A Cat in Paris adalah satu dari lima film yang mendapat nominasi Oscar tahun ini untuk Best Animated Feature Film. Bersama Chico & Rita pula film Prancis ini menjadi film asing yang masuk dalam nominasi tersebut. Meski pada akhirnya kalah bersaing dengan Rango karya Gore Verbinski, namun film yang disutradarai oleh Jean-Loup Felicioli dan Alain Gagnol ini tetap mendapat perhatian dari para kritikus. Sayangnya A Cat in Paris tidak terlalu dikenal publik karena hanya ditayangkan dalam skala kecil saja. Filmnya sendiri berjalan cukup cepat, yaitu hanya sekitar 64 menit. Namun meski berdurasi sangat singkat namun A Cat in Paris mampu memanfaatkan durasi yang singkat tersebut menjadi sebuah sajian unik yang menghibur, bahkan sebenarnya dengan durasi yang pendek justru menjadi salah satu kekuatan film ini karena kisahnya menjadi langsung to the point dan berjalan dengan tidak bertele-tele. Tapi satu yang pasti bahwa meskipun ini film animasi namun konten didalamnya tidak semuanya bisa dinikmati oleh anak-anak meski tidak se-dewasa Chico & Rita.
Film ini bercerita tentang seorang gadis cilik bernama Zoe yang punya kesulitan bicara. Hal itu sendiri disebabkan tidak adanya orang yang rutin berinteraksi dengannya. Sang ayah adalah seorang polisi yang gugur saat bertugas, dan sang ibu sendiri adalah seorang polisi yang makin sibuk bekerja semenjak kematian sang suami dan tidak pernah mempunyai waktu memperhatikan puterinya. Yang selalu setia menemani Zoe adalah kucing miliknya yang bernama Dino. Tapi tanpa diketahui oleh siapapun termasuk Zoe sekalipun, Dino punya kehidupan ganda. Selain sebagai kucing rumah peliharaan Zoe yang suka menangkapi kadal, Dino juga adalah partner dari Nico, seorang pencuri benda seni yang sangat jago dalam melancarkan aksinya. Tiap larut malam, Dino mendatangi rumah Nico dan keduanya melakukan aksinya. Suatu hari seorang bos gangster bernama Victor Costa dikabarkan tengah berencana untuk mencuri sebuah patung dari Afrika yang akan segera dipamerkan untuk pertama kali di depan publik. Costa sendiri orang yang bertanggung jawab dibalik kematian ayah Zoe. Aksi dari Costa inilah yang nantinya akan menjadi penghubung segala konflik antar semua tokoh didalamnya.
Beberapa konten dalam A Cat in Paris memang memperlihatkan bahwa ini bukan animasi yang sepenuhnya bisa dinikmati oleh penonton anak-anak. Suasana filmnya cukup kelam untuk sebuah film anak-anak. Beberapa adegan dimana Jeanne (ibu Zoe) terus dihantui oleh halusinasi akan kemunculan Costa dalam bentuk monster mengerikan. Momen yang muncul beberapa kali ini mungkin akan terasa menakutkan bagi anak-anak. Hal yang terasa akan mengerikan bagi anak-anak bahkan sayapun merasa adegan tersebut creepy adalah disaat Dino menangkap kadal, membunuhnya lalu memberikannya pada Zoe dimana Zoe menyimpan akdal tersebut dalam kaleng sarden yang ternyata sudah berisi begitu banyak mayat kadal. Lalu adegan klimaksnya sendiri punya momen yang tidak hanya tegang namun juga kelam. Kematian juga menjadi salah satu konten gelap yang beberapa kali disinggung dalam film ini. Tentu saja semua itu bukan kelemahan karena berbagai konten tersebut memang diperlukan untuk mendukung jalan cerita dan makna dalam film ini. Tapi disamping itu, A Cat in Paris masih memasukkan beberapa momen komedi yang membuat film ini tetap terasa ringan dan bisa dinikmati semua umur.
A Cat in Paris juga punya visualisasi yang sangat unik. Gambar yang ditampilkan dalam film ini bagaikan sebuah lukisan cat air yang bergerak. Desain karakternya sendiri unik dan mungkin tidaklah proporsional dalam menggambarkan anggota tubuh manusia, namun disitulah letak keunikan visualisasi film ini. Dengan gambar mirip lukisan dan sosok manusia yang bisa dibilang aneh, kesan sureal cukup kental dalam film ini dan memang ya, film ini punya momen sureal yang cukup berhasil dalam membuat kisahnya berjalan menarik. Momen kemunculan Costa sebagai monster dalam halusinasi Jeanne yang sudah saya tulis diatas termasuk dalam hal itu, dan disaat klimaks pun akan ada sebuah momen sureal yang unik namun juga masih terasa kelam. Kreatifitas dalam segi visualisasi tidak hanya terlihat dalam teknik gambar utama yang menghiasi sepanjang film saja, namun untuk beberapa momen teknik gambar yang berbeda juga muncul semisal saat adegan dalam kegelapan total, gambarnya berubah menjadi seperti gambar dengan kapur putih di papan tulis.
Cerita yang disajikan tidaklah spesial bagi saya. Misteri yang mudah ditebak dan drama yang punya akhir standar ada disini. Disinilah durasi yang cepat menjadi keuntungan bagi film ini, disaat kisahnya tidak punya hal baru untuk diberikan pada penontonnya, maka kemasan yang cepat dan padat adalah pilihan yang tepat, karena walaupun punya kisah yang standar film ini punya visualisasi yang menarik dan aura kelam yang membedakan dari film-film animasi mainstream milik Hollywood. Pada akhirnya disaat penonton masih terhipnotis dengan visual dan alurnya yang bergerak cukup cepat, film sudah berakhir sebelum penonton merasa kebosanan. A Cat in Paris adalah sebuah kisah tentang kesendirian dan kehilangan yang secara cukup berani ditampilkan dalam media animasi. A Cat in Paris memperlihatkan bahwa kehilangan akan menciptakan kesendirian, dimana kesendirian akan menjadi hantu bagi siapapun dan pada akhirnya hantu adalah hal yang menyeramkan bagi setiap manusia. Sebuah animasi yang cukup kelam meski diimbangi komedi yang menghibur, tapi sayangnya punya cerita yang berjalan secara standar padahal punya makna yang cukup dalam.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar