14/05/12

LOVELY MAN (2012)

0 View
Pada gelaran 6th Asian Film Awards lalu, nama Indonesia cukup terangkat dengan terdapatnya dua wakil di ajang tersebut. Yang pertama adalah The Mirror Never Lies yang mendapat dua nominasi yaitu Best Newcomer untuk sutradara Gita Novalista dan nominasi Best Cinematography dimana film tersebut memang punya sinematografi yang hebat dan menampilkan gambar-gambar indah. Sedangkan satu film lagi adalah Lovely Man ini yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Film garapan Teddy Soeriaatmadja ini lebih hebat lagi dengan berhasil mengantongi tiga nominasi yaitu untuk Best Director, dan dua nominasi sisanya didapat Donny Damara untuk kategori Best Actor dan Favorite Actor. Hebatnya, Donny Damara berhasil memenangkan kategori Best Actor walaupun untuk kategori aktor favorit harus kalah dari Andy Lau. Tapi tentunya hal ini merupakan kebanggaan yang luar biasa dan membuat saya jadi penasaran sebagus apakah filmnya? Sekeren apakah akting Donny Damara yang di film ini memerankan banci?

Kisahnya adalah tentang Cahaya (Raihaanun) seorang gadis berjilbab berusia 19 tahun yang nekat pergi ke Jakarta tanpa berpamitan pada ibunya untuk mencari ayahnya yang telah 15 tahun pergi meninggalkan rumah. Meski tiap bulan sang ayah selalu rutin mengirimkan uang, namun tentunya Cahaya ingin untuk bertemu langsung dengan ayahnya itu. Betapa kagetnya Cahaya saat mengetahui sang ayah ternyata bekerja tiap malam sebagai banci yang dikenal dengan nama Ipuy (Donny Damara). Pada awalnya mereka berdua sama-sama saling kesulitan menerima satu sama lain. Tapi obrolan demi obrolan yang terjadi diantara mereka makin lama makin membuat mereka saling memahami satu sama lain dan sedikit demi sedikit hubungan ayah dan anak yang telah 15 tahun tidak bertemu itu mulai hangat. Tapi ternyata masih ada beberapa kejutan yang muncul dari masalah mereka masing-masing. Ya, tidak disangka Lovely Man menyimpan beberapa kejutan tak terduga yang tidak asal mengejutkan tapi menyisakan renungan-renungan tersendiri bagi para penontonnya.
Mendengar bahwa Lovely Man adalah drama yang tokohnya adalah banci pasti yang terpikirkan adalah sebuah drama mengenai bagaimana kerasnya hidup para banci dan kritikan sosial mengenai bagaimana mereka selalu dipandang sebelah mata. Tapi ternyata film ini tidak seperti itu. Lovely Man tidaklah terlalu berambisi mengangkat kritikan yang berat, namun murni hanya drama antara ayah dan anak dan diselipi berbagai bumbu yang tidak terasa berlebih. Sepanjang film yang "hanya" berdurasi 75 menit ini kita akan disuguhkan dua orang tokoh yang di permukaan terlihat sangat berbeda satu sama lain yang saling berbicara, bertukar pikiran, pengalaman dan perasaan. Terdengar membosankan? Sama sekali tidak. Sebuah konsep yang mengingatkan saya pada film macam Before Sunrise meskipun dalam Lovely Man masih ada beberapa adegan yang tidak hanya menampilkan obrolan keduanya, tapi mayoritas durasi memang berlangsung seperti itu. Yang membuat obrolan itu tidak membosankan adalah konten yang diobrolkan memang menarik. Banyak sekali perenungan-perenungan didalamnya, dan tidak ada satupun momen dimana kita terasa digurui. Celetukan-celetukan "khas" banci yang dilontarkan Donny Damara juga cukup mampu membuat suasana cair dan membuat obrolan tidak pernah terasa berat.
Jika diperhatikan ada banyak sekali ironi yang terpampang dalam film ini. Dari kemasannya sudah terlihat dimana seorang banci ngobrol berdua dengan gadis berjilbab dimana itu adalah hal yang amat bertolak belakang. Namun seiring berjalannya cerita dan makin banyak obrolan diantara keduanya maka sisi lain dari masing-masing karakter mulai terlihat. Setelah berbagai sisi lain keduanya terungkap saya jadi teringat akan sebuah "ajaran" lama yang sudah berulang kali saya dengar mengenai jangan menilai orang dari tampilan luarnya. Sebuah hal klise yang sudah berulang kali dituturkan oleh banyak pihak namun dalam Lovely Man hal itu sangat terasa dan muncul dengan begitu alamiah tanpa harus senagaja dibuat supaya penonton mengetahui pesan moral tersebut. Kemudian berlanjut kepada perenungan saya mengenai sosok orang tua ideal. Apakah dengan memiliki ayah seorang banci seperti yang dialami Cahaya hal itu artinya dia tidak memiliki ayah yang baik? Mari berandai-andai bahwa ayah Cahaya bukanlah seorang banci dengan kehidupan keras namun hanya pedagang biasa, apakah bisa Cahaya mendapatkan berbagai pengalaman dan "petuah"mengenai masalah berat yang sedang ia alami dari ayahnya dimalam mereka bertemu?

Lalu bagaimana dengan akting Donny Damara yang diganjar Best Actor tersebut. Dia memang hebat disini. Jangan kira peran banci membuatnya harus senantiasa berlaku annoying layaknya karakter-karakter banci di sinetron. Pendapat saya tentang akting Donny disini adalah "bancinya natural". Disamping itu dia mampu memainkan momen-momen dramatis dalam karakternya sebagai seorang banci dengan baik. Sebuah pencapaian yang hebat karena momen-momen macam itu adalah momen yang sulit jika akting sang pemain tidak natural. Hubungannya dengan Raihaanun disini juga enak dilihat. Pembangungan interaksi keduanya begitu baik dari awal yang masih terasa canggung, hingga mulai menghangat sambil muncul juga konflik diantara keduanya. Momen-momen emosional mampu mereka hidupkan dengan baik sama baiknya dengan momen-momen tanpa dialog yang hanya mengandalkan ekspresi, tatapan mata dan gestur. Raihaanun juga tidak bisa diremehkan disini. Dia aslinya adalah wanita 23 tahun yang sudah punya seorang anak dan disini dia benar-benar terlihat sebagai gadis 19 tahun yang masih polos dan bergaya kampung. Akting hebat dipadu dengan chemistry apik memang akan menyajikan tontonan yang apik pula.

Pada akhirnya Lovely Man adalah sebuah drama dengan konsep yang sederhana tapi unik dan jika ditengok lebih dalam lagi akan ada banyak sekali hal yang bisa kita ambil dan banyak pula nilai moral. Tapi nilai moral yang muncul tidak berkesan menggurui dan bukan ditampilkan dengan begitu gamblang dengan mengatakan bagaimana sesuatu itu seharusnya tapi membuat penontonnya merenungkan kebenaran itu sendiri. Perasaan itulah yang paling saya sukai dan nantikan seusai menonton sebuah film, dan Lovely Man mampu membuat saya merasakan itu. Apalagi konsep ceritanya yang sederhana dengan hanya mayoritas diisi obrolan juga merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan tapi Teddy Soeriaatmadja berhasil menyajikannya dengan baik.Gambar-gambar yang menyuguhkan pinggiran Jakarta di malam hari juga saya sangat suka. Jalanan sepi dibawah sinar lampu memang indah. Pada akhirnya saya amat setuju dengan sebuah baris dialog tokoh Ipuy yang intinya adalah tidak ada benar/salah dalam seseorang menjalani hidupnya karena semua adalah proses kehidupan.

RATING:

7 komentar :

  1. Anonim11:05 AM

    pengen nonton deh....kayanya keren nih. Bisa masuk ke list film lokal terbaik ga nih? :p

    BalasHapus
  2. Jelas bisa hehe
    Buatku sih ini film lokal terbaik taun ini (sementara)

    BalasHapus
  3. Anonim10:46 PM

    waduh harus ntn nih.
    rame ga sih? kalo rame nontonya aga lamaan.

    BalasHapus
  4. Sepi kok, wajar lah buat orang umum hype-nya agak kurang. Tonton buruan ni kayanya gak bakal lama di bioskop hehe

    BalasHapus
  5. Anonim10:55 PM

    iya nih! huhu. belom ada waktu. kalo HATTRICK?

    BalasHapus
  6. Wah kalo Hattrick belom nonton dan agak kurang tertarik hehe

    BalasHapus
  7. Anonim7:29 PM

    hahaha, sejauh ini aga sedikit kecewa dengan film2 lokal yang rilis tahun ini. Ekspetasi udah tinggi sih dari taun lalu. Hasilnya aga ngecewain dikit..

    BalasHapus