REVIEW - JAILANGKUNG: SANDEKALA
Ivanna adalah film Danur terlaris, pun kalau tiada aral melintang (baca: horror fatigue), Jailangkung: Sandekala siap jadi film Indonesia kesebelas tahun ini yang menembus sejuta penonton. Patut diingat juga, perolehan Dreadout dan Ratu Ilmu Hitam tiga tahun lalu tidaklah buruk (831 ribu dan 915 ribu). Kimo Stamboel sudah membuktikan "daya jualnya". Sudah waktunya ada yang memberi sang sutradara kesempatan kembali menuju akarnya. Slasher.
Hati Kimo tertambat di subgenre tersebut. Ivanna memperlihatkan itu, sedangkan Jailangkung: Sandekala secara tak terduga memberi homage ke salah satu film paling berpengaruh dalam perkembangan slasher di era 80-an (clue: pemilihan lokasi, latar belakang karakter, twist, klimaks, hingga senjata yang dipakai). Hasilnya kurang mulus, meski tetap jadi yang terbaik di serinya, mengingat kualitas buruk dua judul sebelumnya.
Jailangkung: Sandekala menampilkan karakter baru, walau adanya satu kaitan kecil mensahkan statusnya sebagai sekuel (kalau tidak mau disebut "soft reboot"). Teror berawal dari hilangnya Kinan (Muzakki Ramdhan), putera bungsu pasangan Adrian (Dwi Sasono) dan Sandra (Titi Kamal). Di tengah road trip sekeluarga, mereka mampir ke sebuah danau. Kinan berjalan-jalan ditemani kakaknya, Niki (Syifa Hadju), sebelum tiba-tiba menghilang.
Kemudian naskah buatan Kimo bersama Rinaldy Puspoyo menebar misteri lewat peleburan elemen investigasi terkait banyaknya kasus anak hilang di lokasi tersebut, dengan penelusuran mistisisme lokal mengenai larangan keluar rumah tatkala senja, dan tentunya jailangkung itu sendiri.
Perihal mitologi jailangkung, film ini punya satu peningkatan dibanding dua film pertama: mantra. Akibat tetek bengek hak cipta, kita harus menerima kalimat konyol "Datang gendong, pulang bopong" sebagai pengganti mantra ikoniknya. Jailangkung: Sandekala mengambil keputusan cerdik, dengan menerjemahkan mantra tersebut ke Bahasa Sunda. Beda namun familiar, dan terpenting, mengembalikan nuansa mistisnya.
Sayang, naskahnya keteteran di ranah penceritaan. Eksplorasi misteri di atas tersaji sangat mentah, mitologi sandekala sebatas hiasan, sementara rules tentang keterlibatan jailangkung pun terasa rancu, sehingga menyebabkan kekacauan bertutur. Drama keluarganya diawali secara menjanjikan, hanya untuk kemudian dilupakan tanpa pengembangan berarti, menyia-nyiakan talenta dramatik para cast, terutama Titi Kamal dan Syifa Hadju.
Penceritaan jadi poin esensial, sebab Kimo menolak membuat tontonan cheap thrills yang hanya mengandalkan jump scare. Kuantitas jump scare atau bentuk penampakan apa pun ditekan (desain hantunya menarik, bak gabungan evil hobo di Mulholland Drive dan Creeper dari Jeepers Creepers dalam balutan tata rias apik), karena Kimo benar-benar ingin bercerita. Tapi naskahnya gagal mengakomodasi tujuan tersebut.
Barulah di klimaks Kimo benar-benar unjuk gigi, membawa Jailangkung: Sandekala sepenuhnya beralih ke ranah slasher. Aksi saling tikam yang dimotori totalitas Pipien Putri, energi tinggi bak Rumah Dara, homage yang saya sebut di awal tulisan pun mencapai puncaknya. Padahal darah minim ditumpahkan, tapi intensitasnya mencengkeram, sebab kita sedang melihat sutradara yang menuangkan kecintaan serta passion-nya. Studio tempat saya menonton riuh oleh tepuk tangan. Apa itu berarti penonton kita sudah siap disuguhi slasher "sungguhan"? Biarkan Kimo mencoba.
21 komentar :
Comment Page:homagenya ke friday the 13th ya bang ?? trus endingnya homage ke hereditary yah ??
Duh kira2 masih worth gak ya, soalnya si kimo :')
apa maksud abang "slasher sungguhan" itu film yang murni genre slasher,bukannya yang cuma "nyempil" kaya ivanna sama sendakala?.
emang aneh si kimo malah di suruh ngurus "ngebenerin" franchise film orang (danur awi suryadi,jailangkung rizal & jose) padahal kasih aja si kimo duit banyak terus bebasin dia mau bikin film kaya apapun.menurut gue kimo sama timo itu kualitasnya sama,jadi menurut gue kimo itu agak underrated.semoga aja series teluh darah bisa jadi tempat dimana kimo "akhirnya" bisa menuangkan kesukaannya dengan slasher dengan bebas
"boneka"..."tiang gawang sepakbola"...."Gemblong, Neng"...."...."pertempuran paling epic di akhir film di mobil".....bersambung
film paling jantungan banget sesak nafas tahan nafas, kimo keren banget di film jailangkung sendakala.....setannya nggak ada cuma nongol 2%....hati-hati film ini memicu jantungan....parah ini film....6 menit menuju film berakhir membuat kita tepuk tangan berteriak keras
kenapa semua film indonesia sekarang di tahun 2022 suka dengan sumpah serapah anjing ya...
film jailangkung sendakala termasuk film jenis SLOWBURN.....kimo makin eksis
Gak lebih bagus dari IVANNA tapi tetap jadi salah satu horor paling seru di tahun 2022, semoga aja bang Kimo semakin produktif tapi secara kualitas tetap terjaga
Plot twist luar biasa yang berada di akhir film....
Masalah Psikologis dalam film jailangkung sendakala adalah Kondisi yang paling sering muncul ialah depresi serta gangguan kecemasan. Selain itu, pengaruh bullying pada kesehatan mental pada remaja dan anak ialah rasa sedih, rendah diri, kesepian, serta hilangnya minat pada hal yang biasa mereka sukai, serta perubahan pada pola tidur ataupun pola makan...bahkan cenderung bisa bunuh diri
bullying dan bunuh diri....
Kimo udah bagus terkait penyutradaraan, tinggal di penulisan naskah aja yang perlu dirapikan. Ratu Ilmu Hitam dan Ivanna berhasil karena naskah tulisan orang lain. Jailangkung ini kalo Kimo nulis naskah sendiri bisa jadi sekacau DreadOut dulu
Scene epik dimobil menjelang ending itu, gw dan penonton sebioskop pada ketawa ngakak. Ya allah… maafkan hamba
the best of the best scene epic paling brutal dan membekas dari semua film karya timo....semua rasa tercampur seperti permen nano nano
ditutup klimaks brutal dan intens ala Kimo
agak disayangkan aku datang ke bioskop sekitar 15 menit setelah film dimulai, jadi aku gak tau kalau ada adegan dimana Niki dan Ibunya bertengkar, padahal itu yang katanya menjadi pondasan di awal film. namun sejak Niki dan keluarganya sampai di danau, which is aku nontonnya mulai dari situ, konflik antara NIki dan Ibunya sudah tidak terasa sama sekali. jadi ya aku gak bisa ngomong banyak soal konflik ini
bagian paling ngeselin adalah ngapain coba ibu2 hamil ini, ngasih makanan ringan ke ibu2 yang hidup sendirian di tengah hutan?, dengan alasan yang cukup konyol menurutku, Like heyy ibu2 hamil satu ini doyannya ngluyur mulu, bukannya di rumah atau ikut suaminya kek. astaga!
sosok si Ayah disini juga kurang banget fungsinya, selain cuma buat nenangin keluarganya dan sedih karena anaknya gak ketemu2
entah aku yang salah apa gimana ya, okelah kalau mitologi Sandekalanya disini cukup dieksplor walau tidak banyak, namun Jailangkung disini tuh buat apa sih sebenernya?, selain cuma buat penghubung antara dunia si setan itu sama dunia manusia?, bahkan cuma dua kali Jailangkung ini dipakai sebagaimana mestinya, yaitu waktu NIki gak sengaja membaca mantra dan akhirnya terhubung dengan dunia si setan, serta akhirnya dia bisa pulang lagi ke dunia manusia di penghujung film. i mean kukira bakal ada adegan dimana Niki dan Faisal, duduk berdua di tengah2 hutan, malam2, cuma modal lilin, lalu mereka “main” Jailangkung untuk bisa berkomunikasi dengan Kinan. mungkin karena Faisal disini dibuat takut sama hal2 mistis ya?
padahal kalau kita lihat dari awal, saat Niki dengan berani membawa pulang boneka itu, seharusnya dia mencari keberadaan Kinan dari sisi mistis, jika sang Ayah yang tidak percaya takhayul itu hanya bisa mengandalkan tim pencari yang sedari awal sudah tidak bisa mereka andalkan. “semua ini Prosedur kami Pak”. hahahaha.
dan masa iya boneka itu yang bisa buat si setan mati, kok aku ngerasanya itu cuma kebetulan ada di samping Niki aja, sehingga dibuat sebagai senjata?
katanya banyak ambil adegan dari film2 lain ya?, aku sih kurang pengalaman soal itu, tapi yang buatku langsung teringat sesuatu adalah pas bagian, Kinan yang noleh 180 derajat(kayak film The Exorcist 1972) sama tentu saja IT, yang pas Niki masukin tangan ke bolongan itu
Kimo Stamboel ini sebetulnya sudah betul, punya selera dan karya2nya sendiri, yaitu horor sadis, tapi memang sayang, dari sisi naskah masih kurang solid banget, karakter2 yang dibuat hanya jadi tumbal kesadisan tanpa penokohan yang kuat, sekaligus sadisnya juga harus ditekan supaya ramah untuk penonton kita
gatau kenapa ya, akunya yang bosan atau gimana, film horor kok gtu2 aja perasaan, gak ada yang baru atau bener2 nyeremin gtu, sampai bisa bikin kita kepikiran kebawa mimpi
terakhir, kerasa banget gak sih, karakter dalam film Indonesia tuh yang meranin ya orang2 itu mulu, kayak gak ada yang lain aja. kadang bikin bingung dan bikin bosen jadinya. contoh aja deh, Tara Basro x Jokan berapa kali coba udahan?
kututup dengan quotes, “sama seperti kebaikan, kejahatan juga harus selalu ada”
overal 56% sih dari aku
film tembus 1 juta lebih penonton.....hell yeaaaa....
Nyesel gw pas baca ini, spoiler 🥲..
masih tayang nih film
Nonton versi digital pas adegan di mobil kok fx nya kek belum rampung.. ancur pisan ya.. apa emang gituu?
Film komedi berkedok horror, kekonyolan setara dengan makmum 2 dimana melenyapkan Villain utama hanya dengan menanam bibit pohon
Scene CGI kasar dan terkesan murahan, scene adu tusuk²an didalam mobil dan kepala muter kebelakang, baik Jumpscare maupun adegan slasher terlampau biasa saja, tak mampu sedikitpun menggetarkan sukma
Eksekusi Mahkluk utama dalam film ini juga terkesan hah gitu doank, muncul bentar visual tidak menyeramkan, sekali diulti langsung ngilang
Niat hati mencari tontonan yang membuat berdegup hati, apadaya malah disajikan bayolan-bayolan puncak komedi
Posting Komentar