30/11/23

REVIEW - MONSTER

0 View

Kalau dilihat memakai perspektif yang lebih positif, maka Monster adalah sebuah eksperimen. Ajang latihan para pembuatnya untuk menerapkan prinsip "show, don't tell" dengan mengedepankan penceritaan visual. Tapi jika ingin berprasangka buruk, ia sebatas penggunaan gimmick, yang tidak lebih dari style over substance meskipun berhasil tampil beda dibanding judul-judul dalam negeri kebanyakan. 

Di tengah perjalanan pulang sekolah, dua bocah SD, Alana (Anantya Kirana) dan Zara (Sultan Hamonangan), diculik oleh seorang pria (Alex Abbad), lalu dibawa ke sebuah rumah di lokasi terpencil. Alana berhasil lolos dan berusaha mencari cara untuk membebaskan sahabatnya, sebelum partner si pria (Marsha Timothy) tiba di lokasi. 

Memang terdengar sederhana, sebab jualan utama Monster bukanlah pada alur yang ditulis oleh Alim Sudio, melainkan keputusan meniadakan dialog. Bentuk komunikasi verbal hanyalah berupa teriakan memanggil nama yang cuma terdengar sesekali. Di mayoritas situasi, pilihan itu memang masuk akal karena Alana dituntut diam supaya keberadaannya tak diketahui para penculik. 

Tapi ada kalanya, saat peniadaan kata tak memberi dampak pada bangunan intensitas atau terkesan memaksakan diri (membuat dua bocah terus membisu menciptakan pemandangan yang kurang natural), muncul tanda tanya perihal substansi. Begitu film usai, sukar menampik asumsi bahwa Monster hanyalah aplikasi gimmick. Film ini pun sering memasukkan paksa beberapa unsur (sepatu, sepeda, dll.) yang seolah ada hanya untuk mengulur waktu

Bukan berarti ia tidak bisa diapresiasi, terutama terkait cara bercerita naskahnya. Alim Sudio berhasil menanam beberapa petunjuk terkait motivasi para penculik. Petunjuk itu ditebar secara tersirat di beberapa sudut, di mana penonton dibiarkan mengaitkan benang merahnya sendiri. Alhasil dunia tempat film ini berlatar mampu dibangun, tanpa menghadirkan distraksi bagi fokus utamanya, yakni cerita sederhana mengenai upaya dua bocah kabur dari sekapan penculik. 

Di kursi sutradara, Rako Prijanto turut mendapat ujian, dengan dituntut menjauhkan kesan monoton biarpun alurnya cuma berpusat di satu tempat sempit. Pengadeganan canggung yang melemahkan intensitas memang masih nampak, entah karena pilihan shot yang kurang tepat, atau susunan penyuntingan yang seolah tidak utuh. 

Tapi Rako sanggup menutupi kelemahan di atas lewat beberapa momen dengan efek kejut tinggi, yang tercipta berkat kesempurnaan timing. Monster selalu mencapai titik terbaik saat dalam menyusun ketegangan, ia bersedia memanfaatkan denah rumah (misal membuat karakter mendadak muncul dari balik dinding), membiarkan adegan bergulir tanpa jeda alih-alih memotongnya di ruang penyuntingan. 

Jajaran pemainnya pun berjasa besar. Menyaksikan Marsha Timothy dan Alex Abbad menebar teror non-verbal adalah sesuatu yang bisa diduga, tapi lain halnya dengan Anantya Kirana. Dialah penampil favorit saya di film ini, berkat kebolehannya mengolah beragam emosi, kemudian membawa karakternya berproses dari bocah yang dikuasai ketakutan, menjadi gadis cilik tangguh yang dipaksa mengalami pendewasaan secara instan. 

Alana adalah karakter bocah paling badass di film Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, sehingga sewaktu konklusi Monster enggan memberinya peran selaku "penyelesai masalah", ada perasaan kecewa yang tertinggal. Tapi mana pun sudut pandang yang kalian pakai, entah memandangnya sebagai eksperimen berani atau gimmick semata, di saat banyak film kita cenderung terlampau cerewet, Monster adalah bentuk penyegaran yang layak diberi kesempatan. 

(JAFF 2023)

25 komentar :

  1. Anonim1:59 PM

    film bisu tanpa dialog...KEREN

    BalasHapus
  2. Anonim1:59 PM

    Rako Prijanto, OMG

    BalasHapus
  3. Anonim2:03 PM

    Badass Gila Banget Alex Abbad

    BalasHapus
  4. Anonim2:04 PM

    Marsha Timothy Terbaik wanita serba bisa

    BalasHapus
  5. Anonim2:05 PM

    SKIP, TERLALU OVER DOSIS MENAKUTKAN...

    BalasHapus
  6. bentar lagi ada yg nyebut lele leila..

    BalasHapus
  7. Anonim5:42 PM

    film luar biasa sakit

    BalasHapus
  8. Anonim5:42 PM

    puassss banget gue nonton ini film

    BalasHapus
  9. Anonim11:06 PM

    WOW WOW WOW 2 THUMBS UP

    BalasHapus
  10. Anonim5:36 AM

    film bocil bagus

    BalasHapus
  11. Anonim5:36 AM

    jangan sendirian bawa anak anak nonton film di bioskop

    BalasHapus
  12. Anonim9:15 AM

    ketika para bocil berteriak tanpa kata tanpa suara

    BalasHapus
  13. Anonim9:16 AM

    kejahatan dewasa terhadap anak meelahirkan kejahatan dewasa kemudian hari, terus berulang

    BalasHapus
  14. Anonim9:17 AM

    revenge is better sweet & sweat

    BalasHapus
  15. Anonim9:39 AM

    nonton monster Hirokazu Kore Eda ga bang? ditunggu reviewnya

    BalasHapus
  16. Anonim7:18 PM

    film jelek abisin kuota cuan

    BalasHapus
  17. Anonim7:19 PM

    ini film mirip film warkop dki

    BalasHapus
  18. Anonim7:20 PM

    film menghibur bikin ketawa ngakak, lucu

    BalasHapus
  19. Anonim7:20 PM

    the best komedi ever

    BalasHapus
  20. Anonim7:20 PM

    bagus cocok untuk generasi Z

    BalasHapus
  21. Anonim10:58 AM

    rekomendasi untuk di tonton

    BalasHapus
  22. Anonim anjing...anak sundal...mulut pelacur

    BalasHapus
  23. Anonim7:46 AM

    Monster film patut di tonton

    BalasHapus
  24. Anonim7:46 AM

    tayang ekslusif di bioskop keren untuk film monster

    BalasHapus
  25. Anonim7:47 AM

    thanks mas rasyid atas review dan kolom komentar nya

    BalasHapus