30/04/22

REVIEW - KKN DI DESA PENARI

0 View

Sudah mundur berkali-kali sejak rencana awal penayangan 19 Maret 2020, nyatanya KKN Di Desa Penari tetap dibanjiri penonton (angka sejuta bakal dicapai sebelum seminggu). Apa yang membuatnya fenomenal? Utas viral di Twitter yang disampaikan SimpleMan efektif karena ada "kedekatan". Sebab sebelum ini pun, peristiwa mistis di tengah KKN, termasuk yang melibatkan kemesuman mahasiswa, sudah kerap mengisi obrolan. 

Kedekatan itu memudahkan pembaca mengasosiasikan diri dengan nasib tokoh-tokohnya, baik yang jadi "korban langsung", maupun mereka yang terkena dampak perbuatan kawan-kawannya. Kedekatan itu lenyap dari adaptasi layar lebar buatan Awi Suryadi, yang cuma tertarik memvisualkan petikan-petikan tweet SimpleMan layaknya sketsa, ketimbang membangun keutuhan dunianya.

Setelah mendapat persetujuan Pak Prabu (Kiki Narendra) selaku kades, entam mahasiswa menjalankan KKN di sebuah desa terpencil. Nur (Tissa Biani), Bima (Achmad Megantara), Ayu (Aghniny Haque), Widya (Adinda Thomas), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (M. Fajar Nugraha), mulai melaksanakan proker, meski sejak kedatangan sudah mencium aroma ketidakberesan. 

Saya jarang mengharapkan penokohan solid di film horor, tapi tanpanya, kekuatan KKN Di Desa Penari berkurang drastis. Sedikit melompat, film ini mempunyai third act kuat (belongs in a better movie) berisi tarian intens (performa Aghniny Haque yang di sepanjang film biasa saja, tiba-tiba melonjak di titik ini) dan konklusi yang mengincar rasa tragis. Masalahnya, tidak satu pun individu diberi penokohan jelas, interaksi kurang digali, apa yang dikerjakan selama KKN juga entah apa. Sulit terkoneksi dengan karakternya, dan tanpa koneksi, tiada sense of tragedy.

Naskahnya ditulis oleh Lele Laila, yang jadi langganan Awi Suryadi dalam semua keterlibatannya di seri Danur sebagai sutradara. Berkaca dari masa lalu, mudah menebak pendekatan kolaborasi keduanya: kompilasi teror. Naskahnya mengadaptasi utas SimpleMan secara apa adanya, tanpa usaha menjalin penceritaan secara utuh. 

Gaya pengarahan Awi untuk KKN Di Desa Penari cenderung lebih dekat ke Asih ketimbang trilogi Danur. Tempo lambat di awal guna menciptakan atmosfer, sembari menghindari kebisingan jump scareHarus diakui, gaya di atas, ditambah biaya tinggi yang memfasilitasi "hobi" sang sutradara tampil stylish (camerawork, efek transisi), menjauhkan film ini dari kesan murahan. Tapi menjadi percuma tatkala masih menyamakan "alur" dengan "kompilasi teror". 

Sebuah sekuen cocok dijadikan gambaran mengapa KKN Di Desa Penari cocok disebut "kompilasi teror" atau "sketsa horor". Nur dan Widya hendak bergantian mandi. Nur masuk lebih dulu, namun akhirnya mengurungkan niat mandi gara-gara melihat genderuwo. Widya lebih beruntung. Dia sempat mandi (kalau "berkali-kali mengguyurkan air ke satu tempat" bisa disebut "mandi"), sebelum dikunjungi oleh Badarawuhi (Aulia Sarah) si hantu penari. 

Repetisi ala sketsanya makin terasa akibat presentasi setiap penampakan tak seberapa berkesan, walau sekali lagi, biaya tinggi menguatkan kualitas elemen artistik, termasuk tata rias meyakinkan saat Badarawuhi muncul dengan wujud aslinya. 

Hasilnya akan lain apabila di sela-sela waktu tersebut penonton berhasil dibuat terkoneksi dengan tokoh-tokohnya, sekaligus diajak ikut tenggelam dalam pertanyaan serta ketidakberdayaan mereka. Kisahnya selalu lebih menarik tatkala Pak Prabu menyinggung sedikit demi sedikit masa lalu kelam desanya, atau ketika Mbah Buyut (Diding Boneng) berbagi sekilas ilmu mengenai mistisisme. Alias, tersimpan setumpuk potensi berbentuk cerita perihal kepercayaan mistis khas daerah Indonesia, yang dibiarkan terkubur tanpa sering dijamah oleh filmnya. 

25 komentar :

  1. Anonim7:57 PM

    Kayaknya Awi harus jauh-jauh deh dari Lele Laila. Dia sutradara potensial yang selalu gagal bikin film akibat naskah buruk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Horor Awi paling bagus itu Sunyi, dan yes, penulisnya beda. Bisa lebih bagus dari originalnya

      Hapus
    2. Anonim10:04 PM

      Lele Laila bagikan Rocky Soraya dan Riheam Junianti. Rata2 skripmya buruk tp masi dipake trus kwkw

      Hapus
  2. Anonim8:22 PM

    Jadi penasaran yang nulis naskah Ivanna siapa ya bang? Jangan sampe Lele Laila lagi deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya Risa sendiri yang nulis

      Hapus
  3. Anonim9:04 PM

    Kalau ditangani Jokan, bakalan wow ini film!!!

