Menjelang perilisannya dulu, Immortals jelas akan mengingatkan pada campuran antara 300 dan Clash of the Titans. Kisah tentang mitologi Yunani yang dibalut dengan efek ala Zack Snyder, begitulah yang terlihat dalam beberapa materi promosi termasuk trailer-nya. Saya sendiri belum pernah melihat karya dari sutradara Tarsem Singh. Saya melewatkan The Cell. Bahkan The Fall yang sempat berulang kali berniat saya tonton juga akhirnya batal. Sedangkan film terbaru Tarsem, Mirror Mirror pun akhirnya saya lewatkan karena tidak terlalu tertarik dengan kisah puteri salju yang dirombak jadi komedi keluarga ringan. Bahkan Immortals ini nyaris saya lewatkan dan baru sempat ditonton lima bulan setelah rilis. Dari beberapa review yang saya baca tentang film-filmnya, sering dikatakan bahwa Tarsem Singh punya kelebihan utama dalam menciptakan desain dunia yang unik sekaligus kostum yang aneh ala Lady Gaga dalam film-filmnya. Baiklah, jadi saya yang kurang paham mitologi Yunani tidak akan terlalu mempermasalahkan keakuratan dan berharap akan diberikan suguhan heroik ala 300 yang dibalut dengan set sekaligus kostum yang unik. Selain itu disini ada Henry Cavill yang jadi sorotan karena tahun depan akan muncul sebagai Superman dalam Man of Steel.
Kisahnya adalah mengenai Theseus (Henry Cavill) yang berasal dari golongan manusia biasa tapi diceritakan punya tekad dan keberanian yang luar biasa kuat (standar film tentang kepahlawanan). Dia harus mendapati dunia sedang dalam kondisi bahaya saat Raja Hyperion (Mickey Rourke) tengah berusaha mencari busur Epirus yang nantinya akan ia gunakan untuk membangkitkan para Titan yang terkurung di Tartarus. Hal itu dikarenakan dendam Hyperion kepada para dewa yang menurutnya tidak sedikitpun berusaha peduli dan menolong manusia termasuk saat istrinya meninggal. Theseus yang awalnya tidak tertarik ikut berperang akhirnya maju juga dalam melawan Hyperion saat sang ibu dibunuh didepan matanya. Disisi lain, para dewa tengah dilanda dilema. Mereka melihat dunia dalam bahaya dan berniat menolong para manusia, tapi Zeus (Luke Evans) tidak mengijinkan hal itu dan meminta para dewa untuk percaya pada kemampuan manusia Bumi.
Saya diatas mengatakan tidak terlalu peduli pada sebagaimana film ini setia pada mitologi Yunani yang asli. Hal itu karena saya yakin pasti akan ada beberapa perombakan disini, tapi saya tidak menyangkan begitu banyak perombakannya dan begitu ngawurnya para penulis naskah film ini mengganti mitologi yang ada. Pertama saya begitu tercengang saat mengetahui penggambaran Theseus yang berasal dari golongan petani biasa. Hey, orang awam juga tahu kalau Theseus itu demigod, anak dari Poseidon. Bahkan Clash dan Wrath lebih setia menggambarkan Perseus sebagai anak Zeus walaupun tetap berasal dari golongan nelayan miskin. Tapi setidaknya dengan status anak dewa, sang jagoan bisa terlihat lebih logis saat mampu menghajar lawan-lawannya. Disini Theseus harus bertarung dengan Minotaur yang brutal itu. Tapi lagi-lagi saat Minotaur muncul saya kaget melihat sosoknya yang bukan monster melainkan manusia yang memakai aksesoris banteng. Apa maksdunya? Film ini bukan The Dark Knight yang harus berusaha tampil real, dasarnya sudah fantasi yang penuh dengan mitos para dewa, kenapa harus membuat tokoh Minotaur lebih logis?
Saya lebih kaget lagi saat melihat desain para Dewa Olympus dan Titan. Saya suka dengan desain kostum para Dewa yang unik dan berbeda dari apa yang sudah pernah kita lihat selama ini. Tapi penggambaran mereka dalam fisik yang begitu muda terasa menggelikan. Lihatlah Luke Evans sebagai Zeus, Kellan Lutz sebagai Poseidon, dan lain-lain. Mereka lebih nampak seperti prajurit muda ketimbang Dewa yang perkasa. Dan mereka sama sekali tidak perkasa disini. Mana kekuatan petir Zeus? Poseidon juga hanya sekali memperlihatkan kuasanya sebagai dewa lautan dan itu tidak terlihat maksimal. Saat pertarungan dengan Titan juga terlihat seperti pertarungan antar prajurit biasa. Lalu mana Hades? Kenapa Ares sang dewa perang dibuat sebagai sosok dewa yang mau mempertaruhkan nyawa untuk manusia? Makin kecewa lagi saat saya melihat para Titan yang digambarkan hanya sebagai makhluk-makhluk beringas biasa. Mereka harusnya adalah mantan penguasa dunia, bukan monster beringas tak berotak. Saya yang kecewa dengan penggambaran Kronos di Wrath of the Titans jauh lebih kecewa dengan para Titan disini.
Lalu apakah film ini heroik? Sama sekali tidak. Henry Cavill bukanlah Gerrard Butler yang bisa bertarung dengan epic dan memberikan kata-kata pembangkit semangat yang membangkitkan bulu kuduk. Dia terlihat bagaikan pemuda biasa yang berteriak-teriak tanpa wibawa ditengah para pasukan. Tapi untungnya ada kejutan dalam film ini mengenai porsi adegan gore. Saya tidak menyangka akan banyak darah tumpah dan kepala pecah disini. Setidaknya itu jadi hiburan yang ampuh untuk membuat saya tetap betah menonton Immortals. Ya, hanya ada dua kelebihan utama dalam film ini, yaitu adegan gore dan desain kostum yang menarik dan set yang cukup unik. Selebihnya mengecewakan. Tidak heroik sama sekali dan punya keakuratan mitologi Yunani yang benar-benar parah. Bahkan saya yang nyaris tidak tahu sama sekali tentang mitologi Yunani merasa dikecewakan dan merasa cerita dalam film ini konyol. Lain kali setidaknya lebih maksimalkan para dewa dan jangan menggambarkan mereka lagi sebagai sosok dewa muda. Itu konyol. Mickey Rourke jauh lebih berwibawa daripada semua dewa disini digabung menjadi satu.
RATING:
Wah, rating R nih mantep... Hehe... Coba Wrath juga R...
BalasHapusHehe...
Yah kalo gak rating R dan gak ada gore bakalan ancur deh ni film
BalasHapus