Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, pada kesempatan kali ini izinkan saya mengajak anda sekalian merenung. Kita selalu menyalahkan para sineas karena membuat suguhan jelek yang mencoreng nama perfilman tanah air. Kita kerap mencemooh kualitas film Indonesia, menuding para pembuatnya tidak becus berkarya. Banyak dari kita enggan menonton film dalam negeri bersenjatakan alasan tersebut. Kita selalu berujar kenapa, kenapa dan kenapa. Tapi pernahkah suadara-saudaraku penonton film Indonesia berintrospeksi, bahwa kita turut berperan serta atas terciptanya komedi kelas rendah macam "Humor Baper" ini?
Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, pada Jumat malam lalu, tepatnya tanggal 7 Oktober 2016, saya bersama belasan orang lain menonton debut penyutradaraan Ali Pare yang juga diproduseri oleh KK Dheeraj alias KKD yang sebagaimana kita semua kenal merupakan satu dari dua orang yang pantas menyandang gelar kebesaran "Baginda" selain Nayato Fio Nuala. Sekedar informasi, "Humor Baper" ini sebelumnya mengusung judul "Pokemon (Pokoke Move On)", dan bisa ditebak pembuatannya beriringan dengan fenomena Pokemon GO. Seperti biasa, indera penciuman Baginda KKD memang tajam mengendus peluang bisnis.
Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, sungguh saya terkejut sekaligus sedih mendapati respon para penonton terhadap film ini. Mereka tertawa lepas. Bukan sekali dua kali, melainkan hampir di setiap lelucon yang filmnya tawarkan. Mereka menertawakan tingkah Rojali (Cermen), pria annoying dengan signature dialogue "may laapliii", yang merupakan panggilan sayangnya kepada Laila (Damita Argoebie). Rojali dan Laila akhirnya menikah, tapi di malam pertama, setelah memasukkan obat tidur dalam susu milik Rojali dan kedua orang tuanya, Laila mencuri semua harta benda lalu kabur. Ternyata, Laila beserta keluarganya bukanlah keluarga sungguhan, melainkan penipu dengan modus operandi menikahi pria kaya guna mengeruk harta mereka pasca pesta pernikahan.
Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, sungguh saya bersedih hati. Bersedih mendengar gelak tawa penonton walau paparan komedinya bukan saja bodoh sekaligus tak lucu, namun dihantarkan secara menyebalkan oleh cast-nya. Imrpovisasi Joe P Project berpotensi jadi penawar andai disunting, tidak seluruhnya diikutkan dalam film. Selain Joe lainnya gagal. Cermen menyebalkan, begitu pula Botay BMX yang satu-satunya alasan di-cast hanya untuk pertunjukkan skill bersepeda tak substansial, sedangkan Opie Kumis seperti biasa lebih banyak marah-marah.
Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, kesedihan saya tidak berakhir sampai di situ. Saya sedih karena para penonton lain amat terhibur, tanpa peduli naskah karya Ammara Jian enggan mempedulikan akal sehat. Komedi memang tak harus logis, namun cerita seenaknya milik "Humor Baper" bukan bertujuan menciptakan kejenakaan situasi melainkan murni hasil ketidakpedulian pula sikap menggampangkan sang penulis. Kisah con artist berbalut twist, prosedur investigasi kepolisian, bahkan unsur sederhana macam pernikahan dipaparkan tidak masuk akal. Semudah itukah penipuan dilangsungkan? Apakah ada polisi menginterogasi tersangka di lokasi dan di depan mata korban? Pertanyaan lain masih banyak tersimpan, dan naasnya para penonton bagai tidak ambil pusing.
Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, dapatkah anda bayangkan betapa tersiksanya saya mengetahui "Humor Baper" berlangsung selama 100 menit lebih? Banyak komedi buruk, tapi mayoritas berjalan tidak mencapai 90 menit, sadar akan kemiskinan ide mereka. Namun film ini seenaknya memanjangkan alur, bahkan saat beberapa kali film sudah bisa (dan harus) diakhiri. Pada akhirnya saya tak bisa menghujat tawa penonton lain, karena terbentur pendapat bahwa komedi sifatnya subjektif film secara umum pun demikian. Namun memandang jika "Humor Baper" jelas buruk di tiap sisi, marilah saudara-saudaraku penonton film Indonesia tidak begitu saja menyalahkan para filmmaker jika selera masyarakat memang sebatas ini.
Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID
kembali ke selera kang rasyid kalo komedi
BalasHapuscemen kan juara suca 1 , itu sudah mewakili berarti penonton tv tercinta bnyak yg menyukai lawakannya, makanya bisa jd main char di film ini
yg nonton sih paati ga jauh dr penggemar atau setidaknya yg sudah nnton cemen di tv, jd selera humornya sama
kalo kita yg detail memperhatikan setiap sudut film sih kadang merasa salah besar nonton film beginian
Cemen di sini sama suca beda, di sini ngeselin :D
Hapuskalo emang ngeselin, saya ikut kesel aja deh
Hapuskalo emang ngeselin, saya ikut kesel aja deh
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskalo film jelek banyak yg menggilai sudah jelas, azrax contohnya
HapusAzrax itu so-bad-it's-good, kalau Humor Baper mah bad aja :D
HapusKecewa sm filmnya apa penontonnya mas Rasyid....hahaaaa...
BalasHapusFilmnya kok, saudara-saudaraku penonton film Indonesia tidak pernah mengecewakan hahaha
HapusKata kata yang dirahmati oleh tuhannya banyak banget. Hihiii
BalasHapusNonton kelar solat Jumat, masih kebawa khotbahnya :D
HapusMantaps setengah bintang..apakrn ad bang joe p..
BalasHapusYap, one-linernya dia bagian terbaik film ini
HapusTuh kan sudah kubilang, pasti ngakak baca review-nya
BalasHapusDamn! haha
HapusBang kalo ditung-itung film Indonesia yang dapet score jelek disini diitung dari awal taun dah berapa ya? :'^)
BalasHapusYang dapet di bawah rating 2 so far 26 judul :)
HapusWowww :^)
HapusYang tabah bang, kaget juga uda sebanyak itu :(
BalasHapusOh tenang, pasti tambah
HapusSabar, Taat, Ikhlas (Dialog Mim dalam Film 3) ya Bang Rasyid ..... Penonton film kita sebagian memang begitu :)
BalasHapusSabar bang ane tw perasaan ente, duduk 100 menit namun tak suka apa yg dtonton :(
BalasHapussemoga makin kedepan makin maju perfilman indonesia.
LOL....
BalasHapusngakak baca ginian.
Ada gak yang nilainya 0??
HapusCek aja di tag "trash" :)
HapusSaya nekat nonton ni film karena penasaran ama new kkd. Yup, kkd udah mendingan gak separah dulu.
BalasHapusPenonton di studio tempat ane nonton juga pada ketawa sementara ane cuma ketawa 2 kali sisanya enggak. Durasi ni film serasa lama banget lebih lama dari Titanic.
Habis nonton ni film, ane nyerah gak mau nonton film vividsm komedi indo lagi di bioskop ampe-ampe film toko sebelah kena skip��