David Cronenberg punya berbagai fase dalam karirnya. Yang pertama dan paling lekat dengan dirinya adalah fase body horror saat ia membuat film-film seperti Videodrome dan The Fly. Kemudian fase kedua adalah fase thriller dengan judul-judul macam Eastern Promises dan A Histroy of Violence Meski berbeda, film-film thriller Cronenberg masih mempunyai DNA dari karya-karya lawasnya. Barulah pada era 2010-an, Cronenberg seolah total bertransformasi meninggalkan jati dirinya sebagai master of body horror dengan banyak membuat drama khususnya drama satir. Dimulai dengan A Dangerous Methods dan dilanjutkan dengan Cosmopolis, sang sutradara seolah "melembut" meski dalam dramanya masih ada keanehan dan jiwa-jiwa yang tersiksa. Pada karya terbarunya yang berjudul Maps to the Stars ini dia pun masih menampilkan sebuah drama satir, atau lebih detailnya drama satir tentang kehidupan orang-orang di Hollywood. Film ini juga menjadi kolaborasi kedua secara beruntun antara Cronenberg dan Robbert Pattinson setelah Cosmopolis. Selain Pattinson banyak nama-nama besar lain seperti Mia Wasikowska, John Cusack, serta Julianne Moore yang berhasil menyabet penghargaan aktris terbaik dalam Cannes Film Festival 2014 lewat perannya disini.
Maps to the Stars berkisah tentang beberapa karakter yang tengah berjuang dalam kehidupan mereka di L.A. Agatha (Mia Wasikowska) adalah seorang gadis muda yang baru saja sampai di L.A. dan berusaha mendapatkan pekerjaan disana. Setibanya di L.A. ia menyewa limusin yang disupiri oleh Jerome (Robert Pattinson). Meski hanya seorang supir limo, Jerome sendiri punya mimpi untuk menjadi aktor sekaligus penulis naskah. Sedangkan Agatha akhirnya mendapat pekerjaan sebagai asisten pribadi dari Havana (Julianne Moore) atas referensi dari Carrie Fisher. Havana adalah seorang aktris senior yang karirnya mulai tenggelam. Untuk menghidupkan karirnya lagi, ia berambisi mendapatkan peran sebagai ibunya sendiri dalam sebuah film biopic yang tengah dalam pengembangan. Havana yang merasa mendapat pelecehan dari sang ibu sampai saat ini terus dihantui oleh sosoknya. Kemudian ada Benjie (Evan Bird) seorang aktor remaja berusia 13 tahun yang sering membuat sensasi dan tengah berusaha memperbaiki karirnya setelah lepas dari ketergantungan narkoba. Sedangkan ayah Benjie, Dr. Stafford (John Cusack) adalah seorang terapis terkenal yang punya banyak klien selebritis termasuk Havana. Keluarga Benjie sendiri mempunyai sebuah rahasia tentang masa lalu mereka yang berkaitan dengan menghilangnya si anak perempuan.
Seperti yang telah saya singgung, drama dari Cronenberg tetap akan terasa aneh. Mirip dengan Cosmopolis, Maps to the Stars punya alur yang mendapat sentuhan sureal serta karakter-karakter yang sering terasa gila. Untungnya Cronenberg sudah memperbaiki salah satu kekurangan dalam Cosmopolis berkaitan dengan karakter yang terlalu "dingin" dan tidak terasa seperti seorang manusia. Dalam film terbarunya ini, semua karakternya jelas manusia, hanya saja manusia gila yang mewakili banyak insan perfilman Hollywood. Mungkin Cronenberg dan penulis naskah Bruce Wagner tidak menunjuk secara spesifik siapa saja yang mereka sindir, tapi jelas tiap-tiap karakternya mewakili berbagai macam tipe selebritas Hollywood, terserah penonton pada akhirnya mau mengasosiasikan karakter siapa dengan sosok nyata yang mana. Tapi sayangnya meski sudah berhasil menjadikan karakternya sebagai manusia dan menjadikan mereka sebagai sindiran, naskah tulisan Bruce Wagner tetap tidak terasa kaya. Sindiran yang diwakili karakternya hanya berakhir di permukaan saja, seperti aktor remaja cari sensasi, seorang motivator yang justru gagal membangun keluarganya, seorang supir limosin pemimpi dan aktris yang mulai tenggelam, semuanya ada tapi kurang mendalam. Semuanya tertutupi oleh pengemasan absurd David Cronenberg.
Style yang digunakan Cronenberg memang memberikan keuntungan sekaligus kerugian disini. Keuntungannya adalah berhasil memberikan daya tarik yang unik terhadap alurnya. Dimasukkannya karakter "hantu" dan behavior karakternya yang beberapa kali terasa ekstrim memang berhasil mencengkeram penonton, tapi kekurangannya, semua hal itu membuat eksplorasi karakternya jadi tertutupi, kalah menarik. Sangat disayangkan karena materi dan tokoh-tokoh dalam film ini punya potensi besar dan cakupan yang cukup luas untuk membawa penontonnya mengamati mereka yang memendam sisi gelap dalam diri masing-masing. Satir yang diniati tertuju pada selebritis Hollywood juga kurang terfokus khususnya berkaitan dengan sosok Agatha. Memang kehadiran Agatha punya kaitan dengan satir yang ditujukan kepada salah seorang karakter, tapi disaat Agatha justru mendapat porsi yang jauh lebih besar, pada saat itulah Maps to the Stars lebih terasa sebagai satir keluarga dibandingkan satir dunia selebritis. Untungnya, lagi-lagi ada hal yang menyelamatkan film ini dari kejatuhan setelah gagal memaksimalkan satirnya. Selain pengemasan unik Cronenberg dan hal-hal cukup ekstrim yang memberikan daya tarik cukup kuat, ada akting bagus para pemainnya yang turut menyelamatkan film ini.
Olivia Williams dengan porsinya yang tidak terlalu besar sanggup mencuri perhatian khususnya saat ia mengalami breakdown menjelang akhir. Hal yang sama terjadi pada John Cusack meskipun saya merasa jika Viggo Mortensen jadi memerankan Dr. Stafford hasilnya akan lebih baik. Pattinson sebagai pemuda dengan mimpi besarya punya juga lumayan, meski patut disayangkan porsinya minim karena karakter Jerome bisa saja menjadi breakthrough bagi Robert Pattinson jika ia adalah karakter sentral. Mia Wasikowska tidak buruk hanya saja kurang mendapat momen untuk unjuk gigi kualitas aktingnya, dan meninggalkan Julianne Moore sebagai bintang utama dari Maps to the Stars. Penghargaan best actress yang ia terima di Cannes tahun ini memang pantas ia dapatkan. Kita bisa merasakan dengan jelas bagaimana karakter Havana yang mulai mendapat tekanan luar biasa akibat berbagai hal yang mengganggunya mulai dari karir sampai trauma masa lalu. Saya suka "kegilaan" para karakternya, dan saya juga suka sentuhan sureal yang sedikit dimasukkan oleh Cronenberg, tapi saya kurang terikat dengan sindirannya, yang ironisnya adalah tujuan utama dari dibuatnya Maps to the Stars.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar