Diproduksi oleh PT Demi Gisela Citra Sinema milik Deddy
Mizwar (juga menjadi aktor utama), tidak sulit menebak film seperti apakah Sejuta Sayang Untuknya. Naskah buatan Klik!
Wiraputra Basri, yang selama ini menulis sinetron Para Pencari Tuhan, berusaha menyelipkan sentilan sosial hampir di
tiap kesempatan. Satu-dua kali memang menggelitik, tapi setelah beberapa kali
(atau untuk Deddy Mizwar, bertahun-tahun), kesan repetitif tak terhindarkan.
Deddy Mizwar memerankan aktor senior bernama Aktor Sagala
(ya, saya tidak salah tulis). Walau sudah puluhan tahun menggeluti dunia seni
peran, keberuntungan belum berpihak padanya, yang hanya diberikan peran
figuran. Tapi Aktor adalah sosok pantang menyerah nan idealis. Begitu idealis,
ia membuat satu coretan di lemari, setiap menerima pekerjaan yang berorientasi
uang, alih-alih demi “berkontribusi pada seni peran”. Total 253 coretan sudah
dibuatnya.
Aktor sungguh jago bicara, gemar melontarkan kalimat bernada
motivasional, bahkan mengutip kata-kata Aristoteles. Begitu jago, ia bisa memakai
kata-kata nyeleneh guna mengelak saat diminta membayar hutang. Sentuhan menarik
khas Deddy Mizwar sejak Naga Bonar (1986),
yang menjauhkan filmnya dari kesan “penderitaan tiada akhir” ala poverty porn. Berkat itu pula, sang protagonis,
meski tetap penuh kebaikan, bukan manusia
suci nan sempurna.
Aktor terlilit banyak hutang akibat tak kunjung mendapat
peran utama. Dia terus ngotot, walau sang puteri, Gina (Syifa Hadju),
mendorongnya agar mencari pekerjaan tetap. Padahal kesulitan finansial tersebut
turut mempengaruhi Gina, yang kesulitan mengikuti trial ujian akibat tak memiliki handphone
dengan koneksi internet. Bukan cuma eksploitasi kemiskinan, persoalan “handphone Gina” juga merupakan kritik
yang relevan terhadap kebijakan-kebijakan menggelikan, yang dewasa ini makin
memberatkan rakyat.
Kondisi finansial, ditambah keengganan melihat sang ayah
terus membanting tulang, membuat Gina menolak untuk melanjutkan ke bangku
kuliah, yang tentu saja amat ditentang oleh Aktor. Sejuta Sayang Untuknya bukan cuma menyoroti rumah Gina, pula
kehidupan sekolahnya, yang melibatkan Wisnu (Umay Shahab), yang getol ingin
mendekatinya. Entah dengan tujuan apa naskahnya menambahkan karakter Doni (Edbert
Einstain) sebagai saingan cinta (tak sepadan) bagi Wisnu. Apalagi sebuah
potensi konflik yang dipicu oleh Doni langsung disingkirkan, sesaat setelah
dimunculkan.
Syifa dan Umay menghadirkan interaksi yang nyaman disimak,
berkat kemampuan membuat kalimat-kalimat yang “lebih tua dari usia mereka”
terdengar natural. Sedangkan Deddy Mizwar dengan mulus memainkan figur ala Naga
Bonar. Ketiganya merupakan dinamo penggerak Sejuta
Sayang Untuknya, tatkala alurnya berkutat di formula melodrama, serta gagal
memberi daya tarik lebih. Kita cuma pasrah, ikut bergerak mengikuti arus,
sambil menunggu ending, ketika
masalah finansial dua protagonisnya terselesaikan, dan mereka akhirnya bisa
berdamai dengan keadaan, juga satu sama lain.
Beruntung, di kursi penyutradaraan, Herwin Novianto (Tanah Surga...Katanya, Aisyah: Biarkan Kami
Bersaudara) tak tergoda untuk membuat filmnya selalu tampil mengharu biru.
Kesederhanaan dipertahankan, setidaknya sampai klimaksnya, yang alih-alih jadi
titik puncak emosi, malah terkesan menggelikan, tidak peduli seberapa keras
Deddy dan Syifa berjuang menjual momen tersebut. Sedangkan gagasan mengenai “pencapaian
anak adalah piala untuk ayah” memang problematik, namun penyampaian yang
menekankan pada kasih sayang anak terhadap ayah membuatnya bisa lebih diterima.
Available on DISNEY+
HOTSTAR
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar