REVIEW - JAGAT ARWAH

19 komentar

Bayangkan orang mabuk. Tubuh sempoyongan, kurang bertenaga, mata terasa berat, tapi mulutnya nyerocos tidak karuan sambil merasa omongannya pintar, padahal kelakuannya bodoh. Begitulah Jagat Arwah. 

Entah apakah perumpamaan di atas tepat. Sebenarnya saya tidak terlalu peduli. Karena filmnya sendiri, terutama di departemen naskah, terkesan tak memedulikan kesejahteraan jiwa dan raga penontonnya. Berlebihan? Mungkin, tapi sekali lagi saya tidak peduli. 

Pasca sekuen pembuka menjanjikan, yang tampak masif berkat visualisasi mumpuni, ditambah narasi menarik seputar mitologi dunianya, Jagat Arwah bak berjalan sambil tidur. Penonton pun bisa tertidur dibuatnya. Bisa jadi filmnya sengaja melakukan itu sebagai cara mempraktikkan ilmu rogo sukmo ke penontonnya. 

Raga (Ari Irham) nama protagonis kita. Impiannya berkarir di jalur musik terbentur restu bapaknya, Sukmo (Kiki Narendra). Nah, betul kan? Nama karakternya saja "Raga" dan "Sukmo". Pasti ini subliminal message. 

Tanpa Raga tahu, di balik profesi utama sebagai penjual obat, sang ayah adalah Aditya ke-6. Gelar "Aditya" disematkan secara turun temurun pada mereka yang bertugas menjaga keseimbangan jagat arwah dan jagat manusia. Sederhananya, DUKUN. Sukmo kerap dipanggil untuk mengusut kasus kesurupan. Apa namanya kalau bukan dukun? 

Singkat cerita, Sukmo tewas dibunuh arwah jahat yang bersemayam di sebuah guillotine. Sejak itulah tugas sebagai Aditya otomatis turun ke Raga. Dibantu pamannya, Jaya (Oka Antara dengan dandanan ala Clint Eastwood di Dollars Trilogy), Raga mesti belajar memakai kekuatan Aditya melalui berbagai pelatihan yang.....well, tidak jelas. Sungguh. Apa tujuan suatu sesi latihan, ilmu apa yang tengah dilatih Raga, tidak pernah jelas. Tahu-tahu Jaya melempar pujian, "Hebat juga kamu". Saya pun menjawab "Matamu Jay!".

Begitu pun perihal mitologinya. Naskah yang ditulis Rino Sarjono (Negeri 5 Menara, Temen Kondangan) bersama sang sutradara, Ruben Adrian, berdasarkan cerita buatan Mike Wiluan (Buffalo Boys), melupakan berbagai detail penjelas. Mereka seperti asyik sendiri melempar beraneka ragam istilah sambil sesekali memakai diksi puitis, namun lalai melengkapi mitologi itu sendiri. 

Filmnya diisi gagasan unik lewat peleburan mistisisme Jawa dengan fantasi. Ide membentuk "tim demit super" beranggotakan Genderuwo (Ganindra Bimo), Nonik (Cinta Laura Kiehl), dan Kunti (Sheila Dara) juga menarik. Sayang, pacing dalam pengadeganan Ruben Adrian membuat Jagat Arwah seperti berjalan sambil tidur. Bukan lambat, bukan pula kontemplatif, tapi draggy. Seperti orang mabuk yang blackout lalu diseret pulang secara paksa. 

Aksinya tidak kalah melelahkan. Minim energi, bahkan acap kali berakhir terlalu cepat. CGI-nya tidak buruk. Jauh dari itu. Tapi sebagus apa pun CGI, jadi percuma jika pemakaiannya kurang pas. Berikan smartphone ke orang mabuk, berubahlah ia menjadi idiotic-phone. Maafkan kalau kali ini saya terlalu banyak memakai kiasan mabuk-mabukan. Karena menonton Jagat Arwah memberi sensasi serupa. Keluar dari studio, hangover seketika menyerang. Pusing. Pening. Bingung membedakan pagi, siang, atau malam. Oh, atau mungkin filmnya berhasil melakukan rogo sukmo?

19 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Kocak reviewnya mas Rasyid, tapi sukmonya wis ngumpul balik yo ? Kalo nekad mau nonton juga, naga naganya, mesti sangu pil anti**, biar gak ikutan mabuk

Anonim mengatakan...

produk gagal visinema kedua setelah Tarian Lengger Maut

Fradita Wanda Sari mengatakan...

Haha jadi malah penasaran seberapa ancur nih film :P

Aldi mengatakan...

Busyet 1,5 bintang 😃

Anonim mengatakan...

Mike wiluan siapa sih sebenernya??
Referensinya cowboy-country gitu tapi kalo nulisnya, nah itu kyk mas rasyid bilang, kyk org mabok

Panca mengatakan...

Kok bisa film ini masuk kurasi visinema???

Rasyidharry mengatakan...

Horang kayaaah

Reza mengatakan...

Visinema mau coba recovery pasca Tarian Lengser Maut malah makin menegaskan kalau gak semua genre harus dilibas wkwkwk, padahal udah kuat bgt signaturenya di drama (ditambah action heist). Jadi ragu sama Kutukan Langit Berdarah, walaupun sutradaranya punya track record lumayan

Anonim mengatakan...

film genre fantasy pertama horror indonesia....visinema emang keren selalu banyak genre berbeda....top

Anonim mengatakan...

semakin banyak alternatif film di layar bioskop....lumayan dapat gelang tangan jagat arwah di bioskop dari mbak penjaga tiket...terimakasih

SUNSHINE mengatakan...

Padahal gagasan filmnya unik loh, kombinasi antara mistisisme Jawa dengan fantasi..

Kol Medan mengatakan...

Ngantuk muluh nonton ni pilem. Tuk, tuk

Anonim mengatakan...

luar biasa jagat arwah...keren

Anonim mengatakan...

Well waktu lihat trailernya di bioskop juga gak yakin sama ni film, yang bikin heran visinema kok bisa produce film kayak begini wkwkwk

Anonim mengatakan...

film jagat arwah sebagai permulaan disusul dengan kelanjutannya yang keren...

Gemini Man mengatakan...

Wkkkkkk....guyu tenan aku woco review ini......
Saya doakan producernya, sutradaranya, penulis naskahnya bisa membaca review ini....

Anonim mengatakan...

film fantasy pertama di indonesia...keren

barjokondo mengatakan...

visinema emang belom bisa bikin horor yang bagus ternyata, satu-satunya yang patut diapresiasi cuma keberaniannya bikin horor yang agak beda

Anonim mengatakan...

makasih udah di review