03/12/23

REVIEW - MONSTER (KAIBUTSU)

0 View

Monster diawali dengan aneh, saat menyoroti kebingungan Saori (Sakura Ando) menyaksikan tingkah janggal sang putera, Minato (Sōya Kurokawa). Begitu aneh, seolah Hirokazu Kore-eda mencoba pendekatan berbeda yang menjauh dari realisme khasnya. Wajar saya pikir, mengingat ini kali pertama sejak debutnya di Maborosi (1995), Kore-eda tak menyutradarai naskahnya sendiri (ditulis oleh Yuji Sakamoto). 

Rupanya keanehan babak pertama itu merangkum pesan utama Monster, mengenai tendensi memberi cap "aneh" kepada seseorang atau sesuatu yang belum kita kenal betul. Mungkin orang-orang yang lebih suka mengalienasi dan menghakimi alih-alih berusaha mengenali itulah monster sesungguhnya. 

Di mata Saori, guru puteranya yang bernama Hori (Eita Nagayama) adalah monster. Alasannya, berdasarkan cerita Minato, si guru kerap melakukan perundungan termasuk secara fisik. Hori sendiri tak nampak menyesali tindakannya. Terlihat seperti kasus sederhana tentang tindak kekerasan guru, sampai Monster menjabarkan sudut pandang lain dalam masalah tersebut. 

Menerapkan metode Rashomon effect dalam penceritaannya, Monster memakai berbagai perspektif guna menyibak tirai kebenaran. Bukan cuma untuk gaya-gayaan, bukan pula sebatas untuk memfasilitasi twist (walau memang ada banyak kejutan tak terduga), melainkan pengingat bahwa tiap masalah selalu tak sesederhana kulit luarnya. Film ini memang tak menyoroti kultur masyarakat modern secara spesifik, namun tuturannya amat relevan di tengah era media sosial yang penuh kebiasaan "hakimi dulu, cari fakta kemudian". 

Seiring kita berulang kali dibawa mengulangi deretan peristiwanya, yang dengan cerdik memakai hal-hal seperti kebakaran sebuah gedung atau suara sumbang alat musik tiup selaku penanda waktu, semakin kita memahami alasan di balik tindak-tanduk para karakter yang ada kalanya terasa janggal. Apakah Hori memang guru kejam? Ataukah Minato yang sejatinya seorang pendusta? Bagaimana Yori (Hinata Hiiragi), teman sekelas Minato yang jadi korban perundungan kawan-kawannya memegang peranan di masalah ini? 

Setiap pemainnya berakting dengan keyakinan bahwa karakter mereka ada di sisi yang benar. Sakura Ando adalah ibu yang putus atas melihat ketidakpedulian pihak sekolah atas kondisi puteranya, Eita Nagayama tersenyum sinis akibat merasa diperlakukan tidak adil, sedangkan Sōya Kurokawa bergulat dengan setumpuk pertanyaan seputar proses tumbuh kembang. 

Diiringi dentingan piano menghanyutkan selaku karya terakhir komposer legendaris Ryuichi Sakamoto, Kore-eda kembali menunjukkan gaya penyutradaraan khasnya. Dilahirkannya melankoli yang pelan-pelan menusuk kala menghadirkan rasa sakit, kemudian memeluk lembut saat membawa kehangatan. Di ending-nya yang berpotensi memunculkan diskusi panjang, Kore-eda seolah memberi ruang aman yang sukar didapat oleh karakternya di dunia. Ruang aman yang semestinya ada, andaikan masyarakat tak menghakimi hal yang belum mereka kenali.  

(JAFF 2023)

25 komentar :

  1. Anonim4:03 PM

    ngantuk banget

    BalasHapus
  2. Anonim4:04 PM

    bullying & extreme prejudice menghiasi film slowburn

    BalasHapus
  3. Anonim4:05 PM

    koreography yang menyesakan dada bagai pisau belati menguras darah dan air mata

    BalasHapus
  4. Anonim4:06 PM

    para monster menjilati aroma kebiadaban anak manusia jelas termakna dalam plot twist maha karya drama horror humanity

    BalasHapus
  5. Anonim4:08 PM

    remake cocok untuk made in indonesia di perankan oleh Vino G Bastian dan Reza Rahardian

    BalasHapus
  6. Anonim4:25 PM

    film monster berhasil di pecundangi oleh film indonesia dalam festival Film Asia-Pacific Macau :

    3 [tiga] piala untuk Indonesia

    1. Dokumenter Terbaik dalam film Lando Blessing oleh Adisurya Abdy

    2. Skenario Terbaik dalam film KKN di Desa Penari oleh Lele Laila-Gerald Mamahit

    3. Tata Kamera Terbaik dalam film Autobiography

    BalasHapus
  7. Anonim4:26 PM

    khusus segmen khusus penonton, tidak semua menyukai

    BalasHapus
  8. Anonim7:59 PM

    komposer legendaris Ryuichi Sakamoto ngeri banget

    BalasHapus
  9. Anonim8:00 PM

    Hirokazu Kore-eda stil the best of the best ever

    BalasHapus
  10. Anonim8:01 PM

    film ini pangsa pasar nya pasti khusus tayang di CGV & Cinepolis, tidak dengan bioskop lain

    BalasHapus
  11. Anonim9:14 PM

    BANG SARAN AJA, FITUR KOMENTARNYA DIMATIIN AJA DARIPADA DIKOMEN OOT GAJELAS DI TIAP POSTINGAN.

    BalasHapus
  12. Anonim7:22 AM

    luar biasa review mas rasyid thanks ya mas dan kolom komentar nya

    BalasHapus
  13. Anonim7:22 AM

    film bagus

    BalasHapus
  14. Anonim7:23 AM

    keren mas rasyid, thanks

    BalasHapus
  15. Anonim7:23 AM

    monster yang lebih mengerikan daripada monster itu sendiri

    BalasHapus
  16. Anonim8:37 AM

    tampak depresi di pertontonkan secara verbal sama dengan film monster

    BalasHapus
  17. Anonim5:38 PM

    belum nonton, sudah ada yang stress

    BalasHapus
  18. Anonim5:39 PM

    good movie

    BalasHapus
  19. Anonim5:39 PM

    film bagus

    BalasHapus
  20. Anonim5:39 PM

    terbaik

    BalasHapus
  21. Anonim1:51 AM

    disturbing movie

    BalasHapus
  22. NANGIS MEWEK JELEKKKK NONTON INI HUEEE

    BalasHapus
  23. Anonim1:51 PM

    film homo terbaik

    BalasHapus
  24. Anonim1:52 PM

    skenario homo terbaik film 2023

    BalasHapus
  25. Anonim1:52 PM

    keren homophobia movie

    BalasHapus