"Norwegian Wood" adalah judul dari salah satu lagu milik The Beatles yang akhirnya menginspirasi Haruki Murakami menulis sebuah novel dengan judul sama yang rilis tahun 1987. 23 tahun kemudian sutradara asal Vietnam, Tran Anh Hung mengangkat novel tersebut ke layar lebar. Tran Anh Hung sendiri mulai angkat nama sejak film debutnya, The Scent of Green Papaya yang rilis tahun 1993 berhasil menjadi nominasi Oscar untuk Best Foreign Film. Norwegian Wood sedniri mempunyai 2 nama besar lain didalamnya, yaitu aktor Kenichi Matsuyama yang terkenal lewat perannya sebagai L dalam 2 film Death Note dan 1 spin-off. Satu lagi nama besar adalah Rinko Kikuchi yang sempat meraih nominasi Oscar untuk Best Supporting Actress lewat perannya sebagai gadis bisu dalam Babel.
Berkisah di Tokyo pada tahun 60-an, diceritakan Toru Watanabe (Kenichi Matsuyama) masih merasakan kehilangan setelah teman baiknya, Kizuki (Kengo Kora) meninggal setelah bunuh diri. Toru yang coba melarikan diri dari hal itu akhirnya berkuliah di Universitas Tokyo. Suatu hari saat sedang berjalan-jalan Toru bertemu secarar tidak sengaja dengan Naoko (Rinko Kikuchi) yang tidak lain adalah mantan pacar Kizuki. Mereka akhirnya mulai menjalin hubungan yang lebih dekat. Naoko sendiri saat itu masih mengalami teknan dan depresi akibat meninggalnya Kizuki. Hubungan Toru dan Naoko akhirnya semakin intim dan mulai jatuh cinta satu sama lain. Tapi setelah ulang tahunnya yang ke-20 Naoko menghilang.
Selama Naoko masih belum terdengar kabarnya, Toru bertemu dengan gadis bernama Midori (Kiko Mizuhara). Midori adalah tipe gadis yang berbeda dengan Naoko. Jika Naoko adalah gadis yang muram dan cenderung gloomy, maka Midori lebih bersemangat, ceria dan percaya diri. Selama tidak ada Naoko, Midori mulai mengisi keseharian Toru. Sampai suatu hari Naoko membalas surat yang telah lama dikirim oleh Watanabe. Ternyata selama ini dia berada di sebuah sanatorium yang terletak di tengah hutan di pegunungan dekat Kyoto. Kini Toru harus berada diantara 2 orang wanita yang sama-sama dia cintai dan juga mencintainya. Kedua wanita itu juga masing-masing punya luka dan kepedihan dalam hati mereka.
Norwegian Wood adalah tentang cinta, hasrat seksual dan kematian beserta obsesi tokoh-tokohnya akan ketiga hal tersebut. Ketiga hal tersebut sangat mendominasi keseluruhan film ini baik itu dari adegannya sampai dialog-dialog yang ada juga berisikan ketiga hal itu. Dan bagaimana ketiga tema tersebut jika disatukan? Hasilnya adalah sebuah kisah yang bergulir selama 2 jam lebih dan terasa penuh dengan perasaan depresi, galau dan meninggalkan aura emo yang terpancar kuat dari setiap karakternya. Saya sendiri merasa cukup lelah dengan nuansa itu apalagi durasinya sampai diatas 2 jam. Norwegian Wood bagaikan sebuah ungkapan perasaan mengenai seseorang yang merasa galau dan sedih atas kehilangan-kehilangan dan hal buruk yang terjadi di masa lalunya kemudian berbicara tentang kematian dan sesekali secara tersirat berharap kematian itu akan menjemput.
Tapi yang patut dicatat adalah memang kisah dalam film ini bukan bertujuan untuk memperlihatkan hubungan cinta yang biasa saja, yaitu bukan hubungan cinta yang hanya mempertimbangkan siapakah yang akhirnya akan menjadi cinta sejati dan akan dipilih oleh Toru. Sama sekali bukan seperti itu. Norwegian Wood lebih mengetengahkan sebuah kisah coming-of-age karakternya. Bagaimana mereka bisa bertahan atau tidak dari masa lalu yang menghantui mereka. Apakah akhirnya mereka akan terus hidup dan bertambah tua atau mengakhiri hidup dan tetap berusia 20 tahun seperti Kizuki yang tetap berusia 17 tahun setelah dia meninggal. Dua sosok Midori dan Naoko yang berada dalam hidup Toru juga bagaikan refleksi sebuah masa lalu suram yang dimiliki oleh Toru saat Kizuki meninggal dimana hal itu direfleksikan dalam diri Naoko dan juga refleksi dari masa depan yang berpotensi cerah baginya yang tergambar dalam diri Midori. Tapi tidak semua orang akan lebih memilih masa depan andaikan dia adalah seorang gloomy atau emo yang menikmati terjebak dalam kesakitan hatinya.
Tapi harus diakui durasi 128 menit adalah terasa lama untuk sebuah kisah seperti dalam film ini. Begitu gelap dan nuansanya bagaikan terasa bukan kisah antara manusia tetap lebih seperti antara makhluk-makhluk gaib yang ajaib dan terkesan aneh. Walaupun begitu, mengurangi durasi nampaknya juga bukan pilihan bijak karena film ini sekali lagi adalah adaptasi novel yang tidak bisa seenaknya diperpendek atas nama durasi. Karena itulah harus diakui mengadaptasi Norwegian Wood bukanlah pekerjaan yang mudah. Untungnya film ini punya aspek sinematografi yang luar biasa. Mark lee Ping Bin sang sinematografer sukses mengahdirkan berbagai macam gambar-gambar luar biasa indah dan mendukung jalinan kisahnya yang terasa puitis. Keindahan gambar itu jugalah yang pada akhirnya mampu membuat saya bertahan dan tidak terlalu bosan mengikuti kisahnya yang buat saya sendiri agak bertele-tele dan melelahkan karena sisi depresifnya.
Selain sisi sinematografi yang indah, Norwegian Wood juga beruntung memiliki Rinko Kikuchi. Bukann saya mengesampingkan akting pemain lainnya, tapi harus diakui Rinko adalah yang paling bersinar. Dari dirinya karakter seorang Naoko yang tengah depresi berat begitu terpancar. Meskipun tengah memancarkan senyum sangat jelas ada sebuah "kegelapan" dan kesedihan luar biasa dalam dirinya yang membuatnya seolah selalu tidak tertarik untuk hal lain selain hasratnya akan cinta dan hal seksual. Interaksi yang unik sekaligus aneh antara Naoko dengan Toru itulah yang menciptakan suasana yang bagaikan kisah mengenai makhluk-makhluk gaib seperti yang saya bilang tadi. Sebuah hal yang sulit disampaikan dengan kata-kata dalam posting ini tapi akan dengan mudahnya dirasakan oleh orang yang telah menonton filmnya.
Norwegian Wood jelas sebuah film artistik yang tidak mudah diikuti bahkan oleh orang yang menggemari film arthouse sekalipun. Hal itu karena film ini bukanlah hanya menawarkan sajian seni yang mungkin sulit diikuti penonton awam macam The Tree of Life, tapi juga mengandung nuansa yang berat untuk diikuit oleh penonton manampun yaitu nuansa yang gloomy dan cukup depresif. Hal itu sendiri jadi kelebihan sekaligus kekurangan utama film ini. Tapi dibalut dengan sinematografi indah dan akting menawan Rinko Kikuchi, Norwegian Wood tetap sebuah sajian yang lumayan menarik hanya jika anda bersabar dalam menontonnya dan mau meresapi berbagai hal yang ada didalamnya.
RATING:
woah..saya jd tertarik pengen nonton filmnya.
BalasHapusbukunya udah dibeli tp belum dibaca, malah pengen nonton dulu baru baca bukunya :D
adakah rekomendasi film-film yang seperti film norwegian wood ini??
BalasHapus