Kalau dilihat memakai perspektif yang lebih positif, maka Monster adalah sebuah eksperimen. Ajang latihan para pembuatnya untuk menerapkan prinsip "show, don't tell" dengan mengedepankan penceritaan visual. Tapi jika ingin berprasangka buruk, ia sebatas penggunaan gimmick, yang tidak lebih dari style over substance meskipun berhasil tampil beda dibanding judul-judul dalam negeri kebanyakan.
Di tengah perjalanan pulang sekolah, dua bocah SD, Alana (Anantya Kirana) dan Zara (Sultan Hamonangan), diculik oleh seorang pria (Alex Abbad), lalu dibawa ke sebuah rumah di lokasi terpencil. Alana berhasil lolos dan berusaha mencari cara untuk membebaskan sahabatnya, sebelum partner si pria (Marsha Timothy) tiba di lokasi.
Memang terdengar sederhana, sebab jualan utama Monster bukanlah pada alur yang ditulis oleh Alim Sudio, melainkan keputusan meniadakan dialog. Bentuk komunikasi verbal hanyalah berupa teriakan memanggil nama yang cuma terdengar sesekali. Di mayoritas situasi, pilihan itu memang masuk akal karena Alana dituntut diam supaya keberadaannya tak diketahui para penculik.
Tapi ada kalanya, saat peniadaan kata tak memberi dampak pada bangunan intensitas atau terkesan memaksakan diri (membuat dua bocah terus membisu menciptakan pemandangan yang kurang natural), muncul tanda tanya perihal substansi. Begitu film usai, sukar menampik asumsi bahwa Monster hanyalah aplikasi gimmick. Film ini pun sering memasukkan paksa beberapa unsur (sepatu, sepeda, dll.) yang seolah ada hanya untuk mengulur waktu
Bukan berarti ia tidak bisa diapresiasi, terutama terkait cara bercerita naskahnya. Alim Sudio berhasil menanam beberapa petunjuk terkait motivasi para penculik. Petunjuk itu ditebar secara tersirat di beberapa sudut, di mana penonton dibiarkan mengaitkan benang merahnya sendiri. Alhasil dunia tempat film ini berlatar mampu dibangun, tanpa menghadirkan distraksi bagi fokus utamanya, yakni cerita sederhana mengenai upaya dua bocah kabur dari sekapan penculik.
Di kursi sutradara, Rako Prijanto turut mendapat ujian, dengan dituntut menjauhkan kesan monoton biarpun alurnya cuma berpusat di satu tempat sempit. Pengadeganan canggung yang melemahkan intensitas memang masih nampak, entah karena pilihan shot yang kurang tepat, atau susunan penyuntingan yang seolah tidak utuh.
Tapi Rako sanggup menutupi kelemahan di atas lewat beberapa momen dengan efek kejut tinggi, yang tercipta berkat kesempurnaan timing. Monster selalu mencapai titik terbaik saat dalam menyusun ketegangan, ia bersedia memanfaatkan denah rumah (misal membuat karakter mendadak muncul dari balik dinding), membiarkan adegan bergulir tanpa jeda alih-alih memotongnya di ruang penyuntingan.
Jajaran pemainnya pun berjasa besar. Menyaksikan Marsha Timothy dan Alex Abbad menebar teror non-verbal adalah sesuatu yang bisa diduga, tapi lain halnya dengan Anantya Kirana. Dialah penampil favorit saya di film ini, berkat kebolehannya mengolah beragam emosi, kemudian membawa karakternya berproses dari bocah yang dikuasai ketakutan, menjadi gadis cilik tangguh yang dipaksa mengalami pendewasaan secara instan.
Alana adalah karakter bocah paling badass di film Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, sehingga sewaktu konklusi Monster enggan memberinya peran selaku "penyelesai masalah", ada perasaan kecewa yang tertinggal. Tapi mana pun sudut pandang yang kalian pakai, entah memandangnya sebagai eksperimen berani atau gimmick semata, di saat banyak film kita cenderung terlampau cerewet, Monster adalah bentuk penyegaran yang layak diberi kesempatan.
(JAFF 2023)
film bisu tanpa dialog...KEREN
BalasHapusRako Prijanto, OMG
BalasHapusBadass Gila Banget Alex Abbad
BalasHapusMarsha Timothy Terbaik wanita serba bisa
BalasHapusSKIP, TERLALU OVER DOSIS MENAKUTKAN...
BalasHapusbentar lagi ada yg nyebut lele leila..
BalasHapusfilm luar biasa sakit
BalasHapuspuassss banget gue nonton ini film
BalasHapusWOW WOW WOW 2 THUMBS UP
BalasHapusfilm bocil bagus
BalasHapusjangan sendirian bawa anak anak nonton film di bioskop
BalasHapusketika para bocil berteriak tanpa kata tanpa suara
BalasHapuskejahatan dewasa terhadap anak meelahirkan kejahatan dewasa kemudian hari, terus berulang
BalasHapusrevenge is better sweet & sweat
BalasHapusnonton monster Hirokazu Kore Eda ga bang? ditunggu reviewnya
BalasHapusfilm jelek abisin kuota cuan
BalasHapusini film mirip film warkop dki
BalasHapusfilm menghibur bikin ketawa ngakak, lucu
BalasHapusthe best komedi ever
BalasHapusbagus cocok untuk generasi Z
BalasHapusrekomendasi untuk di tonton
BalasHapusAnonim anjing...anak sundal...mulut pelacur
BalasHapusMonster film patut di tonton
BalasHapustayang ekslusif di bioskop keren untuk film monster
BalasHapusthanks mas rasyid atas review dan kolom komentar nya
BalasHapus