Satu lagi film omnibus lokal bertemakan horror rilis tahun ini setelah sebelumnya ada Takut: Faces of Fear yang rilis tahun 2008 dan FISFIC yang rilis tahun 2011 lalu. Meski begitu saya belum merasakan sebuah keberhasilan dalam kedua omnibus tersebut seperti apa yang saya rasakan pada omnibus horror yang baik seperti dua film Phobia. Dalam kedua omnibus tersebut sangat terasa bahwa kelemahan terbesar adalah tidak mampunya membangun tensi dengan durasi yang singkat. Khusus untuk FISFIC kelemahan jelas terasa pada bujet yang kecil dan para sineas yang masih belum cukup berpengalaman. Tapi kedua omnibus tersebut punya satu kesamaan, yakni segmen terbaik terletak di bagian paling akhir dan sama-sama dibintangi oleh Shareefa Danish. Jika di Takut: Faces of Fear dia muncul dalam Dara yang nantinya akan dibuat film panjangnya, Rumah Dara, sedangkan dalam FISFIC dia tampil di segmen Taksi. Dalam Hi5teria sendiri ada lima judul film horror yang disutradarai oleh lima sutradara yang bisa dibilang masih baru dimana mereka ada yang baru memulai debutnya dan ada juga yang pernah menyutradarai film pendek. Apakah hasilnya memuaskan?
PASAR SETAN
Film pembuka ini bercerita tentang dua orang pendaki gunung yaitu Sari (Tara Basro) dan Zul (Dion Wiyoko) yang sama-sama tersesat di Gunung Lawu setelah keduanya terpisah dari rekan-rekan mereka. Setelah secara tidak sengaja bertemu akhirnya mereka memutuskan saling membantu untuk keluar dari sana. Tapi ternyata keduanya menjumpai pengalaman mistis, yakni memasuki Pasar Setan yang selama ini memang sudah menjadi sebuah urban legend diantara para pendaki gunung. Konsep yang cukup menarik dan bisa dibilang "sangat Indonesia". Tapi apa daya eksekusinya sangat kurang. Film pembuka dalam omnibus bagi saya pribadi memang sebaiknya yang tidak terlalu intens tapi sanggup mengikat penonton. Namun Pasar Setan berjalan terlalu membosankan, monoton dan jauh dari kesan menegangkan. Saya tidak mempermasalahkan fakta bahwa Pasar Setan yang jadi judul tidak tampil gamblang karena pada dasarnya itu adalah sebuah misteri yang mungkin tak akan pernah terungkap. Tapi sayangnya film ini gagal membuat misteri tersebut menarik. Film ini sempat membaik saat mengungkap fakta di akhir. Tidak terlalu mengejutkan tapi dikemas dengan baik. Sayang semuanya kembali hancur saat sosok Dion Wiyoko muncul menutup film ini dengan begitu basi. Segmen terburuk dalam Hi5teria.
1.5/5
WAJANG KOELIT
Kembali sebuah segmen yang menampilkan unsur Indonesia yang cukup kental. Filmnya bercerita tentang seorang wartawan asing bernama Nicole (Maya Otos) yang sedang meneliti mengenai kebudayaan Wayang Kulit di daerah Jawa Tengah. Nicole begitu tertarik pada pertunjukkan tersebut, apalagi semua yang terlibat dalam pertunjukkan adalah wanita termasuk sang dalang. Nicole yang tertarik untuk tahu lebih jauh justru menemukan sebuah tusuk sanggul milik salah seorang wanita yang terlibat dalam pertunjukkan tersebut. Tanpa ia sadari hal itu akan membawanya pada teror yang kental dengan aroma mistis. Setelah sdibuka dengan yang terburuk, Hi5teria justru lanjut dengan segmen terbaik. Konsepnya kreatif dalam memilih unsur mistis yang berkaitan erat dengan budaya yang ada. Musik yang mengiringi filmnya juga kental unsur tradisionalnya dan mampu menambah ketegangan. Mungkin kengeriannya tidak pernah sampai titik tertinggi tapi setidaknya masih lumayan dibanding mayoritas segmen yang ada. Selain itu ending-nya juga cukup baik.
3.5/5
KOTAK MUSIK
Farah (Luna Maya) adalah gambaran orang modern yang skeptikal terhadap hal-hal berbau mistis.Dia juga melakukan penelitian terhadap penampakan dan tetap tidak mempercayainya walaupun sempat melihat hantu yang ada disana. Dalam penelitian tersebut Farah membawa pulang sebuah kotak musik yang ia temukan. Tanpa ia duga justru benda itu yang akan memberikan teror mistis yang selama ini tidak pernah ia percayai. Kotak Musik punya unsur konflik batin dan psikologis yang kuat dan cukup potensial sebenarnya jika dijadikan film panjang. Hal itu terlihat pada sosok Farah yang skeptikal terhadap hal mistis termasuk agama tapi di sebuah adegan nampak sebenarnya dia tidak 100% yakin akan rasa skeptis yang ia miliki. Sedangkan untuk unsur horornya, Kotak Musik adalah yang paling konvensional dibandingkan segmen yang lain. Penampakan standar film hantu-hantuan yang berusaha mengagetkan penontonnya tapi ditampilkan terlalu sering dan terkadang asal sehingga tidak menciptakan kengerian. Kisahnya juga aneh karena tidak jelas apakah Farah diteror hantu hanya karena membawa kotak musik? Tapi kenapa tiba-tiba ada hantu lain yang ikut muncul? Benar-benar standar yang basi ala horror lokal. Untuk ending jika dilihat sekilas mungkin cukup baik tapi jika ditinjau sebenarnya konyol. Ada juga adegan seks yang amat sangat konyol dan tentu bagi yang sudah menonton akan tahu kenapa. Jika ada hal yang bagus itu hanyalah Luna Maya yang berakting bagus dan enak dilihat secara fisik.
2/5
PALASIK
Palasik adalah sebuah hantu dari kepercayaan adat Minang yang intinya adalah tentang seorang pengantu ilmu hitam yang berusaha mencari kekayaan dari hal tersebut. Ilmu tersebut mampu membuat sang pemiliknya melepaskan kepala dari tubuhnya untuk kemudian terbang mencari korban ibu hamil atau bayi yang masih suci. Mendengar definisi tersebut tentu sudah ketahuan kisahnya akan seperti apa. Palasik berkisah tentang sebuah keluarga yang berlibur ke sebuah villa. Disana sang ibu yang tengah hamil (Imelda Therine) mulai mendapat teror dari palasik. Lagi-lagi sebuah konsep yang menarik dan punya unsur kebudayaan kental. Jika pocong dan kuntilanak bisa dibilang sudah mainstream dalam perfilman horor lokal, maka hantu palasik yang berbentuk kepala melayang dengan tulang atau organ tubuh yang menggantung dibawawhnya bisa menajdi teror baru yang mengerikan. Ya, saat hantu itu muncul pertama dengan sekelebat memang cukup mengerikan dan mengagetkan. Tapi saat diekspos dengan efek yang amat buruk dan konyol kengerian itu semua hilang dan nampaknya hal itu membuat hantu palasik tidak akan membuat produser film tertarik membuat filmnya karena untuk menampilkannya harus dengan efek. Bandingkan dengan pocong yang tinggal pakai kain putih. Walaupun Imelda Therine bermain baik sayang karakternya seringkali bertindak bodoh layaknya karakter film horor klise. Adegan pertamanya cukup menjanjikan tapi sayang keseluruhannya tidak terlalu mengerikan. Bahkan ending-nya juga terasa lemah.
2.5/5
LOKET
Sebuah film penutup dari omnibus selalu saya harapkan sebagai yang terbaik. Loket sendiri punya konsep yang cukup unik yaitu tentang seorang wanita penjaga loket parkir (Ichi Nuraini) yang bertugas sendirian di malam hari. Saat itulah dia mulai mendapatkan teror yang mengerikan. Mulai dari kemunculan hantu perempuan tua (Bella Esperance), melihat sosok dirinya sendiri yang lain, sampai gangguan-gangguan lainnya. Sangat menarik melihat sebuah film yang ber-setting hanya di tempat yang terbatas seperti Loket ini. Misterinya tersusun dengan baik, teroronya juga cukup menegangkan dengan klimaks yang intens. Penampilan Ichi Nuraini dan Bella Esperance juga maksimal. Apalagi Bella Esperance yang begitu mengerikan sebagai sosok hantu wanita tua. Segmen ini bisa saja jadi yang terbaik dalam Hi5teria andaikan punya ending yang lebih baik lagi. Jika dikatakan mengejutkan mungkin lumayan meskipun sedikit tertebak, tapi saya tetap merasa penyajiannya terlalu maksa dan ganjil.
3/5
OVERALL: Pada akhirnya memang Hi5teria kurang berhasil menyajikan sebuah suguhan omnibus horror yang masuk kategori bagus, dan mayoritas terasa lemah jika sudah sampai tahap eksekusi. Tapi jika melihat konsep dasar ceritanya, kelima segmen dalam film ini semuanya cukup unik dan segar. Selain itu mayoritas juga punya unsur kebudayaan atau urband legend cukup kental yang mana hal itu adalah nilai lebih bagi sebuah film lokal khususnya horror yang mulai melupakan sentuhan tersebut. Selain itu niat menyajikan sebuah horror yang murni horror tanpa ada esek-eseknya atau komedi jayus jelas patut dihargai. Sayangnya sekali lagi film tidak seperti kehidupan nyata dimana jika sudah berniat baik namun belum sempat melakukan maka mendapat pahala, karena dalam film niat baik saja tanpa eksekusi baik tetap kurang.
Waduh, 2.5/5 ya... kerendahan ga tuh.
BalasHapus