan penyiksaan yang urang menarik selama 40 menit terakhir. Saya akui itu tapi saya cukup menikmatinya, karena sekali lagi Martyrs tidak hanya berisi adegan seram yang membuat merinding dan ngilu tapi juga punya isi didalamnya. Sayangnya kedalaman cerita dan perenungan film ini cukup tenggelam oleh kesadisan yang jadi senjata utama. Tapi overall ini adalah sebuah sajian yang menegangkan, menyeramkan, banyak menyimpan kejutan serta rasa sakit dan menyimpan kepedihan dan sisi tragis tersendiri.
sip sip :)
BalasHapusjadi pingin nonton :D
-Epik-
BalasHapusMasih sadisan Hostel kaya nya hehe
Wow
HapusUntuk endingnya gua masih bingung, kenapa si emak tua malah budir?
BalasHapusTerlalu banyak omong dan banyak bacot km, nertele2 dan membuat kata2 yg sllu di ulang yg sebetulnya kagak penting juga
HapusKeren felix, kamu paling sineas & paling jago mereview
Hapuskurang seru asu
BalasHapusrating banh
HapusKasian sama temen nya si lucie,anna malah jadi korban,dikuliti pula🥹
BalasHapus