29/04/21

REVIEW - NOBODY

0 View

Merasa premis "mantan pembunuh turun gunung untuk membalas kematian anjingnya" sudah menggelitik? Derek Kolstad selaku penulis trilogi John Wick, kembali menuturkan kisah mengenai balas dendam seorang pria. Tapi alih-alih nyawa seekor anjing, kali ini giliran sebuah gelang kucing yang lenyap. Bob Odenkirk memerankan protagonis yang lepas kontrol, menghabisi sekelompok mafia Rusia, sambil berteriak, "Give me the goddamn kitty cat bracelet!". 

Bangun pagi, membuang sampah, sedikit berolah raga, melakukan pekerjaan membosankan di pabrik milik ayah mertua. Demikianlah rutinitas monoton Hutch (Bob Odenkirk). Hanya ada satu variasi. Terkadang ia melewatkan kedatangan truk sampah, sehingga ditegur sang istri, Becca (Connie Nielsen). Pernikahan keduanya tidak lagi harmonis selama beberapa tahun terakhir. Meski masih seranjang, mereka tidur dengan memasang bantal-bantal sebagai sekat pemisah.

Suatu malam, dua perampok bersenjata menyatroni rumah Hutch. Puteranya, Blake (Gage Munroe), berhasil menyudutkan salah satu perampok, namun Hutch malah menyuruh Blake membiarkan mereka pergi, membuatnya dianggap pengecut oleh si sulung. Tapi saat ia curiga gelang kucing kepunyaan Sammy (Paisley Cadorath) si puteri bungsu turut dicuri oleh para perampok, Hutch menolak tinggal diam. Hutch segera melakukan misi pencarian serta pembalasan, tanpa sadar bahwa aksinya menyulut amarah Yulian (Aleksei Serebyakov), seorang sosiopat keji sekaligus bos mafia Rusia. 

Tentu tidak mengejutkan sewaktu nantinya terungkap jika Hutch (dan salah satu karakter pendukung) bukan pria biasa. Justru itulah yang dinanti. Momen di mana para penjahat sadar, justru nyawa mereka yang terancam akibat membahayakan keluarga tokoh utama. Kolstad tahu penonton amat menantikan titik balik tersebut, sebisa mungkin menahan protagonisnya unjuk gigi, kemudian baru melepaskannya ketika antisipasi penonton memuncak. Hasilnya memuaskan, sebab Nobody tidak memeras semua energi sejak awal, tidak pula berlama-lama menyimpannya. 

Baku hantam perdana terjadi dalam sebuah bus. Menariknya, Hutch tak langsung mendominasi. Pada akhirnya ia unggul, namun setelah melewati perjuangan mati-matian dengan luka di sana-sini. Selain alasan realisme (sejago apa pun dia, Hutch sudah belasan tahun hidup damai sebagai family man), sekali lagi ini menunjukkan keengganan Nobody mengerahkan seluruh amunisi sejak awal. 

Semua bertahap, sebagaimana Odenkirk menangani karakternya, dari seorang pria paruh baya yang tidak nyaman dengan kehidupannya, lalu perlahan menanggalkan topengnya meski tetap dibarengi keraguan, sebelum akhirnya menggila, menikmati ketika melepas semua kepura-puraan tersebut. Satu elemen yang kurang tertata rapi adalah klimaks, termasuk proses menuju ke sana, yang terkesan buru-buru. Bahkan mungkin banyak penonton mengira filmnya masih berada di second act, sebelum menyadari baku tembak brutal yang membuat Hutch bak gabungan John Wick dan Rambo itu merupakan puncak aksi.

Mengawali debut penyutradaraan layar lebar lewat Hardcore Henry (2015) yang dikenal berkat keunikannya menerapkan sudut pandang orang pertama ala video game, Ilya Naishuller membuktikan lagi kapasitasnya selaku sutradara aksi penuh inovasi. Dibarengi barisan musik beraneka genre (jazz, rock & roll, dll.) yang sempurna membangun suasana, Naishuller merangkai aksi dengan beragam variasi senjata (dari tali tas sampai perangkap mematikan buatan sendiri), pula kebrutalan yang ditangani secara cerdik. Hard hitting, namun bukan asal sadis (penonton Indonesia tidak perlu khawatir urusan sensor). 

10 komentar :

  1. film ini benenr2 di luar dugaan. nonton ini dengan ekspektasi nol. begitu adegan bus di mulai, adrenalin berubah seketika. sayang ending nya cauurr, dimaklumi klo melihat akan ada sekuel. soundtracknya jg keren2 nih.

    BalasHapus
  2. Kalo saya kasih rate 4 bintang dari 5 reasonable ga yaa mas?

    Tapi menurut mas nya, film ini tuh memorable dan ikonik ga sih seperti john wick?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Reasonable atau nggak ya bukan di berapa bintang, tapi gimana memandang filmnya. Stars don't matter :)

      Hapus
  3. Dari seorang pengacara kriminal (Saul Goodman) berubah menjadi seorang pembunuh aestetik penuh taktik.

    BalasHapus
  4. Yok bisa yok crossover dgn john wick..

    BalasHapus
  5. Anonim8:00 PM

    Menurut saya adegan aksi dan keseruannya serta jalan cerita lebih menarik film ini daripada John Wick. Keanu Reeves kurang menggigit. Sorry Keanu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nope. John wick masih juara kalo soal aksi dan eksekusi. Kalo plot boleh setuju seruan nobody unik memang. Karena john wick juga lebih monoton

      Hapus
  6. Kalau menurut mas rasyid sendiri, lebih seruan mana antara nobody dengan hardcore henry? Kebetulan gw suka hardcore henry

    BalasHapus
  7. Kayak gabungan John Wick dan sedikit Home Alone..haha.keren!

    BalasHapus