03/08/23

REVIEW - MEG 2: THE TRENCH

0 View

Kelemahan The Meg (2018) adalah, sebagai tontonan beraroma b-movie mengenai serbuan hiu raksasa, ia kebingungan menentukan jati diri. Dia jelas bukan sajian kelas satu macam Jaws (1975), namun terlalu ragu untuk tampil sebodoh Sharknado (2013) atau film-film hiu konyol lain. Meg 2: The Trench sayangnya mengulangi kelalaian serupa. 

Jangan terkecoh oleh trailer menyenangkan miliknya, yang menjanjikan megalodon terbesar, pembantaian di pantai, sambil diiringi lagu Barracuda kepunyaan Heart. Mengadaptasi novel The Trench karya Steve Alten, filmnya lebih banyak memperlihatkan Jason Statham mondar-mandir di dasar laut ketimbang wajah si megalodon.

Beberapa waktu setelah film pertama, Jonas (Jason Statham) masih aktif bekerja di fasilitas Mana One yang telah berganti kepemimpinan pasca meninggalnya Suyin (Li Bingbing memutuskan tidak kembali di sekuel ini). Naskahnya dibuat oleh Jon Hoeber, Erich Hoeber, dan Dean Georgaris. Ada tiga kepala, dan tak satu pun dari mereka mencetuskan ide untuk menyertakan penyebab kematian Suyin. 

Mana One kini dikepalai oleh kakak Suyin, Jiuming (Wu Jing), yang juga bertugas merawat puteri sang adik, Meiying (Sophia Cai). Jiuming berambisi meneruskan penelusuran ke dalam palung selaku tempat tinggal para megalodon. Bisa ditebak, di satu titik penelusuran itu berakhir pada kecelakaan, yang membuat para kru Mana One terjebak di tengah habitat alami megalodon. 

Apa yang kemudian terjadi? Kalau "pembantaian oleh megalodon" jadi jawaban yang muncul di kepala kalian, bersiaplah kecewa. Seolah terkekang oleh pengurangan bujet (dari 178 juta di film pertama jadi 129 juta), Meg 2: The Trench cenderung pelit memamerkan wujud sang monster yang seharusnya merupakan jualan utama. 

Babak pertamanya didominasi obrolan hambar dari mulut jajaran manusia tanpa penokohan menarik. Mereka membicarakan banyak hal, dari tetek bengek ilmiah, obrolan mengenai keluarga, atau sebatas saling melempar gurauan, namun tak satu pun akan menempel di ingatan, karena seluruh interaksi itu hanya berstatus penambal durasi. Alat pengulur waktu sampai pembuat filmnya diberi lampu hijau untuk memunculkan sang hiu.

Babak keduanya berisi upaya kru Mana One bertahan hidup di dasar palung. Di kursi penyutradaraan, Ben Wheatley mungkin mengira ia sedang menggarap judul-judul seperti Kill List (2011) dan A Field in England (2013) yang melambungkan namanya satu dekade lalu. Pendekatannya terlampau serius, menampilkan aktivitas jalan santai karakternya di bawah laut dengan tempo lambat yang melelahkan, tanpa sedikitpun cengkeraman atmosfer. Begitu tiba waktunya meningkatkan intensitas, Wheatley juga kepayahan dalam menyajikan kekacauan, yang semakin kacau hingga sukar dinikmati akibat ketidaktepatan pilihan shot serta penyuntingan buruk. 

Memasuki 30 menit terakhir, Meg 2: The Trench berusaha memenuhi janjinya tatkala melepas ketiga monsternya (megalodon, gurita raksasa, dan Jason Statham) ke permukaan. Itu pun tidak dengan maksimal. Wheatley masih malu-malu mengakui jati diri karyanya, melalui pendekatan yang tetap mengekang keliaran. 

Menjelang penutup, secercah harapan sempat muncul kala filmnya menampilkan pertarungan dua raksasa, sedangkan Statham beraksi bak superhero bersenjatakan "pedang baling-baling". Sayang, pemandangan yang seharusnya memenuhi Meg 2: The Trench itu berlangsung terlalu singkat. Lebih baik saya menonton ulang Mega Shark Versus Giant Octopus (2009). 

25 komentar :

  1. Anonim12:37 PM

    Jujur. Saya lebih takut nonton jaws dibanding the meg. Saya phobia lautan sama gak bisa berenang :D

    BalasHapus
  2. Anonim1:41 PM

    film made in China

    BalasHapus
  3. Anonim1:43 PM

    busyet dah dashyat banget ini film asia

    BalasHapus
  4. Anonim1:44 PM

    The Meg (2018) lebih keren dan bikin puas penonton

    BalasHapus
  5. Anonim1:47 PM

    thanks mas rasyid

    BalasHapus
  6. Anonim2:15 PM

    Tiap karakter lain ngeluarin dialog, saya selalu ngebatin "anjir..lu pada ngoceh apa si"

    BalasHapus
  7. Nih film apa sih ,dan bego nya gw nonton smp habis

    BalasHapus
  8. Anonim6:24 PM

    film terbaik dari yang terbaik

    bagong banget ini film sampai gue tepok jidat : WTF

    BalasHapus
  9. Anonim9:57 PM

    benar benar film tanpa otak, enjoy it...

    BalasHapus
  10. Anonim5:19 AM

    nonton ke bioskop bawa masalah pribadi, nah ini film cocok untuk penonton bermasalah

    BalasHapus
  11. Anonim5:25 AM

    FILM HEBOH ABAD INI

    BalasHapus
  12. Anonim11:14 AM

    film ini benar benar keren, saking keren nya saya mau muntah

    BalasHapus
  13. Anonim11:16 AM

    Boker di laut itu fun banget

    BalasHapus
  14. Anonim1:47 PM

    skor film ini : 9/10

    BalasHapus
  15. Anonim1:48 PM

    jadi pengen makan gurita bakar

    BalasHapus
  16. Anonim5:28 PM

    lagu nya asyik bikin bocil menari di bioskop

    BalasHapus
  17. Anonim5:29 PM

    film epic terbaik

    BalasHapus
  18. Anonim5:29 PM

    😂😂😂 lucu blas

    BalasHapus
  19. Anonim yang komen disini goblok8:46 PM

    Buat anonim yg komen disini kayaknya harus ke RSJ sering2 berobat, semangat ya buat capernya sampe dibalas admin

    BalasHapus
  20. Anonim12:32 AM

    uhhh baracuda...

    BalasHapus
  21. Anonim12:35 AM

    fenomena keajaiban permukaan dasar bawah laut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anonim1:18 AM

      Belom ditanggepin juga? Kesyaan lu, nyet

      Hapus
  22. Anonim1:18 AM

    Ga lucu, nyet

    BalasHapus
  23. Anonim4:52 AM

    film fantasy absurd yang bagus

    BalasHapus
  24. Anonim4:53 AM

    masih bertahan di layar bioskop, yuk nobar

    BalasHapus