17/02/24

REVIEW - LAMPIR

0 View

Tidak berlebihan menyebut Lampir punya potensi luar biasa besar. Ketimbang mengikuti pakem horor lokal dengan segala penampakan setan buruk rupa, ia memilih jalur horor psikologis dengan mengetengahkan naluri bertahan hidup yang membuka wajah gelap manusia. Sayangnya proses mengeksekusi gagasan cemerlang tersebut tak berlangsung mulus akibat ketidakmampuan memenuhi poin-poin esensial subgenrenya.

Keengganan Kenny Gulardi selaku sutradara sekaligus penulis naskah untuk bermain aman sudah terbaca sejak momen pembuka yang memperkenalkan penonton pada sosok Lampir (Sheila Salsabila) dalam adegan hitam putih cantik. Orkestra garapan Hajar Asyura dan Nara Bunyi, ditambah rumah mewah yang nantinya bakal jadi latar pertumpahan darah, menekankan ambisi Lampir untuk tampil "berkelas".

Alurnya berpusat pada sesi foto pre-wedding Wendy (Jolene Marie) dan Angga (Rory Asyari), di sebuah rumah milik teman Agnes (Ardina Rasti). Roby (Gandhi Fernando) si fotografer sekaligus pacar Agnes, Nanda (Hana Saraswati) si perias, dan Rizki (Ge Pamungkas) yang dibenci oleh kawan-kawannya akibat masalah di masa lalu. Keenam sahabat itu tidak tahu bahwa rumah tersebut merupakan sarang Lampir yang tengah mencari mangsa. 

Kemunculan sosok Lampir yang menjauh dari citra nenek tua sebenarnya tidaklah spesial, sebab pengarahan sang sutradara cenderung generik. Keunggulan justru terletak pada modus operandi si hantu pendamba kecantikan, yang alih-alih asal menyerang, memilih untuk memecah belah para korban terlebih dahulu, layaknya predator yang bermain-main dengan calon makanannya. 

Lampir pun menjadi horor yang tidak mengumbar jumpscare. Pasca menemukan sebuah gulungan misterius, yang disusul oleh kematian pertama salah satu dari mereka, mulai timbul saling curiga di antara karakternya. Di sinilah daya tarik Lampir memuncak, yang sayangnya, di saat bersamaan juga jadi awal titik balik penurunan kualitas.

Naskahnya menerjemahkan "saling curiga" dengan begitu dangkal. Konflik antar karakter selalu dipresentasikan dalam bentuk pertengkaran penuh teriakan, yang seiring waktu semakin terasa repetitif, apalagi saat penulisan dialognya dipenuhi kalimat-kalimat klise. Ketika banyak cara alternatif untuk memperlihatkan gesekan interpersonal, Lampir ngotot memakai pendekatan yang terasa cerewet. Akibatnya, klimaks tatkala Lampir menampakkan wujud aslinya pun ikut terdampak dan kehilangan momentum.

Akting jajaran pemain yang masih terjebak pada teriakan-teriakan "keras namun hampa" guna meluapkan keputusasaan karakter mereka (bentuk akting "besar" yang tak dibarengi olah rasa mumpuni) pun tidak banyak membantu. Saya menyukai nihilisme kelam yang kisahnya bawa, tapi sebagai horor psikologis, Lampir masih terlalu tipis. 

30 komentar :

  1. Anonim1:38 PM

    Setuju dengan akting para pemainnya, teriak yg asal teriak bersahut2an dan terkesan lebay…

    BalasHapus
  2. Anonim11:58 AM

    si gendhis bacotnya kalo review film orang sok paling jago, taunya film dia sendiri busuk

    dah lah bilangin aja kaga usah sok ngereview film orang lagi, fokus sama kerjaannya aja, jadi kucing peliharaan om-om sebagaimana boty pada umumnya

    BalasHapus
  3. Anonim5:22 PM

    anjir ini film, nenek lampir masuk ke lubang ngangkang...keren banget

    BalasHapus
  4. Anonim5:23 PM

    di kira film busuk, ternyata...yahud banget keren

    BalasHapus
  5. Anonim5:24 PM

    lihat poster nya pasti film boker, ternyata ge pamungkas benar : berak

    BalasHapus
  6. Anonim5:25 PM

    lampir emang sekeren njing itu

    BalasHapus
  7. Anonim5:25 PM

    film bagus

    BalasHapus
  8. Anonim5:25 PM

    hantunya terakhir di tampakkan

    BalasHapus
  9. Anonim5:26 PM

    mindblowing crot banget

    BalasHapus
  10. Anonim5:26 PM

    bagus teunan

    BalasHapus
  11. Anonim7:34 PM

    jagoan keren banget

    BalasHapus
  12. Anonim7:34 PM

    Nenek Lampir Lesbong

    BalasHapus
  13. Anonim7:35 PM

    pengen berakkkkkk

    BalasHapus
  14. Anonim7:36 PM

    Wow Ending Nya MEMBARA

    BalasHapus
  15. Anonim7:36 PM

    lampir suka selangkangan, ampun deh

    BalasHapus
  16. Anonim7:36 PM

    Film khusus bukan untuk para bocil penakut

    BalasHapus
  17. Anonim7:37 PM

    Anak umur 4 tahun di ajak nonton ortunya nonton lampir...ketan banget orangtua...bagus

    BalasHapus
  18. Anonim7:38 PM

    film termegah terdasyat

    BalasHapus
  19. Anonim7:38 PM

    Slowburn Fatality

    BalasHapus
  20. Anonim7:38 PM

    skor film ini gue kasih 8/10...emang bagus kok

    BalasHapus
  21. Anonim7:39 PM

    Lele Laila Universe Cinematic lihat ada clue nya

    BalasHapus
  22. Anonim10:52 PM

    dari awal udh bisa ditebak ini film pasti tentang "transmigrasi" tubuh, tapi ini film patut di apresiasi kok, salah satu film horor lokal terbaik di pembuka tahun 2024

    BalasHapus
  23. Anonim5:39 PM

    scene terakhir 10 menit adalah scene mematikan indah ciamik sekali

    BalasHapus
  24. Anonim5:40 PM

    bagong banget ini film saking bagusnya semesta nenek lampir

    BalasHapus
  25. Anonim5:40 PM

    luar biasa berak

    BalasHapus
  26. Anonim11:08 AM

    Kenapa di komen banyak bgt buzzer filmnya si

    BalasHapus
  27. Anonim8:39 PM

    thanks kolom komentar positif sekali

    BalasHapus
  28. Anonim8:39 PM

    luar biasa

    BalasHapus
  29. Anonim8:40 PM

    thanks mas rasyid

    BalasHapus
  30. Anonim8:40 PM

    ulasan nya keren

    BalasHapus