24/08/22

REVIEW - ROMANTIK PROBLEMATIK

0 View

Romantik Problematik punya sepasang kekasih yang saling melukai, tapi ini bukan Posesif (2017), di mana mereka sepatutnya tak bersatu. Sebuah romansa mengenai dua individu yang mengakrabi penderitaan, tapi ini bukan Radit dan Jani (2008) yang memperlakukannya sebagai hal edgy. Karya terbaru BW Purbanegara (Ziarah, Doremi & You) ini mengusung identitasnya sendiri.

Alisha (Lania Fira) dan Ricky (Bisma Karisma) bukan tipikal karakter yang sering ditemukan di romansa Indonesia. Keduanya tidak bahagia. Tentu mereka memimpikan kebahagiaan (siapa yang tidak?), tapi akibat derita, rasanya impian itu terlampau jauh untuk digapai. Bahkan sekadar coba berpikiran positif bahwa "kelak semua akan baik-baik saja" pun terasa sulit. 

Alisha selalu menyimpan rahasia. "Apakah bercerita bisa menyelesaikan masalah?", begitu ujarnya. Sebaliknya, Ricky ingin pacarnya bercerita. Kadang cenderung memaksa, sampai seolah lupa, bahwa merupakan kewajaran bila sepasang kekasih, bahkan suami istri, memiliki rahasia. Perbedaan tersebut kerap menghadirkan pertengkaran. 

Kondisi Alisha makin pelik selepas ibunya dipenjara. Dia diusir dari kontrakan, penagih utang datang, ia luntang-lantung sendirian tanpa uang. Ricky bersikeras menolong, namun tidak hanya menolak, Alisha terus merespon niat Ricky, yang saat itu baru diputuskannya, dengan dingin. 

Begitulah Alisha. Tidak ramah. Sederhananya, bukan gadis yang bakal dipandang menyenangkan sebagai teman oleh banyak orang. Bukan "friend material" apalagi "romance protagonist material". Di satu titik Alisha pura-pura mengaku mencuri laptop. Alasannya, ia ingin dipenjara bersama sang ibu. Mungkin ada benarnya, tapi bisa jadi itu adalah upaya menyakiti diri sendiri. Seolah berkata, "Orang-orang menganggapku buruk? Oke, aku wujudkan kemauan mereka. Aku memang buruk!". 

Ricky pun serupa. Dia tidak kaya (atau diam-diam kaya). Dia bukan malaikat, bukan pula bad boy yang menyembunyikan kebaikan di balik sikapnya. Dia sering berbuat kesalahan. Titik. 

Romantika Alisha dan Ricky amat nyata. Pasti ada orang atau pasangan seperti mereka di lingkaran pertemanan kita. Sayangnya kisah cinta macam ini kurang mendapat ruang di perfilman karena dirasa kurang "seksi". Dua tokoh utamanya tidak bahagia akibat hantaman realita, yang kemudian berpotensi mempengaruhi kesehatan mental. Mereka dicap "tidak ideal".

Melalui naskahnya, BW Purbanegara kerap menyentil tendensi masyarakat menempelkan stigma. Lalu stigma menjalar ke arah prasangka. Paruh pertamanya dipakai guna menjabarkan persoalan tersebut. Penolakan warga menerima keluarga narapidana tinggal di lingkungan mereka, serta merta menolak lawan jenis berada (bukan menetap) di satu rumah tanpa mau mendengar segala alasan, semua adalah soal prasangka. 

Tapi, biarpun memiliki benang merah dengan gagasan besarnya, kuantitas kemunculan deretan subplot di atas agak terlampau sering. Seolah BW bersikeras menegaskan sesuatu yang sudah cukup jelas. Ditambah beberapa pilihan penyuntingan non-linear yang esensinya memancing pertanyaan karena mendadak tak lagi digunakan, paruh pertama Romantik Problematik kerap terbata-bata bertutur walau kuat secara subteks.

Penampilan dua pemeran utama juga belum konsisten di fase ini. Lania dan Bisma sama-sama masih bergantung pada "hal besar" dalam berakting. Ada kalanya efektif tatkala emosi karakter mereka sedang eksplosif, ada kalanya sesuai keinginan sang sutradara yang sengaja menciptakan adegan teatrikal, namun ada kalanya hadir saat ketersiratan lebih dibutuhkan. 

Barulah di paruh kedua, Romantik Problematik tampil lengkap. Menyoroti perjalanan pasangannya bak suatu road movie, kesan intim dimunculkan. Lania dan Bisma juga nampak lebih nyaman melakoni situasi kasual, yang memudahkan terciptanya chemistry. 

Di paruh inilah Romantik Problematik menekankan poinnya. Alisha dan Ricky berproses mencari jalan tengah. Mereka tidak harus menceritakan segalanya, karena perhatian atau bentuk bantuan apa pun tidak selalu tepat. Tapi mereka juga tidak harus menyembunyikan seluruh cerita, sebab terkadang keberadaan orang lain memang diperlukan.  

Akhirnya terlihat, bagaimana sepasang kekasih yang oleh berbagai pihak disebut "problematik" didasari beraneka prasangka, nyatanya juga bisa menyulut romantisme. Melalui cara mereka sendiri tentunya. Cara yang tak memaksakan senyum atau kepositifan palsu. Romantik Problematik memberi ruang pada romansa yang jarang dibiarkan berbicara.

(Bioskop Online)

Tidak ada komentar :

Comment Page:

Posting Komentar