22/10/11

BRIGHT STAR (2009)

0 View
Saya memang bisa menikmati semua genre film, walaupun ada genre yang sulit saya nikmati seperti dance, tapi setidaknya dari genre tersebut ada sedikit film yang bisa menghibur saya contohnya "Step Up 3D" atau "Street Dance". Tapi tidak begitu dengan period drama yang meskipun telah melahirkan film-film dengan review kritikus positif macam "Sense and Sensibility" sampai "Pride & Prejudice" saya tetap kurang bisa menikmati jalinan kisahnya. Paling banter hanya set, kostum dan akting pemainnya saja yang bisa menghibur saya dalam film seperti itu. Sedangkan aspek lain seperti cerita,jalinan asmara antar karakter, dialog sampai karakterisasi tiap tokohnya saya seperti merasa kurang sreg.

"Bright Star" sendiri masuk dalam daftar tonton saya setelah membaca banyak review dan ulasan yang menyebut film ini adalah film yang puitis. Hal itu membuat saya penasaran bagaimana jadinya sebuah period drama bisa jadi film yang puitis. Bicara soal puitis, film ini memang menceritakan kisah hidup John Keats, seorang pujanggan yang hidup dari tahun 1795 hingga kematiannya di usia muda (25 tahun) pada 1821. Film ini sendiri bersetting pada 3 tahun terakhir dalam hidup Keats. Saat itu Keats yang diperankan oleh Ben Whishaw dikenal sebagai seorang pujangga yang gagal dan puisi romance buatannya dicaci oleh para kritikus seni. Hal itu membuatnya kesulitan uang dan dililit hutang.

John kemudian bertemu dengan Fanny Brawne (Abbie Cornish) yang baru saja diperkenalkan padanya. Fanny adalah gadis yang bisa dibilang fashionable dan sangat mempedulikan penampilannya. Pada awal pertemuan keduanya terlihat saling bertolak belakang. Tapi lama kelamaan Fanny malah mulai tertarik pada puisi buatan John yang dianggapnya mempunyai sisi romantisme yang kuat. Kedekatan itu lama kelamaan berlanjut pada rasa cinta yang tumbuh diantara keduanya. Tapi berbagai hal membuat keduanya terasa sulit untuk dipersatukan mulai dari kondisi keuangan John yang membuatnya ragu untuk meminang Fanny, keberadaan sahabat sekaligus rekan kerja John, Charles Brown (Paul Schneider) yang kurang menyukai Fanny, hingga penyakit TB yang diderita oleh John dimana kita sudha tahu bahwa pada akhirnya penyakit tersebut yang akan merenggut nyawa John  Keats di usia muda.
Sekali lagi saya menemukan perasaan yang sama dalam menonton kisah cinta pada sebuah period drama. Sebuah kisah cinta yang buat saya sama sekali tidak cocok mungkin karena perbedaan jaman dan kultur pada masa itu. Yang selalu saya tangkap dari kisah cinta di period drama adalah romansanya terkesan kaku begitu pula karakterisasinya. Saya tahu bahwa pada masa itu memang begitulah kultur yang ada. Tapi saya tetap tidak merasa sreg dan menyukai kultur macam itu yang menyebabkan saya tidak bisa terbawa dan enjoy menikmati filmnya. Hal itu jugalah yang menyebabkan "Bright Star" jadi tidak terasa sepuitis apa yang dibilang orang setidaknya bagi saya. Tapi memang usaha membuat film ini puitis yang dilakukan sutradara sekaligus penulis naskah Jane Campion sangat terasa. Walaupun tidak terlalu berhasil, setidaknya usaha itu cukup membuat "Bright Star" memiliki keunikan tersendiri dibanding period drama lainnya yang pernah saya tonton.
Beberapa kali saya menemukan shot-shot yang bisa dibilang indah dan memiliki nuansa puisi didalamnya. Diiringi oleh lantunan puisi John Keats, terkadang nuansa puitis memang berhasil dibangun sehingga bisa menjadi sebuah momen yang menarik. Tapi disaat momen tersebut sudah berakhir dan suasana kembali lagi pada nuansa period drama film ini tensinya kembali menurun. Sayangnya juga, momen dimana film ini berhasil terangkat lebih sedikit dibanding saat film ini mengalami penurunan tensi.

Departemen akting yang biasanya jadi kebanggan film macam ini juga tidak terlalu menonjol dan hanya menyisakan Abbie Cornish sebagai pemain yang mampu berakting bagus. Bahkan di ending film yang sudah diketahui bagaimana, Abbie Cornish-lah yang mampu menghindarkan ending tersebut dari kesan terlalu datar dan garing. Sedangkan Ben Whishaw terlihat tanpa wibawa. Dia membuat John Keats terlihat sebagai karakter yang lemah dan ringkih walaupun tanpa penyakit mematikan. Karakternya selalu terasa kalah oleh keadaan ataupun oleh sahabatnya, Charles Brown yang porsi menyebalkan yang dia miliki terlalu berlebihan.

Pada akhirnya "Bright Star" tidak sepuitis yang saya harapkan dan terasa tidak lebih dari film period drama lainnya yang kata orang bagus tapi buat saya tidak. Film ini juga terasa bagaikan sebuah kisah cinta yang sebenarnya indah tapi penyajiannya sangat disayangkan kurang sehingga romansanya begitu kering. Setidaknya usaha Jane Campion membuat film ini puitis sedikit menyelamatkan "Bright Star" dari keburukan lebih lanjut.

RATING:

Tidak ada komentar :

Comment Page:

Posting Komentar