REVIEW - BADLAND HUNTERS
Sebuah sekuel dengan judul yang sama sekali berbeda tanpa embel-embel angka, dengan deretan karakter berbeda, pula pendekatan yang sama sekali berbeda. Begitulah Badland Hunters, yang tujuan eksistensinya adalah untuk memperluas semesta salah satu film Korea Selatan terbaik tahun lalu, Concrete Utopia.
Naskah buatan Kim Bo-tong dan Kwak Jae-min meninggalkan satir tajam yang tetap berpijak pada realisme milik film pertama, mengubahnya jadi aksi distopia yang kental sentuhan fiksi ilmiah. Ceritanya lebih generik, sebab jualan utama Badland Hunters adalah tinju maut Ma Dong-seok alias Don Lee.
Tiga tahun pasca gempa yang menghancurkan Seoul, sekelompok manusia tinggal di tengah padang gurun yang kekurangan air. Guna memenuhi kebutuhan pangan, para warga mengandalkan jasa Nam-san (Ma Dong-seok) si pemburu. Pertama kali kita bertemu Nam-san, ia tengah menolong partnernya, Choi Ji-wan (Lee Jun-young), dari kejaran buaya. Satu sabetan golok darinya sudah cukup memenggal kepala si buaya. Begitulah cara memperkenalkan karakter yang efektif.
Suatu ketika, Ji-wan membicarakan keberadaan sebuah apartemen yang konon mempunyai persediaan makanan serta air berlimpah. Bukan apartemen dari film pertama yang dia maksud, melainkan bangunan lain yang berada di bawah pengawasan dokter bernama Yang Gi-su (Lee Hee-joon).
Konon apartemen tersebut memberi peluang bagi para remaja untuk tinggal di sana sembari mengenyam pendidikan. Su-na (Roh Jeong-eui), gadis yang disukai oleh Ji-wan, jadi salah satu remaja yang beruntung. Tapi begitu Su-na dibawa pergi oleh seorang guru dari apartemen tersebut (Jang Young-nam), Nam-san dan Ji-wan menyadari adanya ketidakberesan dan mulai melakukan pengejaran.
Sejatinya Badland Hunters tetap menyelipkan beberapa kritik sosial serupa pendahulunya, dari persoalan jurang kelas hingga eksploitasi terhadap generasi muda, namun pokok bahasan utamanya tetaplah formula klise mengenai ilmuwan gila yang sudah ratusan kali kita temui. Pun di saat adegan aksi sedang absen dari layar, naskahnya tak mampu menghadirkan penceritaan yang bisa menjaga atensi penonton.
Lain cerita jika membicarakan aksi. Heo Myung-haeng selaku sutradara (juga mengarahkan The Roundup: Punishment yang rilis tahun ini) tahu betul cara memaksimalkan kelebihan Ma Dong-seok lewat rentetan perkelahian brutal, termasuk pertumpahan darah di klimaks berlatarkan lorong-lorong sempit apartemen.
Ma Dong-seok bukan aktor laga yang jago berjungkir balik melempar jurus layaknya Iko Uwais, Tony Jaa, atau Scott Adkins. Bahkan ia masih kalah lincah dibanding An Ji-hye, yang tampil memukau dengan melakoni nyaris seluruh stunt-nya sendiri, kala memerankan Lee Eun-ho si mantan tentara di film ini. Tapi sang aktor punya karisma yang bisa membuat penonton percaya bahwa satu pukulannya dapat memporak-porandakan gedung.
Badland Hunters bak menyimpan tujuan terselubung, yakni mencarikan lawan sepadan bagi Ma Dong-seok. Ketika preman biasa tak lagi berkutik, dihadirkanlah sekelompok mutan (lebih tepatnya modifikasi dari pasukan zombie). Memasuki babak ketiga, Ma Dong-seok membuat para mutan melayang menggunakan tinjunya, kemudian mencabut kepala mereka dengan tangan kosong. Jika itu terdengar seperti pemandangan yang bakal membuat kalian bersorak, tontonlah Badland Hunters.
(Netflix)
25 komentar :
Comment Page:Tinju Maut
opa Ma Dong-seok bikin horny brutal abis
so cool so horror
stealing scene wanita pencium ular, bikin Ma Dong-seo gelapan parah
film generik mutan
plot twist membagongkan
nggak perlu putar otak, nikmati aja aksi nya
WTF GODDAMMED SO BLAST
dikira film keren, ternyata triple kill bagus
skor film 9.5/10
Ma Dong-seok kocak konak manusiawi
Bang, review Fighter dong
film nya emang keren sih
netflix is still the best
jelek movie
nggak minat nonton
film recehan
saya suka film ini
lebih bagus yang ini daripada yang pertama
aksi seru nan bokeh
two thumbs up
Film kumpulan muka plastik, SKIP
skip film homo gue suka
adventure fighter horror games movie
blam blam bak bik buk tinju maut
Posting Komentar