15/12/25

REVIEW - NOBODY (2025)

0 View

Sebelum menonton tidak banyak yang saya tahu tentang Nobody, kecuali status selaku film animasi 2D buatan Cina dengan pendapatan tertinggi, juga alurnya yang mengadaptasi novel Journey to the West. Maka ketika adegan pembukanya menampilkan siluman (disebut "yaoguai") berwujud babi, saya mengasumsikan identitasnya sebagai Zhu Bajie, salah satu murid Biksu Tang Sanzang. Tapi rupanya ia hanya siluman biasa, atau seperti disebut oleh judulnya, "a nobody". 

Selain novel legendaris karya Wu Cheng'en, Nobody juga mengambil inspirasi dari serial animasi Yao-Chinese Folktales, tepatnya episode pertama dengan tajuk The Summer of the Little Monster, yang menghadirkan perspektif segar bagi hikayat pencarian kitab suci ke Barat. Alih-alih Sun Wukong dkk., kisahnya dipaparkan melalui sudut pandang pihak luar, yakni gerombolan siluman tanpa nama. 

Lelah dijadikan bulan-bulanan siluman kuat, pula merasa tak mampu mengalahkan Sun Wukong agar bisa memakan daging gurunya, Siluman Babi (Ziping Chen) mencetuskan sebuah ide nekat: Menyamar jadi kelompok Biksu Tang, lalu melangsungkan perjalanan ke Barat sendiri supaya memperoleh keabadian. 

Di luar Siluman Babi yang otomatis memerankan Zhu Bajie, terkumpul tiga kawanan lain. Siluman Katak (Yang Lu) memerankan Biksu Tang, Siluman Musang (Wenliang Dong) dengan janggut palsu memerankan Sha Wujing, sedangkan Siluman Gorila yang penakut (Cong Liu) memerankan Sun Wukong. Bagaimana mungkin tipuan murahan ini berhasil? 

Naskah yang ditulis oleh sang sutradara, Yu Shui, bersama Liu Jia, bermain-main dengan fakta bahwa di abad 7 sampai 10 selaku latar waktu, berita disampaikan dari mulut ke mulut oleh seorang pencerita, sehingga memiliki tingkat akurasi rendah. Tidak ada yang tahu pasti wujud Biksu Tang dan murid-muridnya. Begitu pun protagonis film ini, yang meminta bantuan Siluman Ayam agar melukis interpretasi atas sosok para biksu sakti tersebut, dalam adegan yang dipakai sebagai penghormatan terhadap serial populer Journey to the West rilisan 80-an. 

Humornya tidak selalu tepat sasaran, tapi kesediaan melontarkan lelucon bernuansa pop masa kini, seperti penampakan kelompok boy band dalam lukisan Siluman Ayam, hingga sentilan mengenai Sha Wujing yang paling sering terlupakan dibanding "kakak-kakaknya", menawarkan tambahan amunisi dalam upaya filmnya menelurkan modifikasi segar bagi materi aslinya. 

Walau mengangkat perspektif unik, Nobody tetap memiliki wajah yang lebih generik terkait penceritaan. Alurnya terdiri atas kumpulan fragmen yang masing-masing mengetengahkan persinggahan kuartet tokoh utamanya, sehingga kerap tampil tak ubahnya serial televisi yang dipindahkan ke layar perak. Mereka akan bertemu siluman, yang entah berambisi memakan daging Biksu Tang, atau mengganggu ketentraman warga desa. 

Tapi siapa yang bisa menolak keindahan visualnya? Didukung lebih dari 600 orang tim produksi, animasinya yang mengedepankan gaya ala goresan tinta cair, membantu Yu Shui mempresentasikan karyanya bak visualisasi cerita rakyat. Lanskap dunia cantik miliknya seolah keluar dari lukisan dan karya sastra berusia ribuan tahun. 

Indah, hangat, namun tetap memberi ruang untuk sudut-sudut yang lebih kelam. Nobody tidak ragu membuat tokoh-tokoh ceria yang senantiasa menyulut tawa, terperosok ke jurang kegelapan. Khususnya kala mereka dikuasai keputusasaan sebagai sosok "nobody" yang merasa dirinya sekadar sampah tanpa guna, sebelum mencapai babak ketiganya yang empowering, diiringi gelaran aksi dahsyat khas blockbuster kelas satu.

Konon eksistensi yaoguai disebabkan oleh dosa atau karma buruk, yang mengharuskan mereka bereinkarnasi sebagai monster mengerikan. Setibanya di fase konklusi menyentuh, yang senada dengan paham Buddhisme, tak menjadikan kematian selaku akhir, jelas pula ke mana perjalanan empat karakternya bermuara. Nobody bukan kisah mencari kitab suci belaka, melainkan proses purifikasi individu dari dosa maupun hal-hal negatif yang menyelimuti kehidupan. 

Tidak ada komentar :

Comment Page:

Posting Komentar