Jangan terkecoh oleh judulnya yang menyiratkan suguhan aksi penuh baku tembak, maupun jajaran pemain bertabur bintang populer masa kini. Revolver bukan "film popcorn", melainkan neo-noir yang mengutamakan atmosfer ketimbang ledakan, dengan gaya bercerita yang agar bisa dicerna, menuntut penonton mencurahkan perhatian ekstra.
Polisi bernama Ha Soo-young (Jeon Do-yeon) dijebloskan ke dalam penjara akibat kasus korupsi. Sejatinya Soo-young tak berbuat dosa sendirian. Si atasan, Lim Seok-yong (Lee Jung-jae), juga para petinggi kepolisian lain turut terlibat, namun ia bersedia menanggung kesalahan sendiri karena dijanjikan sejumlah uang dan apartemen mewah oleh Andy (Ji Chang-wook), perwakilan dari perusahaan investasi Eastern Promise yang memiliki kaitan dengan kasus tersebut.
Dua tahun berselang Soo-young bebas, tapi hadiah yang dijanjikan tidak ia terima. Seok-yong ditemukan tewas, Andy menghilang, sementara wanita bernama Jeong Yoon-sun (Lim Ji-yeon) yang tak Soo-young kenal malah menjemputnya di penjara. Si mantan polisi pun kembali melakukan investigasi, bukan demi menegakkan kebenaran, melainkan untuk mengeruk keuntungan.
"Apa yang terjadi?" merupakan pertanyaan yang akan rutin berseliweran di kepala penonton selama 114 menit durasi filmnya, karena naskah buatan sang sutradara, Oh Seung-uk, enggan berbaik hati menyediakan penjabaran rinci. Selain pergerakan alur yang non-linear (kerap melompat antara masa kini dan masa lalu), naskahnya juga tak mengungkap berbagai fakta secara gamblang. Penonton dituntut menarik kesimpulan sendiri dari beberapa petunjuk yang tersebar.
Ada kalanya pendekatan tersebut mendukung suasana khas film noir yang Seung-uk coba bangun. Kelam, misterius, seolah diselimuti kabut kejahatan yang menolak lenyap. Minimnya pemakaian musik sehingga Revolver acap kali mengalun dalam kesunyian, ditambah tempo bertutur yang pelan, seolah jadi cara sang sutradara memberi penonton ruang untuk memproses segala situasi. Walau demikian, sedikit tambahan kejelasan rasanya takkan melukai filmnya.
Revolver adalah kisah soal bagaimana di jalanan, di "dunia bawah", moralitas tidaklah berlaku. Semua hidup demi uang, yang akhirnya melanggengkan penipuan dan pengkhianatan. Sebuah dunia yang bisa mematikan sisi kemanusiaan orang-orangnya, dan itu pula yang Jeon Do-yeon tampilkan lewat aktingnya.
Oh Seung-uk banyak menggunakan close-up sehingga penonton bisa mengobservasi olah rasa subtil sang aktris senior, kala ia menghidupkan karakter Soo-young yang seperti sudah mati rasa. Revolver pun ditutup dengan close-up wajah protagonisnya. Dia tersenyum simpul sembari minum soju murah pinggir jalan. Senyum yang tak terlihat sewaktu ia menikmati wine mahal pemberian Yoon-sun. Mungkin tanpa Soo-young sadari, harta tidak lagi jadi tujuan utamanya, dan kedamaian hati yang akhirnya terasa bukan berasal dari segunung uang dalam kopernya.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar