REVIEW - KILLERS OF THE FLOWER MOON

30 komentar

Sekuen pembuka Killers of the Flower Moon menggambarkan ritual suku Osage yang tengah resah menatap masa depan. Mereka berdoa seraya menengadah ke langit. Beberapa waktu berselang, muncul semburan kencang minyak dari tanah gersang. Di salah satu shot, Scorsese memakai low-angle untuk menangkap langit biru yang melatari peristiwa ajaib itu. Seolah dari atas sana Tuhan sedang mengulurkan bantuan. 

Aroma religi dan spiritualitas memang selalu erat di karya sang sineas. Berikutnya kita berkenalan dengan Ernest Burkhart (Leonardo DiCaprio), yang sepulangnya dari medan perang, coba mencari peruntungan di Osage, dengan menjadi sopir bagi wanita setempat bernama Mollie (Lily Gladstone). Di tengah obrolan, Ernest melempar candaan dengan menyebut dirinya sebagai "handsome devil". 

Killers of the Flower Moon adalah kisah tentang para iblis (baca: orang kulit putih), yang didorong keserakahan, berambisi merebut anugerah Tuhan dari tangan yang berhak. Aksi iblis tentunya penuh tipu daya, dan itu pula yang nampak dari sosok William King Hale (Robert De Niro), paman Ernest yang memposisikan diri selaku sahabat suku Osage, namun diam-diam berencana mengeruk harta mereka. 

De Niro tampil sarat karisma dalam menghidupkan Hale. Kata-kata manisnya bak bisikan setan yang jago memanipulasi hati manusia. Dia piawai memutarbalikkan fakta, memainkan trik psikologis, kemudian mengadu domba, bahkan di antara kaumnya sendiri. 

Mengadaptasi buku nonfiksi berjudul sama karya David Grann, naskah hasil tulisan Scorsese bersama Eric Roth mampu menjustifikasi durasi yang mencapai 206 menit. Tanpa durasi panjang tersebut, kita takkan secara utuh menyaksikan proses berkala saat kejahatan kulit putih yang diprakarsai oleh Hale terus berkembang. Diawali penipuan serta perampokan, pada akhirnya terjadi pembunuhan.

Satu demi satu nyawa suku Osage melayang. Mollie bahkan kehilangan seluruh anggota keluarga. Killers of the Flower Moon bukanlah whodunit. Filmnya tak menutupi jati diri si pelaku. Bahkan si pelaku sendiri tak berusaha terlalu keras menyembunyikan aksinya. Sewaktu Ernest membaca buku mengenai sejarah Osage, ia sampai pada kalimat "Can you find the wolves in this picture?". Tidak sulit menemukan barisan serigala di film ini, sebab mereka pun tak berusaha sembunyi. 

Betapa mengerikan sebuah dunia di mana serigala haus darah maupun iblis licik melancarkan aksi di bawah terangnya cahaya matahari. Scorsese pelan-pelan mengikat emosi penontonnya. Secara bertahap kita dibawa memahami modus operandi para maling kulit putih. Semakin banyak pemahaman didapat, semakin hati ini terasa dicabik-cabik. Sekali lagi, proses di atas memerlukan waktu tidak sebentar untuk dipaparkan. Durasi nyaris tiga setengah jam pun kembali menunjukkan fungsinya. 

Kengerian dunianya diperkuat oleh kepiawaian Scorsese, yang dibantu tata kamera garapan Rodrigo Prieto, kerap menghantarkan momen heartbreaking. Tiap nyawa tak berdosa melayang digambarkan sebagai mimpi buruk. Tragedi mengiris. Bukan sebatas "satu lagi kematian" tanpa arti. Musik ritmis gubahan Robbie Robertson turut membangun atmosfer mencekam, layaknya detak jantung yang terus berpacu. 

Di jajaran pemain, Di Caprio dan Gladstone membawa dinamika menarik. Gladstone membuat karakter Mollie selaku korban tetap berdiri kokoh. Kadang matanya memancarkan amarah, ada kalanya giliran kesedihan yang terpantul dari situ, namun satu yang tak pernah lenyap adalah harga diri. 

Sebaliknya, Ernest adalah pecundang yang dikuasai rasa takut. Lihat saat Ernest dikunjungi oleh Tom White (Jesse Plemons) si agen FBI. Di Caprio menampilkan kecemasan lewat segala tindak tanduknya. Gesturnya tidak beraturan, matanya enggan menatap sang lawan bicara. Ernest menyayangi keluarganya, tapi itu tak membuat sosoknya lebih baik. Justru sebaliknya. Dia terlampau bodoh (dan serakah) untuk menyadari betapa tindakannya malah mendatangkan dampak yang bertolak belakang dari "melindungi". 

Jika Killers of the Flower Moon membuka penceritaan dengan harapan, penutupnya menampilkan pilihan narasi unik mengenai penyesalan. Lewat sekuen tersebut, sebagai kulit putih, Scorsese mengkritisi dosa sesamanya. Proses penyesalan kerap dijadikan motif dalam karyanya. Begitu pula di film ini. Bedanya, kali ini bukan si protagonis yang dihantui penyesalan, melainkan Scorsese sendiri.

30 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

rencana kejahatan sempurna & pembunuhan yang sempurna di rusak oleh kepolosan

Anonim mengatakan...

skip para muka plastik sangean

Anonim mengatakan...

naskah hasil tulisan Scorsese, L3le Laila bersama Eric Roth di tumpahkan selama 3 jam lebih di layar

Anonim mengatakan...

kharisma Tom White (Jesse Plemons) si agen FBI yang hombreng benar-benar menarik

Anonim mengatakan...

Martin Scorsese berpenampilan badass di ujung cerita, plot twist

Anonim mengatakan...

William King Hale (Robert De Niro) sebagai homo dan king trouble pantas di ganjar piala oscar sebagai pemain opa terbaik 2024

Yang komen anonim stress mengatakan...

Anak lonte caper

Anonim mengatakan...

Di kota saya ada bioskop "kedua" yg lebih kecil, saya kira tidak nayangin, ternyata nayangin 1 kali ajj, alhasil lari pas mau nonton takut nggak kebagian, ternyata yg nonton cuman 10 orang, dan 2 orang kabur baru 1 jam jalan film😭

Cinema Paradiso mengatakan...

Kalimat penutup yg begitu merinding

Cinema Paradiso mengatakan...

Pagi nonton Goat Bola Messi, malam nonton Goat Sinema Scorsese

Anonim goblok mengatakan...

Kayaknya hobi banget ya di tiap review ngomongi lele Laila terus, minimal kalau mau ngatai orang gak usah makek anonim segala dasar banci potong aja kntl Lo pecundang

Anonim mengatakan...

terimakasih atas review mas rasyid & kolom komentar yang positif

Anonim mengatakan...

Leo Emang Nggak Habisnya, Forever Young

Anonim mengatakan...

Thanks Review nya mas rasyid

Anonim mengatakan...

film terindah di tahun 2023 wajib nonton di bioskop

Inst@rinocturnal mengatakan...

Puas banget kemarin habis nonton film ini, walaupun harus pindah2 bioskop karena di bioskop pertama gagal tayang🤭🤣

Anonim mengatakan...

Ini baru sinema!!! Bikin ngantuk, gak laku, yang nonton seuprit, durasinya bikin seneng editor karena gak perlu kerja terlalu repot, marpel ama DiSi mana becus bikin sinema kayak begini

Anonim mengatakan...

Highly recommended!

Anonim mengatakan...

siapkan pampers, selama 3.5 jam, di bioskop, di temani milo dinosaurs XXI

Anonim mengatakan...

engaging untuk Killers of the Flower Moon❤️

Anonim mengatakan...

Leonardo Di Caprio jelas akan merebut oscar ini, senyum dan giginya benar benar di flaxing

Anonim mengatakan...

Lily Gladstone sih pemeran Mollie yang bakalan kuat Best Actress. Actor kemungkinan besar Cillian Murphy

Anonim gak punya kehidupan mengatakan...

Anonim tukang ngomong kotornya karena hatinya kotor

Anonim mengatakan...

IMAX LASER lebih berasa keren

Anonim mengatakan...

film yang luar biasa menceritakan indian suku yang kaya raya

Anonim mengatakan...

Sudah nonton sampai 3 x

Informasi Sepak Bola

Anonim mengatakan...

skip, boker

Anonim mengatakan...

not for good film for everyone

Anonim mengatakan...

mamie taylor swift dong

Anonim mengatakan...

bobo, ngantuk