28/06/22

REVIEW - MINIONS: THE RISE OF GRU

0 View

Di lingkup film animasi anak sekarang, tidak ada brand yang lebih kuat dibanding Minions. Jangkauannya luas. Kalangan ekonomi atas hingga bawah, anak laki-laki maupun perempuan, semua kenal gerombolan makhluk kuning ini. Buktinya? Di lapak penjual balon yang meramaikan salat Id, bukan Buzz Lightyear yang bakal anda temukan, tapi Minions. 

Lain cerita bila membicarakan kualitas filmnya. Despicable Me (2010) menebar keunikan, tapi deretan sekuel dan prekuelnya dibuat hanya untuk mendorong para bocah memberi merchandise. Saya pun tak memasang ekspektasi tinggi bagi Minions: The Rise of Gru yang kembali diarahkan oleh Kyle Balda (Minions, Despicable Me 3). 

Kemudian sekuen pembukanya hadir, memperlihatkan Vicious 6, kelompok penjahat bentukan Wild Knuckles (Alan Arkin), dalam upayanya mencuri batu keramat berkekuatan sakti. Belle Bottom (Taraji P. Henson) jadi yang pertama kita temui, beraksi dengan dandanan ala Pam Grier muda, diiringi musik soul funk. Saya pun terkejut. "Minions: The Rise of Gru adalah film blaxploitation???". 

Tidak berhenti sampai di situ, kita pun diperkenalkan pada anggota Vicious 6 lain. Jean Clawed (Jean-Claude Van Damme) dengan cakar lobster, Svengeance (Dolph Lundgren) si skater Stronghold (Danny Trejo) si pemilik tangan besi, dan Nunchuck (Lucy Lawless) si biarawati yang bersenjatakan...well, nunchaku. Nantinya kita pun bertemu Master Chow (Michelle Yeoh), seorang master kung fu yang membantu para Minions. 

Target utama The Rise of Gru masih penonton anak, tapi jajaran pengisi suara berisi ikon-ikon film laga, ditambah estetika serta referensi bagi genre yang populer selama 70-an (blaxploitation, nunsploitation, kung fu, monster, hingga spionase ala James Bond yang dipakai membungkus kredit pembuka), membuatnya juga dapat dinikmati penyuka film berusia dewasa. 

Kenapa 70-an? Sebab filmnya mengambil latar masa itu, ketika Gru kecil (Steve Carell) baru mengawali karir sebagai supervillain. Impiannya adalah bergabung dengan Vicious 6, yang mengadakan audisi anggota baru setelah memecat (baca: mengkhianati) Wild Knuckles. Tentu rencana itu tak berjalan mulus, berujung kekacauan demi kekacauan yang makin tak terkendali akibat tingkah polah Minions. 

Naskah buatan Brian Lynch dan Matthew Fogel tampil dengan pola standar seri Despicable Me. Alur generik, humor hit-and-miss (penonton anak bakal tetap menertawakan polah Minions apa pun itu), pun sentuhan emosi yang tak dikembangkan secara maksimal. Tapi eksplorasi terhadap genre-genre di atas memang jadi pembeda. 

Timbul kesan bahwa meski mengandung kelemahan serupa, The Rise of Gru berusaha tampil segar, bukan asal memproduksi mesin promosi merchandise. Animasinya kreatif, termasuk desain karakter dan properti yang mereka gunakan (terutama kendaraan masing-masing anggota Vicious 6). Ditambah pengarahan cepat Kyle Balda, durasi 88 menit terasa sebagaimana mestinya (Minions yang cuma 91 menit bergulir bak dua jam). Momen-momen yang berlalu begitu saja tanpa kesan berarti masih ada di sana-sini, namun tatkala Minions: The Rise of Gru ditutup lewat klimaks seru ala film kaiju, rasanya kekurangan tersebut bukan persoalan besar. 

4 komentar :

  1. Saya terkesan ama minions malah pas di Descipable Me 1...adegan lagi mau perang..bersorak2 dan salah satu yg bawa roket meluncur krn kepencet..dan kena minion seberangnya...🤣🤣

    BalasHapus
  2. Anonim7:00 PM

    Ada agenda lgtvhd di filmnya? Kan lagi hits sekarang

    BalasHapus
  3. blom sempet nonton astaga, cuma baca dari sini doang :(

    BalasHapus