Saya lebih dulu menyaksikan "Wall Street: Money Never Sleeps" yang merupakan sekuel film ini dan rilis tahun 2010 lalu. Alih-alih mendapat sajian drama yang padat dan memberikan pengetahuan-pengetahuan kepada saya yang awam tentang dunia saham dan wall street, sekuel yang berjarak 23 tahun dari film pertamanya itu malah berasa seperti sebuah drama keluarga yang dibungkus dengan setting dunia ekonomi. Memang bukan sebuah film yang buruk tapi hanya meninggalkan kesan biasa saja. Film keduanya itu juga malah terasa hanya sebagai sebuah drama mengenai anak yang berharap mendapat kasih sayang dari sang ayah lalu berakhir happy ending.
Kembali ke film pertamanya, "Wall Street" bercerita tentang seorang broker saham muda bernama Bud Fox (Charlie Sheen) yang berambisi untuk bisa mencapai keberhasilan dalam karirnya dan mendapatkan kekayaan. Untuk mencapai ambisinya tersebut, Bud Fox berusaha mendekati seorang pialang saham ternama yang juga menjadi idolanya, Gordon Gekko (Michael Douglas). Bud Fox berusaha mendapatkan kepercayaan Gekko supaya dirinya bisa bekerja sama dengannya. Usaha Bud Fox tidak sia-sia karena lama kelamaan Gekko tertarik dengan kemampuannya dan mulai memberikan kepercayaan pada Bud Fox dalam menangani bisnisnya. Bud Fox sendiri mulai merintis kesuksesan berkat bantuan dari Gekko. Sampai akhirnya dia mulai menyadari bahwa Gekko adalah orang yang murni serakah dan tanpa perasaan menghancurkan perusahaan-perusahaan yang dia mau.
"Wall Street" adalah sebuah film yang hebat dan makin membuat sekuelnya terasa sebagai film yang buruk. Disini saya benar-benar disuguhi gambaran suasana dalam bisnis saham setidaknya pada masa itu. Berbagai istilah asing mengenai saham dan dunia ekonomi saya temukan disini dan akhirnya saya pahami maknanya. Sebenarnya keberadaan istilah asing dan konflik utama yang mengandung unsur ekonomi yang kental bisa membuat penonton bingung dan bosan, tapi penanganan dari seorang Oliver Stone justru membuat film ini begitu menarik, seru dan memberikan pengetahuan baru bagi penonton awam seperti saya dan bukannya menambah bingung. Saya disuguhkan bagaimana rumitnya dan depresifnya kehidupan para broker dan orang-orang yang terlibat dalam bisnis saham. Sungguh sebuah dunia yang keras dan penuh tipu daya.
Sumber dari konflik yang begitu seru disini tidak lain adalah bermula dari kalimat terkenal dari Gordon Gekko, "Greed is good". Kerakusan yang dijunjung tinggi dan kepuasan tiada akhir pada uang yang dimiliki manusia memang seringkali menjadi sumber permasalahan utama kehidupan mereka. Hal itulah yang benar-benar terasa disini dimana Bud Fox yang mulai terjerumus pada keserakahan malah terancam menghancurkan karir ayahnya sendiri.
Untuk urusan akting, jelas Michael Douglas jadi yang terbaik sebagai Gordon Gekko. Sangat pantas "Best Actor" Oscar jatuh padanya. Charlie Sheen juga jadi pembeda antara film ini dengan sekuelnya. Berbeda dengan Shia LaBeouf yang meskipun bermain tidak buruk tapi sama sekali tidak terasa aura pekerja sahamnya, Sheen mampu menunjukkan hal itu dengan baik mulai dari sisi depresif hingga keserakahan. Hal itu juga yang membuat hubungan karakternya dengan Gekko jadi sangat menarik. Melihat mereka berdua di film ini, membuat cameo kemunculan Bud Fox di sekuelnya jadi menarik. Saya yang saat melihat film keduanya belum menonton film pertamanya ini tidak tertarik dan tidak mengerti akan pembicaraan singkat mereka. Tapi setelah menonton film ini dan melihat ulang kemunculan Charlie Sheen sebagai cameo di film keduanya, saya akui obrolan singkat itu adalah adegan yang menarik dan menggelitik. Keberadaan Michael Sheen sebagai ayah Bud Fox juga menarik karena jarang sekali melihat ayah-anak ini berperan sebagai ayah-anak juga dalam sebuah film.
Jika anda ingin menonton film yang mengupas dunia ekonomi sebaiknya lewatkan film keduanya dan tonton film ini. Benar-benar sebuah film yang tidak hanya memberikan banyak penegtahuan baru tapi juga mampu menyajikan konflik dunai ekonomi dengan seru dan menarik. Is greed good???
RATING:
Kembali ke film pertamanya, "Wall Street" bercerita tentang seorang broker saham muda bernama Bud Fox (Charlie Sheen) yang berambisi untuk bisa mencapai keberhasilan dalam karirnya dan mendapatkan kekayaan. Untuk mencapai ambisinya tersebut, Bud Fox berusaha mendekati seorang pialang saham ternama yang juga menjadi idolanya, Gordon Gekko (Michael Douglas). Bud Fox berusaha mendapatkan kepercayaan Gekko supaya dirinya bisa bekerja sama dengannya. Usaha Bud Fox tidak sia-sia karena lama kelamaan Gekko tertarik dengan kemampuannya dan mulai memberikan kepercayaan pada Bud Fox dalam menangani bisnisnya. Bud Fox sendiri mulai merintis kesuksesan berkat bantuan dari Gekko. Sampai akhirnya dia mulai menyadari bahwa Gekko adalah orang yang murni serakah dan tanpa perasaan menghancurkan perusahaan-perusahaan yang dia mau.
"Wall Street" adalah sebuah film yang hebat dan makin membuat sekuelnya terasa sebagai film yang buruk. Disini saya benar-benar disuguhi gambaran suasana dalam bisnis saham setidaknya pada masa itu. Berbagai istilah asing mengenai saham dan dunia ekonomi saya temukan disini dan akhirnya saya pahami maknanya. Sebenarnya keberadaan istilah asing dan konflik utama yang mengandung unsur ekonomi yang kental bisa membuat penonton bingung dan bosan, tapi penanganan dari seorang Oliver Stone justru membuat film ini begitu menarik, seru dan memberikan pengetahuan baru bagi penonton awam seperti saya dan bukannya menambah bingung. Saya disuguhkan bagaimana rumitnya dan depresifnya kehidupan para broker dan orang-orang yang terlibat dalam bisnis saham. Sungguh sebuah dunia yang keras dan penuh tipu daya.
Sumber dari konflik yang begitu seru disini tidak lain adalah bermula dari kalimat terkenal dari Gordon Gekko, "Greed is good". Kerakusan yang dijunjung tinggi dan kepuasan tiada akhir pada uang yang dimiliki manusia memang seringkali menjadi sumber permasalahan utama kehidupan mereka. Hal itulah yang benar-benar terasa disini dimana Bud Fox yang mulai terjerumus pada keserakahan malah terancam menghancurkan karir ayahnya sendiri.
Untuk urusan akting, jelas Michael Douglas jadi yang terbaik sebagai Gordon Gekko. Sangat pantas "Best Actor" Oscar jatuh padanya. Charlie Sheen juga jadi pembeda antara film ini dengan sekuelnya. Berbeda dengan Shia LaBeouf yang meskipun bermain tidak buruk tapi sama sekali tidak terasa aura pekerja sahamnya, Sheen mampu menunjukkan hal itu dengan baik mulai dari sisi depresif hingga keserakahan. Hal itu juga yang membuat hubungan karakternya dengan Gekko jadi sangat menarik. Melihat mereka berdua di film ini, membuat cameo kemunculan Bud Fox di sekuelnya jadi menarik. Saya yang saat melihat film keduanya belum menonton film pertamanya ini tidak tertarik dan tidak mengerti akan pembicaraan singkat mereka. Tapi setelah menonton film ini dan melihat ulang kemunculan Charlie Sheen sebagai cameo di film keduanya, saya akui obrolan singkat itu adalah adegan yang menarik dan menggelitik. Keberadaan Michael Sheen sebagai ayah Bud Fox juga menarik karena jarang sekali melihat ayah-anak ini berperan sebagai ayah-anak juga dalam sebuah film.
Jika anda ingin menonton film yang mengupas dunia ekonomi sebaiknya lewatkan film keduanya dan tonton film ini. Benar-benar sebuah film yang tidak hanya memberikan banyak penegtahuan baru tapi juga mampu menyajikan konflik dunai ekonomi dengan seru dan menarik. Is greed good???
RATING:
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar