"For centuries, women in this country have been duped. This con is known as 'a respectable girl.'". Pernyataan tegas tersebut melandasi penceritaan Laapata Ladies yang menandai kembalinya Kiran Rao di kursi sutradara sejak Dhobi Ghat 14 tahun lalu. Satu lagi bukti kehebatan sinema India dalam menghantarkan kisah-kisah menggugah mengenai perempuan.
Judulnya punya arti "perempuan-perempuan yang hilang". Alurnya memang berpusat pada hilangnya dua pengantin perempuan. Lebih tepatnya, mereka tertukar. Phool (Nitanshi Goel) baru menikahi Deepak (Sparsh Shrivastav), lalu menempuh perjalanan menuju desa sang suami dengan menaiki kereta. Sesampainya di stasiun tujuan, Deepak justru membawa turun Jaya (Pratibha Ranta), istri dari Pradeep (Bhaskar Jha), akibat tidak bisa membedakan kedua perempuan yang sama-sama mengenakan ghoonghat. Sedangkan Phool yang tertidur akhirnya malah turun di desa tempat Pradeep tinggal.
Sesampainya di rumah, Deepak disambut oleh arak-arakan musik serta suka cita keluarga. Nampaklah pemandangan yang menggelitik nurani. Deepak dielu-elukan. Ada kesan kalau yang dirayakan bukanlah pernikahannya, melainkan sebatas si pengantin laki-laki. Sementara si pengantin perempuan (yang saat itu belum diketahui telah tertukar) dibiarkan berdiri di belakang.
Apakah pernikahan hanya dianggap sebagai selebrasi maskulinitas laki-laki selepas sukses mengambil alih perempuan? Padahal sebelumnya kita mendengar bagaimana keluarga beberapa pengantin laki-laki membanggakan mas kawin melimpah yang didapat dari keluarga perempuan.
Sewaktu akhirnya Deepak sadar ia salah membawa pulang pasangan, kehebohan pun pecah. Deepak menyinggung budaya memakai ghoonghat yang membuat semua perempuan terlihat sama. Kemudian saat Jaya hendak mengungkap identitas sang suami demi memudahkan pencarian, ia mendapat teguran, karena "istri yang baik semestinya tidak dengan gampang menyebut nama suami". Entah kenapa semua hal terkait adat dan adab dalam pernikahan terkesan menyulitkan perempuan.
Bukan berarti film ini menentang pernikahan. Naskah karya Sneha Desai (dibuat berdasarkan cerita Two Brides milik Biplab Goswani yang ditemukan oleh sang produser, Aamir Khan, di sebuah kompetisi penulisan naskah) punya perspektif berimbang. Itulah mengapa narasinya dipecah menjadi dua. Cabang pertama menyoroti Jaya dengan cita-citanya meneruskan pendidikan, cabang kedua mengetengahkan Phool beserta cintanya terhadap Deepak.
Karena Laapataa Ladies tak berusaha menyalahkan pilihan perempuan. Pilihan mana pun bukan masalah, selama individu tidak mengambilnya secara terpaksa, dan yang terpenting, menyadari adanya opsi lain di luar sana. Berangkat dari prinsip tersebut, Laapataa Ladies menyampaikan kisah mengenai "get lost and get found", baik secara literal maupun metaforis.
Phool yang tersesat dalam pemikiran bahwa setelah menikah perempuan cuma bertugas melayani suami akhirnya menemukan sudut pandang baru berkat bantuan Manju Maai (Chhaya Kadam) si penjual teh di stasiun. Begitu pula Jaya yang menemukan kembali dorongan mewujudkan mimpi setelah tersesat dalam kepasrahan akan nasib.
Dibalut iringan musik gubahan Ram Sampath yang mendamaikan lewat petikan gitarnya, Kiran Rao menggerakkan kisahnya dengan sederhana. Tiada peristiwa atau ledakan emosi berlebihan. Filmnya tersusun atas obrolan kasual yang secara cerdik menyelipkan kehangatan sarat makna. Tidak pula ia bertutur terlampau serius. Beberapa sentuhan humor terbukti efektif memancing tawa, termasuk lewat kemunculan karakter Inspektur Shyam Manohar (Ravi Kishan) yang gemar mengeruk keuntungan dari kasus yang ia usut.
Sang inspektur bakal berperan besar memunculkan perenungan menarik di fase konklusi. Nyatanya ada garis batas yang memisahkan sikap egois dan keserakahan terhadap materi, dengan hilangnya kemanusiaan. Kita hanya harus membuka mata, hati, dan telinga, supaya tak tersesat.
(Netflix)
bagus bang, film india terbaik thn 2024 yg sy tonton... thx reviewnya
BalasHapusWah sudah tayang di netflix indonesia?
BalasHapus@agoesinema sudah bro, tp subtitle bhs Indonesia nya blm ada
BalasHapusWah nunggu subtitle indonesia saja deh
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus