Inilah film debut dari seorang Quentin Tarantino yang dibuat 20 tahun lalu dan menjadi salah satu film indie yang masuk jajaran classic cult. Disinilah Tarantino untuk pertama kalinya memperlihatkan berbagai macam gaya yang nantinya akan jadi sebuah trade mark dalam film-filmnya seperti plot non-linier, dialog-dialog tempelan ang dipergunakan sebagai selipan humor, musik jadul, adegan kekerasan dengan cipratan darah, dan tentunya trunk shot juga ada. Para pemain yang dipakai Tarantino disini juga bukan golongan aktor kelas A dan mungkin hanya Harvey Keitel saja yang waktu itu sudah cukup dikenal luas karena banyak bermain di film-filmnya Scorsese dan Ridley Scott. Nantinya juga para aktor tersebut akan kembali bermain di film-film Tarantino berikutny. Mungkin hanya kurang Samuel L. Jackson dan Uma Thurman saja untuk menjadikan film ini sebagai all star-nya Tarantino.
Film dibuka dengan adegan delapan orang pria sedang sarapan sambil membicarakan lagu Like A Virgin milik Madonna. Enam dari delapan orang tersebut tidak diketahui namanya dan hanya memakai nama samaran, yaitu Mr. White (Harvey Keitel), Mr. Orange (Tim Roth), Mr. Blonde (Michael Madsen), Mr. Pink (Steve Buscemi), Mr. Blue (Eddie Bunker) dan Mr. Brown (Quentin Tarantino). Sedangkan dua orang lainnya adalah Joe Cabot (Lawrence Tierney) dan puteranya, "Nice Guy" Eddie (Chris Penn). Kemudian diketahu bahwa mereka berenam berniat merampok sebuah toko berlian atas susruhan dari Joe Cabot. Setelah diselingi sebuah adegan slow motion keren sebagai perkenalan terhadap satu persatu karakternya, kita akan mulai diajak menyaksikan alur non-linier ala Tarantino. Tanpa diperlihatkan adegan perampokannya kita langsung dibawa melihat Mr. White dan Mr. Orange yang terluka parah karena tertembak menuju sebuah gudang yang dijadikan tempat berkumpul bagi mereka setelah perampokan usai. Dari situ kita bisa tahu bahwa perampokan tidak berjalan sesuai rencana karena polisi yang sudah lebih dulu menyergap mereka. Kemudian datanglah Mr. Pink yang meyakini bahwa ada salah satu diantara mereka yang berkhianat dan membocorkan perampokan tersebut pada polisi. Setelah itu suasana makin tidak karuan lagi dengan munculnya rasa saling curiga dan kecemasan diantara mereka.
Disamping kisah utamanya yang mempunyai setting setelah perampokan, Tarantino juga menyelipkan semacam flashback yang dibagi menjadi tiga judul yakni "Mr. White", "Mr. Blonde" dan "Mr. Orange". Masing-masing dari ketiga judul tersebut menceritakan latar belakang masing-masing tokohnya dan bagaimana mereka bisa turut bergabung dalam aksi perampokan tersebut. Seperti film-film Tarantino lainnya, Reservoir Dogs juga menjadi sangat menarik berkat ciri khas Tarantino yang saya sebutkan diatas tadi. Lewat berbagai kekhasan itulah film ini tidak hanya menarik diikuti tapi juga punya berbagai adegan memorable. Adegan pembuka yang dibalut dengan slow motion jelas salah satunya dan merupakan adegan yang keren. Kemudian ada juga adegan dimana Mr. Blonde menyiksa seorang polisi sampai memotong telinganya diiringi lagu "Stuck in the Middle With You" dimana adegan tersebut tidak hanya penuh kekerasan, tapi juga terlihat menarik melihat Michael Madsen menyiksa polisi tersebut dengan begitu gila sambil mengikuti irama lagu. Disini memang Michael Madsen adalah yang tampil terbaik dan paling memorable dengan kegilaan yang ia tampilkan tidak hanya dari perbuatan tapi juga hanya dari cara dia memandang dan berbicara. Sedikit mengingatkan pada perannya di Kill Bill. Selain Madsen, Tim Roth juga cukup beberapa kali mencuri perhatian.
Yang menarik dari kisah film ini adalah adegan perampokannya sama sekali tidak diperlihatkan dan penonton akan dibuat mengira-ira sendiri sekacau apakah perampokan tersebut. Yang dijadikan sorotan utama adalah perdebatan yang terjadi akibat rasa saling curiga antara karakternya. Meski tetap ada selipan sedikit adegan aksi, yang jadi sorotan utama memang perdebatan dan perdebatan yang sangat menarik untuk diikuti. Kehebatan Tarantino dalam menyusun dialog yang begitu berisi dan meanrik adalah kuncu utama keberhasilan film ini. Tapi dibalik segala perdebatan tersebut penonton juga akan diajak menebak-nebak misteri mengenai "apakah memang ada pengkhianat diantara mereka?" sambil sesekalai juga berimajinasi tentang adegan perampokannya. Sama seperti film-film Tarantino lainnya, Reservoir Dogs juga akan diisi oleh banyak kejutan yang sebenarnya mampu tercipta sebagai kejutan berkat penempatan adegan kejutan tersebut dengan amat tepat dan memberikan kesan "tiba-tiba terjadi".
Dibalik segala adegan kekerasannya, toh tetap ada unsur persahabatan dan kesetiaan yang cukup kental diselipkan oleh Tarantino disini. Dimana nurani manusia berbenturan dengan ego pribadi bahkan kepentingan kelompok maka akan terjadi sebuah dilema besar yang berujung konflik. Tapi entah kenapa saya merasa bahwa untuk ukurang filmnya Tarantino Reservoir Dogs masih terasa kurang "wah". Saya cukup setuju dengan apa yang dikatakan Roger Ebert bahwa film ini adalah film yang bagus dan enak ditonton, tapi saya ingin lebih. Tapi perasaan tersebut tidak sampai membuat film ini mengecewakan saya. Toh jika menderetkan film ini dengan film kriminal gangster lainnya dan bukan hanya disejajarkan dengan film-film Tarantino ya lain, Reservoir Dogs adalah sebuah karya istimewa dan debut yang amat memuaskan dari seorang Quentin Tarantino yang dua tahun setelahnya membuat sebuah masterpiece berjudul Pulp Fiction.
RATING:
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar