11/01/17

LA LA LAND (2016)

0 View
Selain julukan bagi Los Angeles di mana film ini bertempat, "La La Land" dapat pula bermakna kondisi di luar realita. Pernyataan apabila seseorang berada di "La La Land" pun bisa diartikan ia meyakini akan terwujudnya suatu hal yang dianggap mustahil, dengan kata lain mimpi atau cita-cita. Karya lanjutan Damien Chazelle pasca kesuksesan "Whiplash" meraih lima nominasi Oscar (memenangkan tiga di antaranya) ini memang bertutur tentang mimpi, tentang cinta, tentang hidup. Masih mengusung kecintaannya terhadap jazz, Chazelle menghidupkan kembali musikal tradisional yang lewat lagu-lagunya membuai, menenggelamkan penonton dalam imajinasi dan romantisme. 

Setelah adegan musikal pembuka penuh keceriaan, warna-warni kostum, serta pengadeganan yang bakal membuat anda terperangah memikirkan cara Chazelle dan kru merealisasikannya, "La La Land" mempertemukan dua tokoh utamanya. Sang wanita adalah Mia Dolan (Emma Stone), memendam mimpi menjadi aktris namun selalu gagal audisi dan terpaksa bekerja di sebuah cafe. Sedangkan sang pria, Sebastian Wilder (Ryan Gosling) punya obsesi pada jazz tradisional, berharap memiliki klub jazz sendiri meski kenyataan berkata lain, memaksanya memainkan lagu-lagu natal di restoran milik Bill (J.K. Simmons). Lalu sebagaimana takdir bekerja, kebetulan selalu mempertemukan, perlahan menyatukan keduanya.
Tagline-nya berbunyi "Here's to the fools who dream", dan kenyataannya cerita "La La Land" memang digerakkan oleh impian, termasuk percintaannya. Naskah garapan Chazelle menempatkan Mia dan Sebastian di posisi serupa, yakni pengejar mimpi yang disudutkan realita. Sama-sama berstatus perantau pula, keduanya jatuh hati tatkala mendapati kemiripan situasi tersebut. Kondisi ini mendorong berseminya benih cinta bisa dimaklumi, terlebih saat mereka mampu menyokong impian masing-masing. Mia merasa karya seninya butuh penikmat (dia peduli komentar orang lain), sebaliknya Sebastian bersikap peduli setan akan semua itu. Chazelle menegaskan justru perbedaan pola pikir ini yang mengikat mereka, memunculkan proses saling mengisi dan melengkapi.

Di bawah arahan Damien Chazelle, musik dimanfaatkan sebagai ekspresi tiap rasa khususnya emosi positif. Chazelle memilih merayakan tiap momen, di mana situasi tak menyenangkan (kemacetan, perpisahan, kegamangan hati) pun urung digiringnya ke nuansa kelam. Selalu ada sisi positif yang ditekankan lewat keramaian suasana hingga tata busana serta ragam latar warna-warni dalam rangkaian musikalnya. Imajinasi Chazelle tumpah ruah, menjadikan tiap musical sequence bak realisasi mimpi indah. Di mata Chazelle, romantika membawa sepasang kekasih terbuai, serasa terbang, melayang bersama bintang, dan tidak perlu kemegahan untuk menunjukkan manisnya cinta, cukup tap dance berpasangan sambil mencari mobil prius dengan langit ungu L.A. sebagai latar. Camerawork Linus Sandgren berperan besar mewujudkan imaji mempesona itu. Almost every shot is a cinematic heaven
Mengambil banyak inspirasi dari judul-judul klasik macam "Singin' in the Rain", "The Band Wagon", hingga "The Umbrellas of Cherbourg", Damien Chazelle telah mengingatkan betapa sinema  terlebih musikal  beperan  mengekspresikan pula merayakan cinta, menebarkan kebahagiaan. Pendekataan ini menjadikan "La La Land" penting disaksikan semua kalangan terlebih mengingat dunia makin membutuhkan suntikan energi positif. Chazelle menegaskan hakikat sinema sebagai jendela realita sekaligus pusat pemuasan fantasi para penontonnya. 

Menyempurnakan musikal yaitu lagu-lagu gubahan Justin Hurwitz yang takkan memakan waktu lama sebelum meraih status instant classic. "Another Day of Sun" mewakili euforia dan ambisi penuh semangat para pengejar mimpi, "City of Stars" menawarkan alunan lirih personal yang mengekspresikan interaksi hangat dua sejoli dimabuk asmara, "A Lovely Night" mengembalikan ingatan atas iringan lagu musikal klasik Hollywood. Sementara itu Mandy Moore mengkreasi koreografi yang mengutamakan ekspresi rasa ketimbang kerumitan skill. Lihat bagaimana Mia bergerak mengikuti alunan piano Sebastian di klub. Tentu semuanya telah ditata, tapi kesan ekspresif nan jujur amat terasa. Tidak semua orang piawai menari, namun gerak tubuh merupakan salah satu ekspresi emosi, that's the main point of Moore's choreography here.
Gosling dan Stone menjalin chemistry menyengat yang memudahkan penonton jatuh cinta pada pasangan ini. Berkat itu, perbincangan sederhana memiliki nyawa, celotehan humor (semisal saat Sebastian mendapati Mia membenci jazz) menghangatkan suasana. Serupa tokoh yang diperankan, akting mereka pun saling melengkapi. Ryan Gosling cenderung bermain gestur, entah saat memainkan topi meresapi kesenduan atau beberapa (tepatnya tiga kali) respon kekagetan menggelitik. Sebaliknya, Emma Stone mengandalkan ekspresi wajah. Chazelle kerap menggunakan close-up, menangkap utuh ekspresi sang aktris yang sanggup meluapkan amarah sambil menorehkan senyum. 

Sepanjang durasi saya tersenyum lebar, sesekali pula tersentuh menyaksikan perjalanan cinta dan mimpi filmnya. Lalu hadir 10 menit konklusi penghancur benteng emosi ketika Chazelle memberi akhir bittersweet yang mendefinisikan hidup. Bahwa hidup terdiri atas serangkaian peristiwa, termasuk momen tak menyenangkan berupa kegagalan yang membuat kita berandai-andai "what if it worked out?". Tapi hidup memang demikian dan terus bergerak maju, membiarkan cinta dan mimpi terekam sebagai memori abadi, bagian proses kehidupan. Kental dramatisasi, tapi di situ poinnya, saat cinta didramatisir untuk dirayakan dalam imaji berupa sinema. Bodohkah bila kita terhanyut? Yes, but read the damn tagline again. Bersama senyuman Mia dan Sebastian selaku penutup, solid pula status film ini sebagai musikal terbaik masa kini. "La La Land" is love, "La La Land" is dream, "La La Land" is life. 

55 komentar :

  1. Sangat pantaskah bila film ini mendapat nilai 5 dan layak ditonton?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tonton dan buktikan :)

      Hapus
    2. Nonton dimana mas?Apakah sudahada di bioskop?

      Hapus
    3. Udah dari Selasa :)

      Hapus
    4. Akan saya pastikan sendiri. Thanks mas. :)

      Hapus
  2. melting baca review-nya... exuberant cinema experience...

    BalasHapus
  3. Nonton ini kemaren. Tapi, kalau tiap ngomongin film ini, bawaanya merinding mulu. Btw, Damien Chazelle apanya Damien Dematra ya? Haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, sampai sekarang keinget ending-nya juga masih nangis saya.
      Njir itu jangan dibawa-bawa :D

      Hapus
  4. Btw Whiplash kemarin menang empat Oscars sepertinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiga kok (Supporting actor, Editing, Sound Mixing)

      Hapus
  5. Udah prnh nonton drishyam (2015) bang? Keren bgt filmnya. Kalo udah ksh review dong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nontonnya udah lama, udah lupa haha.

      Hapus
  6. Well, antara Manchester by The Sea, Moonlight, dan La La Land ini yang gua rasa bakal dapet best pictures oscars.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling besar kemungkinan emang ini & Moonlight

      Hapus
  7. Yeyyy akhirnya pecah bintang 5.....

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bisa di atas 5 juga bakal dikasih buat ini

      Hapus
  9. Nonton di xxi jalan solo, satu studio pada tepuk tangan di beberapa scene dan di ending (termasuk saya).Terakhir ngerasain satu studio tepuk tangan (selain di acara film festival) pas dulu the Raid dan the Raid 2. Beberapa orang juga ikut menghentakkan kaki di musical sequence nya (termasuk saya). Im not a big fan of musicals but i really really enjoy this movie san that bittersweet ending bener-bener keren. Pantes ini dikasih 5 bintang :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah senang ya, saya di Empire XXI nangis sendiri, tepuk tangan sendiri haha

      Hapus
  10. Sebenarnya saya bkn penggemar genre musikal,tapi ini sepertinya akan jadi pengecualian..

    Tadi emng berencana utk nonton bareng istri,tapi brhubung (mnurut saya)blm ada film yg menarik akhirnya batal..seandainya saya baca review ini tadi sore mungkin film ini akan trbAwa kedalam mimpi saya malam ini..thanks bro atas review2 yg selalu berkualitas dn beda dr yg lain....saya fans blog anda

    BalasHapus
    Balasan
    1. I'm not a big fan of musical too, but "La La Land" is exceptional.
      Wah thanks ya, tersentuh bacanya. Thanks sudah menyempatkan mampir :))

      Hapus
  11. Awalnya kaget kok film begini langsung nongol di bioskop, yaudah langsung dikejar. Takut keburu ilang Dan pas nonton, hanya sekitar 10 orang aja, tapi yg paling penting adalah Semuanya tentang (m)impian hehehe... Sempat kesulitan nemuin kata2 untuk film. Pokoknya awasome deh, gk kira dikasih 5 bintang.

    BalasHapus
  12. Salah satu pengalaman menonton film terbaik.
    Ngomong2, kapan nih best movie 2016 nya bang ? Atau nunggu Moonlight sama Manchester by the sea dulu ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2-3 hari lagi. Nggak kok, semuanya ditonton tahun 2016, masih susah nentuin peringkat 1, ada 2 film :)

      Hapus
  13. Oscar kali ini kayaknya bakal membosankan. Gak ada persaingan yang berarti. Yang diunggulin cuma La La Land sama Moonlight.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya dari tahun ke tahun selalu top 2 kok, tahun lalu aja anomali, persaingan 4 film. Masalah tahun ini adalah penonton bakal kurang familiar sama nominee, mayoritas film kecil yang belum rilis luas.

      Hapus
  14. Chazelle telah membuktikan dirinya sebagai writer/director yang bagus. Jangan sampai ia terseret ke film blockbuster. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Blockbuster nggak apa, asal bener & ada waktu belajar kayak Villeneuve

      Hapus
  15. Perfect bgt. Cerita, akting, sinematografi keren abis. Untung buru2 nonton. Dan sempat nangis juga menjelang akhir

    BalasHapus
  16. Apa film ini worth-watching movie seperti Eye In the Sky yang bang Rasyid kasih 5 bintang? Hehe

    BalasHapus
  17. Saya nangis 4x nonton film ini. Pertama waktu adegan yg indah banget di planetarium (?), kedua krn gak tega liat Sebastian main organ di konser, ketiga waktu Ema diaudisi nyanyi the fools who dream, keempat waktu senyum dan anggukan kepala terakhir Sebastian dan Mia 😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan khawatir, tiap musikal masuk saya nangis kok :D

      Hapus
  18. Keren banget emang nih film. Musik dan koreografinya bener-bener mengalir mengikuti jalannya cerita. Emang pas dikasih bintang 5!

    BalasHapus
  19. Nih film dpt 5 Oscar, Pantes klo rating-nya tinggi.
    Oh ya.. karena film musikal, jd ingat pingin nanya tentang Bollywood. Adakah film Bollywood yg dpt 5 bintang disini??
    Yg aku tau cuman Dilwale 4,5 bintang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nominasi Oscar tahun ini belum diumumin ya :)

      Bollywood belum ada

      Hapus
  20. Damien Chazelle belum genap berusia 35 tahun, tapi sudah melahirkan dua karya gemilang (WHIPLASH dan LA LA LAND), sepertinya bakal jadi the next Christopher Nolan, sutradara spesialis film-film ★★★★★

    BalasHapus
  21. Waw serupa Singin In The Rain. Film musikal terbaik buat saya, meski sebenarnya gak terlalu demen musikal, harus nonton weekend ini neh. Sinopsis dan Jalan Cerita Film

    BalasHapus
  22. Adegan planetarium nya memorable bangett

    BalasHapus
  23. What a review.. Mas..

    BalasHapus
  24. Baru selesai nonton film ini, cinematography nya keren sekali apalagi yg di planetarium. Tp saya msh belum ngerti knp mia & sebastian bisa gak sama" pada akhirnya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apes kebaca kisah endingnya ahahahahhaha *nangiissssssss

      Hapus
  25. Setelah menahan diri tak membaca review La La Land dari reviewer2, akhirnya bisa tenang membacanyaa sekarang karena sudah nontooon. Baca review mu bikin merinding, baca tiap paragraf setuju sangat dan he'eh2 sendiri. Sangat banyak scene juara nyaaa. Ini paket lengkap sih buat musikal dan kehidupan dan percintaan. Bener2 dari awal sampai akhir credits pun nyentuh bangeet. Seneng banget dan diakhiri dengan mendengar gumaman "City of Stars" nya Emma Stone. Melting x")

    BalasHapus
  26. Reviewnya bagus mas, gaya penulisannya luwes, bener-bener mampu membuat orang tertarik menonton

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, semoga bisa membantu jadi referensi :))

      Hapus
  27. Cuma mau tanya, maaf kalo saya kurang mengerti akan bittersweat..
    Cuma kenapa di ending mia n sebastian gak pasangan ? Malah si mia nikah n punya anak dengan pria lain ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emmm ya karena mereka putus lalu melanjutkan hidup :)

      Hapus
  28. Habis nonton film ini keinget ending film anime 5cm per second, cuk pahiiit ��

    BalasHapus
  29. Anonim7:49 PM

    Sejujurnya film itu emang bener bener menggambarkan kehidupan,

    Tapi yang paling penting, selama ini pola pikirku untuk menjalani hidup adalah melawan sesuatu yang kayak endingnya la la land, emang meskipun endingnya mereka sama sama udah berhasil meraih mimpi, apa yaudah gitu aja mereka bahagia meskipun harus saling berpisah?
    Apa mereka bahagia?
    Sedikit dilema, mereka gak menyerah sama mimpinya tapi menyerah dengan kisah cinta mereka?

    BalasHapus
  30. Ketika pertama kali nonton ini dibioskop, hal yang gue katakan setelahnya adalah "Damien Chazelle adalah percampuran antara genius dan ambisiun, karya yang 'hampir' gak ada celah untuk di kritik"
    Film yang sukses bikin deg-deg an sampe rumah, dan gak bosen untuk ditonton berulang kali. bahkan sampe baca reviewnya berbulan-bulan kemudian, hanya untuk bilang "setuju sama mereka"

    yaa, ini karya yang luar biasa

    BalasHapus
  31. Nah skrng bg Rasyid apa nih best movie of all time nya? La La Land or Pulp Fiction?

    BalasHapus