11/07/25

REVIEW - SORE: ISTRI DARI MASA DEPAN

0 View

Sore: Istri dari Masa Depan, yang berangkat dari serial web berjudul sama, menangani elemen perjalanan waktunya lewat pendekatan magical realism, alih-alih fiksi ilmiah yang berupaya memberi penjelasan logis. Keajaibannya, yang menelusuri gagasan bahwa cinta mampu menembus ruang dan waktu, memang bukan untuk dijabarkan, tapi dirasakan. Sungguh kisah yang indah.

Pertama kali kita menemui Jonathan (Dion Wiyoko), ia sedang mengambil foto di tengah hamparan es Finlandia. Lanskap megah dengan aurora yang terlukis cantik di langit mampu ditangkap oleh Dimas Bagus Triatma Yoga selaku sinematografer. "Gambar indah" adalah sesuatu yang bakal secara rutin penonton temui sepanjang dua jam durasi filmnya. 

Sayangnya kondisi batin si protagonis tidak seindah itu. Alam Finlandia (juga nantinya Kroasia) bukan sebatas pajangan indah untuk kartu pos, tetapi tanah asing yang jadi panggung bagi perjalanan sesosok individu, yang sedang berkutat dengan kesendirian dan keterasingannya. 

Naskah garapan sang sutradara, Yandy Laurens, membagi alurnya ke dalam tiga babak, yang masing-masing dipisahkan oleh tulisan sub-judul besar di layar. Di dalam teks bertuliskan "Jonathan" yang jadi tajuk babak pertamanya, kita melihat lapisan es yang pecah oleh terjangan kapal pemecah es. Begitulah Jonathan. Hatinya dingin, dan tanpa sadar tengah mengalami keretakan sedikit demi sedikit.

Jonathan tinggal seorang diri di Kroasia, berharap dapat menggelar pameran tunggal dengan bantuan Karlo (Goran Bogdan melahirkan karakter pendukung yang mencuri perhatian), agen sekaligus satu-satunya kawan dia di sana. Tapi sahabat terdekatnya adalah botol-botol alkohol serta puntung rokok menggunung yang menemaninya bekerja hingga larut malam. Jonathan menaruh kekhawatiran terhadap perubahan iklim yang menghancurkan Bumi, bahkan mengabadikannya lewat karya foto, namun membiarkan dirinya, baik secara fisik maupun psikis, pelan-pelan hancur. 

Sampai suatu pagi, Jonathan terbangun dan mendapati seorang perempuan sudah duduk di sampingnya. Sore (Sheila Dara Aisha) nama si perempuan, yang sembari tersenyum simpul, memperkenalkan diri sebagai "istri Jonathan dari masa depan". Di awal kemunculan Sore, Sheila Dara membawa kesan ethereal yang misterius nan menghipnotis, sebelum nantinya, seiring kita mengenal karakternya lebih lanjut, mata sang aktris mulai mendefinisikan kekuatan cinta yang luar biasa. Sedangkan Dion Wiyoko tampil solid selaku perpanjangan hati penonton dalam menyikapi peristiwa misterius yang menimpa Jonathan. 

Sore datang untuk memperbaiki hidup Jonathan, yang menurut pengakuannya, akan meninggal beberapa tahun ke depan akibat serangan jantung. Minuman keras dan rokok Jonathan dibuang, pola tidurnya diperbaiki, menu makannya dimodifikasi, sedangkan lari pagi kini jadi rutinitas tiap hari. Berlawanan dengan fenomena alam yang menandai peralihan terang menuju gelap, Sore membawa hidup Jonathan bertransisi ke arah lebih baik. Setidaknya itu yang coba ia lakukan.

Yandy tidak sedang berceramah mengenai hidup sehat. Sore: Istri dari Masa Depan bukan arahan mengenai dampak buruk nikotin atau seberapa berbahaya konsumsi alkohol secara berlebih. Di matanya, luka hati yang luput ditangani bisa jauh lebih mematikan ketimbang segala bahan kimia di atas, dan cinta merupakan obat paling mujarab, dengan pasangan yang sungguh-sungguh mengasihi sebagai dokternya.

Di atas kertas terdengar cheesy, tapi Yandy dengan sensitivitas bertutur yang senantiasa menguatkan karya-karyanya mampu menghindari kesan murahan, untuk memotret cinta layaknya fenomena agung yang melengkapi keindahan semesta. Tengok caranya menggarap konklusi (yang rasanya tepat disebut "anti-La La Land ending"), di mana Yandy memadukan pemakaian lagu tepat guna dengan penyuntingan taktis Hendra Adhi Susanto, guna memvisualkan "gelombang perasaan yang menerjang hebat." Emosinya memuncak. Kita bukan sedang melihat akhir, tapi justru awal sebuah cerita, sebagaimana sore bukan bertugas mengakhiri hari, melainkan mengawali malam panjang dengan segala romantismenya. 

3 komentar :

  1. Waah dapet 4.5 bintang...sebagus atau lbh bagus dari series web nya berarti !

    BalasHapus
  2. Buat yg ga nonton seriesnya gmna bang ?
    Apakah hrs nntn seriesnya dlu biar klop ama ceritanya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah lbh greget ga nonton series nya dulu...

      Hapus