Belum tentu, bahkan jarang seseorang menikahi cinta/pacar pertamanya. Maka siapapun harus menerima fakta bahwa ada orang lain memadu kasih dengan pasangan hidupnya, jauh sebelum mereka bersama. Tapi biar bagaimanapun, kembalinya mantan kekasih tetap akan menimbulkan problema dalam rumah tangga. Bahkan walaupun ia tidak kembali secara langsung, seperti yang dialami sepasang suami-istri, Geoff (Tom Courtenay) dan Kate (Charlotte Rampling). Keduanya hanya tinggal berjarak satu minggu dari pesta perayaan 45 tahun pernikahan mereka. Semestinya hari-hari akan diisi kesibukan persiapan, seperti mencari baju, memilih daftar lagu untuk pesta, atau menyiapkan romantic speech bagi pasangan.
Namun disaat Geoff mendapat berita bahwa jenazah Katya, mantan kekasihnya yang tewas 50 tahun lalu di pegunungan Alpine telah ditemukan dalam kondisi utuh, justru pertanyaan mengenai cinta keduanya lah yang hadir. Tidak hanya Kate dan Geoff, penonton pun dibawa ikut mempertanyakan perasaan mereka. Presentasi dari Andrew Haigh selaku sutradara tidak dipenuhi ledakan emosi, melainkan observasi menyeluruh berdasar interaksi karakter. Pada awalnya Kate mencoba menerima, dengan anggapan mantan kekasih yang telah mati tidak akan mampu mencederai pernikahan yang telah berlangsung hampir setengah abad. Tapi seiring berjalannya waktu, keberadaan Geoff semakin memudar. Tubuhnya hadir, tapi hatinya jelas bukan disana. Saat itulah keraguan dalam diri Kate (juga saya) bertambah kuat.
Adaptasi dari cerita pendek berjudul "In Another Country" karya David Constantine ini dipaparkan penuh kesubtilan. Andrew Haigh piawai merangkum sekumpulan adegan sederhana yang tidak gamblang menuturkan pesan, tapi cukup kuat membuat penonton memahami perasaan karakter. Semisal bed talk saat Geoff bercerita tentang masa lalunya dengan Katya pada Kate. Haigh secara bergantian menangkap ekspresi keduanya dari dekat. Kita melihat Geoff bercerita sambil menerawang, tampak begitu meresapi tiap memorinya akan si mantan kekasih. Sedangkan Kate hanya diam menatap suaminya. Tapi itu bukan diam sebagai bentuk atensi, melainkan penuh pertanyaan sekaligus kegundahan hati. Hanya memalui satu adegan itu saja, kita mendapat petunjuk mengenai perasaan keduanya.
Demi mewujudkan itu diperlukan akting kuat khususnya dari Charlotte Rampling, karena tokoh Kate berfungsi menjembatani penonton dengan sisi emosional narasi. Serupa dengan cara alurnya berjalan, akting Charlotte Ramping pun menyiratkan tanya serta kekuatan emosi tanpa membuthkan letupan besar. Kisa dapat jelas melihat bagaimana Rampling menekan segala kegundahan yang dirasakan oleh Kate. Dia bagaikan gunung berapi yang menahan erupsi secara paksa, sehingga saya sebagai penonton sampai merasa tercekik menyaksikan emosi berkecamuk yang ditekan tersebut. Membuat penonton memahami perasaan karakter melalui akting subtil jauh lebih sulit daripada lewat penyampaian eksplosif, so yes, Charlotte Rampling clearly deserves her first Oscar nomination.
"45 Years" dengan alur lambat dan ketiadaan dramatisasi berlebih jelas membuatnya bukan merupakan tontonan semua orang. Terlebih filmnya termasuk lambat panas. Opening berisi Geoff dan Kate menerima berita penemuan jenazah Katya memang engaging, tapi setelah itu intensitasnya sempat turun, dan baru kembali mencengkeram tatkala Kate mulai mempelajari beberapa fakta mengejutkan. Film ini memang dipenuhi kejutan dan mampu memberikan tamparan terhadap ekspektasi anda, yang mana sejalan dengan kondisi dua protagonis. Kate dan Geoff memang telah menikah selama 45 tahun, tapi kenyataannya masih banyak yang belum mereka ketahui tentang si pasangan. Bahkan itu termasuk perasaan mereka terhdap satu sama lain.
Film ini bukan tentang keberpihakan kita pada situasi yang dialami Kate atau Geoff, melainkan sebatas cermin realis akan konflik suatu hubungan, dan bagaimana seseorang bersikap menghadapinya. Setiap respon serta perbuatan karakternya masuk akal, sebagaimana pada umumnya seseorang bersikap (khususnya wanita) saat menghadapi konflik dalam hubungan. "45 Years" penting ditonton oleh pasangan yang hendak/telah memasuki fase hubungan "lebih serius". Dari sini anda akan belajar mengenai "quality over quantity" dalam hubungan. Ukuran berapa lama suatu pernikahan tidak jadi soal, yang tepenting bagaimana suatu pasangan saling terbuka demi menghadapi konflik, khususnya "the ghost of girlfriends past".
Baru san nnton, dan mmang sgt lambat alurnya.. But overall, ini film benar2 "menampar" buat pasangan generasi muda kayak saya.. 😁
BalasHapusFinal Scene yang "gitu aja" tapi memberikan bekas yang cukup dalam. Emosionl dan Kompleks 3 menit akhir itu
BalasHapus