    BalasHapus
  4. Yg salah adalah dulu proyek ini jatuh ke tangan yang kurang tepat, mungkin karena pihak MD lah yang berani bayar paling mahal buat beli lisensinya dari simpleman.

    Coba jatuh ke tangan yg tepat semisal Jokan, Timo, atau yang lainnya. Pasti bakalan beda eksekusinya. Sangat disayangkan.

    BalasHapus
  5. Saya malah curiga emang dari awal ini tuh naskah film MD yang dijadiin thread terlebih dahulu. Kalau viral ya dijadiin film, kayak ini wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jawaban saya cuma "hehehe" aja kalo soal ini

      Hapus
  6. Anonim10:23 PM

    Danur universe dilanjut Kimo, gimana menurut mas, diliat dr trailer cukup menjanjikan meskipun mengingatkan sama Ratu Ilmu Hitam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Looks good. Trik-triknya kelihatan oke

      Hapus
  7. Anonim10:39 PM

    KEREN INI FILM LUMAYAN ISI LIBUR PANJANG....SALAH SATU YANG WAJIB DITONTON...SKOR 75/100

    BalasHapus
  8. Anonim11:07 PM

    Sebenernya gaya penyutradaraan Awi Suryadi tuh oke bgt loh. Tapi sangat disayangkan sekali penulis naskahnya yang kurang oke, coba kalo penulisnya ganti orang lain yg lebih paham sama penulisan naskah atau kalo nggak Awi Suryadi sendiri deh yang nulis naskahnya mungkin bisa lebih wow dari ini.

    BalasHapus
  9. Anonim11:14 PM

    Sumpah adegan mandi ganggu bgt karna cacat logikanya zzzz

    BalasHapus
  10. Aku kira mistis lokal bakalan di tonjolkan ternyata tidak 😔, kangen horor yang ambil tema mistis lokal atau kearifan lokal yang sangat di tonjolkan kek Keramat dulu.

    BalasHapus
  11. Anonim12:49 PM

    1 jam pertama gtu gtu ajah, pas bagian akhir baru deh..lumayan, ini bungnya udah bener deh kasih 2,5 ...pas saya scroll ternyata buruk juga ya..Masi mending kuntilanak...ok hari kedua lebaran nonton kuntil anak 3

    BalasHapus
  12. Anonim1:55 PM

    Beda uncut sama yg gak apa? Silakan spoiler

    BalasHapus
  13. Anonim1:59 PM

    Nganu. Tahun 2009 kok hpnya gede2 layarnya. Plot hole sekali pas dihutan bawa hp ngecasnya gimana

    BalasHapus
  14. Anonim11:00 PM

    FILM KEREN KEARIFAN LOKAL,,,ASLI INDONESIA....ALUR CERITA MENGALIR TANPA DIPAKSA....BIMA MAIN HANYA SEBENTAR TAPI MERUPAKAN TOKOH UTAMA BIANG KEROK HANYA DITONJOLKAN DI SCENE PUNCAK...WAJIB DITONTON.....JUMLAH PENONTON BISA MENCAPAI 6 JUTA LEBIH...KEREN

    BalasHapus
  15. Anonim5:50 PM

    Ceritanya dr awal aja udh ngeselin bang. Intinya cm mw bilang: rajinlah solat, kurang2in ng*we sblm nikah.. kn gtu aja sbnrnya inti ceritanya😳

    BalasHapus
  16. Anonim6:40 AM

    rasanya sedih banget, buat apa bikin cerita yang bagus kalo yang cerita yang seadanya kayak gini aja bisa 4,5 juta penonton. kapan ya bisa nonton film horor Indonesia dengan cerita yang bagus dan keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ronan1:45 AM

      4 Agustus 2022, Pengabdi Setan 2

      Hapus
  17. sarah8:05 PM

    bang bagaimana reaksinya waktu tau film kkn jadi film terlaris sepanjang masa.gue sih seneng ya walaupun gue belum nonton tapi seneng aja kalau film lokal terus naik penontonnya.gue banyak nemu komentar yang kayak di atas "buat apa bikin cerita bagus kalau yang begini aja laku"banyak pula yang ngebandingin sama dr strange.padahal mah dr strange juga ribet harus nonton series kayak wandavision gue suka bilang sama orang-orang itu ribet amat mau nonton.banyak juga yang gak pernah nonton marvel tapi maksain pengen ikut .inget ya orang indonesia kkn sama dr strange itu perang antara film lokal sama film luar bukan perang kualitas.inget (lagi) orang indonesia bukan cuma kualitas film yang harus ditingkatin tapi yang nonton film lokal di bioskop harus ditingkatin juga dong.

    BalasHapus
  18. Anonim11:45 AM

    Kalo karya "meh" gini aja bisa laku di pasaran, maka sudah bisa ditebak kalo penonton kita masih belum cukup memiliki sense of art yang mumpuni buat menikmati karya bagus. Tapi biarlah mereka bahagia dengan pemikiran yang mereka miliki, toh duit beli tiketnya bukan saya yang bayarin :v

    Kalo gue lebih nunggu film nya Park Chan Wook "Decision to Leave".

    BalasHapus
  19. ga nyesel deh pokoknya nonton ini

    BalasHapus