Sebuah pesawat kertas melayang di
atas awan, diiringi lagu Rehat milik
Kunto Aji yang mengeset keseluruhan mood Nanti
Kita Cerita Tentang Hari Ini (damai, agak puitis, sesekali sendu, terkadang
hangat), membuka film panjang kesebelas sutradara Angga Dwimas Sasongko ini,
yang merupakan adaptasi novel berjudul sama buatan Marchella FP. Menurut Angga,
inilah karyanya yang paling membanggakan. Pernyataan itu beralasan. Mengingatkan
akan gaya Hirokazu Koreeda, Angga menangani materi yang oleh sutradara lain
mungkin bakal digiring ke arah tearjerker
menjadi sajian slice of life bernuansa
kontemplatif bertema keluarga yang tetap mudah dinikmati kalangan luas.
Pasangan suami-istri, Narendra (Oka
Antara) dan Ajeng (Niken Anjani) sedang menyambut kelahiran puteri bungsu
mereka, Awan. Tapi ketimbang kebahagiaan, kesedihan justru terpancar. Kemudian
kisahnya melompat menuju beberapa tahun kemudian, kala ketiga buah hati
Narendra dan Ajeng (kini diperankan Donny Damara dan Susan Bachtiar) telah
beranjak dewasa. Walau keluarga ini sekilas bahagia, tampak betul Narendra
menganakemaskan Awan (Rachel Amanda). Disuruhnya Angkasa (Rio Dewanto) si anak
sulung menjemput adiknya tiap pulang kerja, sedangkan Aurora (Sheila Dara) si
anak kedua lebih gemar mengurung diri di studio, membuat benda-benda seni
kontemporer.
Dampaknya, Angkasa kerap
terdistraksi dan tak berkesempatan mengejar kebahagiaannya sendiri; Aurora
merasa dikesampingkan; pun Awan mulai jengah dikekang. Bahkan Awan sampai harus
berulang kali terlibat pertengkaran dengan ayahnya kala mulai menjalin
kedekatan dengan Kale (Ardhito Pramono), rekan Angkasa sekaligus manajer band
idolanya. Apa alasan Narendra begitu mengatur anak-anaknya? Mengapa sebegitunya
ia “menjaga” Awan? Apakah semata karena Awan puteri bungsu? Beberapa flashback yang sesekali muncul, akan
pelan-pelan mengupas alasannya, meski jika memperhatikan, jawaban itu bisa anda
dapat sedari momen pembuka.
Ditulis oleh Angga bersama Jenny
Jusuf (Filosofi Kopi, Critical Eleven,
Mantan Manten) dan Melarissa Sjarief, naskahnya sanggup menjadikan deretan
kilas balik tersebut media mengokohkan pondasi penokohan. Dorongan suatu
perbuatan maupun sikap hingga perasaan yang dirahasiakan, terpapar secara subtil
namun jelas. Subtil. Nanti Kita Cerita
Tentang Hari Ini tidak menganggap penontonnya bodoh. Kita diseret oleh
dinamika kisah yang oleh Angga dialirkan dengan penuh kesabaran, dibiarkan
merasakan ketimbang disuapi, sehingga kisahnya makin kaya dan bisa dimaknai
berbeda oleh masing-masing penonton.
Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah tentang dinamika
kompleks antara anak sulung, tengah, dan bungsu. Pun ini juga soal kebebasan
dalam hubungan, baik itu bersifat romansa atau di lingkup keluarga. Ini juga
mengenai impian, kebahagiaan, bahkan menyentil perihal patriarki, dan
maskulinitas di mana ayah sebagai kepala keluarga senantiasa mengatur,
sedangkan anak laki-laki (apalagi kalau berstatus putera sulung) harus jadi
yang paling kuat. Sampai akhirnya film ini memperlihatkan bahwa kedua laki-laki
yang awalnya tampak lebih meledak-ledak itu malah jauh lebih rapuh dibanding
para perempuan yang sebelumnya dituntut atau memilih diam.
Naskahnya pun jeli mengolah dialog,
melahrikan sederet kalimat quotable yang
puitis, tapi tetap terdengar kasual. Poin tersebut senada dengan nuansa yang
dibangun Angga melalui pengarahannya. Ditemani kombinasi pilihan lagu-lagu sang
sutradara yang seperti biasa meneduhkan pula enak didengar (Rehat, Lagu Pejalan, Awal & Akhir, Fine
Today), juga sinematografi garapan Yadi Sugandi (Petualangan Sherina, Athirah, Ada Apa Dengan Cinta 2) yang mampu menggali
ruang personal dalam interaksi manusia, Angga memamerkan kepekaannya, melalui
pengadeganan yang mengutamakan keintiman tanpa banyak menerapkan “rekayasa”
teknis seperti scoring mendayu
misalnya.
Bahkan setelah memasuki third act, yang sejatinya merupakan
parade peristiwa-peristiwa penguras air mata selaku payoff yang memang pantas penonton dapatkan selepas menyaksikan
fragmen-fragmen keseharian sederhana selama lebih dari 90 menit. Di tangan
Angga, jajaran pemain mendapat panggung unjuk gigi. Duet Oka Antara-Niken
Anjani mengobrak-abrik perasaan di latar masa lalu; Donny Damara dan Rio
Dewanto sebagai ayah-anak menyiratkan kerapuhan di balik kerasnya karakter
masing-masing; Sheila Dara melanjutkan rentetan kegemilangannya dalam
judul-judul produksi Visinema melalui keheningan menusuk; Rachel Amanda akan
menarik simpatimu; dan saat Susan Bachtiar memecahkan kediamannya, di situlah
film ini meledakkan pesan empowerment-nya.
Berkat mereka semua, Nanti Kita Cerita
Tentang Hari Ini membuka 2020 secara hangat.
Oot bang.
BalasHapusKira2 parasite menang best picture Oscar gak ya?
Peluangnya ada. Kandidat terkuat masih OUATIH tapi
HapusMas Rasyid,
BalasHapusNyangka nggk sih hari pertama film NKCTHI ini full house di bioskop mana saja, nggk cuman di Jekardah loh..
Saya yakin semua nggk bakal nyangka..
Dari pihak bioskop saja hari pertama tayang hanya menyediakan studio² kecil..
Hari kedua sudah disediakan studio besar dan menengah..
Apa karena promo MTix 15 rebu?
Minta pendapat sampeyan nggih mas 😀
Tapi setelah membaca review dari Mas Rasyid, sepertinya hari senin harus nuntun nih film..
WoM bagus, plus promo, plus faktor X yang nggak bisa saya sebutin di sini
Hapusfaktor X-nya karena anak indie dan pecinta senja plus kopi kah?? hhehe
HapusSaya kira bakal dikasih 4,5 bintang kayak Surat Dari Praha bang.
BalasHapusAdakah kemungkinan End Game bakal menang Best Picture?
BalasHapusNope, skip hampir semua precursor oscar jauh di bawah Black Panther, tapi masih mungkin dapet nominasi PGA. Genre superhero yg terjamin masuk cuma Joker.
HapusKalau Endgame palingan masuk nominasi efek visual
Hapusbukunya bukan novel deh mas, macam kumpulan quote gitu
BalasHapusYg sering nonton filmnya Visinema pasti tau ada easter egg nya...
BalasHapusMas Rasyid,
BalasHapusAkhirnya kemaren nuntun NKCTHI.. 😀
Klo soal nangis² masih "lebih nangis" di film Keluarga Cemara..
Malah adegan di Dua Garis Biru lebih bisa membuat nangis, hehehehe..
Kayanya Susan Bachtiar masih terlalu muda buat jadi ibu nya Rio Dewanto ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤
Menurut gw, NKCTHI kok biasa aja yah..
Menghibur sih..
Maaf yak subjektif..
Betewe, yang jadi pacarnya Angkasa siapa yak mas?
Putri Marino emg ga jadi main di sini ya mas? Atau saya yg missed nontonnya?
BalasHapusGw ga ngerti . Kenapa mereka persoalin anak ke 4 yg mati pas bayi. Padahal kan 15+ tahun lebih dah berlalu.
BalasHapusSakitnya nggak bisa dibayangin lah kehilangan anak itu
HapusSebenarnya gw gak terlalu suka alasannya knp si ibu memilih diam, apakah sedemikian trauma kah?
BalasHapusTp jujur pertahanan gw pecah jg saat adegan Si Bapak nyium nisan anaknya diiringi lagu gak tau judulnya apa... damn ini teajeker bgt mirip sensasi yg gw dapatkan saat nonton Ode to My Father... pecah diending
Bukan soal trauma atau gimana, itu sentilannya Angga ke patriarki
HapusSeneng rasanya bisa lihat si Candy sekeren itu di layar bioskop. Sejak ia muncul lagi di film Trinity setelah 8 tahun sejak film Kata Maaf Terakhir, sy tahu itu akan jadi titik balik Amanda di layar lebar.
BalasHapusBtw entah kebetulan atau nggak, pemeran ayah sama ibu muda sama2 driver OK Jek dan pemeran Angkasa dan Aurora kecil sama2 "santri" Kun Anta. *info ga penting.