Setelah beraksi bersama dalam The Expendables 2, trio Van Damme, Dolph Lundgren dan Scott Adkins kembali muncul dalam satu film. Kali ini mereka bertiga muncul dalam sebuah franchise yang umurnya sudah 20 tahun, yaitu Universal Soldier atau yang dikenal juga dengan singkatan Unisol. Sebenarnya Universal Soldier: Day of Reckoning adalah seri keenam dalam franchise ini, namun banyak fans yang tidak menganggap dua film televisinya eksis (Brother in Arms dan Unfinished Business). Bahkan jika dirunut lagi, film keduanya yang masih dibintangi Van Damme, yaitu Universal Soldier: The Return kisahnya sudah tidak dianggap lagi dalam perkemabangan dunia Unisol. Film ketiganya yang rilis tahun 2009 lalu adalah kisah lanjutan dari film pertamanya dan tidak memperhatikan keberadaan film keduanya tersebut. Perilisan film ini sendiri sebenarnya punya momen yang cukup tepat karena nama ketiga pemain utamanya sedang mulai naik. Van Damme mulai diperhitungkan semenjak performanya yang dibilang Oscar-worthy dalam JCVD dan akhirnya bermain sebagai penjahat di The Expendables 2. Lundgren sendiri lewat dua film The Expendables kembali dikenal, sama juga dengan Scott Adkins.
Meski ada nama Van Damme dan Lundgren tapi fokus utama film ini lebih kepada karakter John yang diperankan oleh Scott Adkins. John yang hidup bahagia bersama istri dan puteri tunggalnya harus menghadapisebuah peristiwa mengenaskan saat di suatu malam rumahnya dimasuki beberapa orang bertopeng yang membunuh istri dan puteri John tepat didepan matanya. Salah satu dari orang itu diketahui adalah Luc Deveraux (Van Damme). John yang koma selama sembilan bulan terbangun dan mengetahui bahwa Deveraux kini menjadi pimpinan sebuah organisasi yang terdiri dari mantan Unisol yang dulu dikendalikan oleh pemerintah. Deveroux bersama dengan para Unisol tersebut termasuk Andrew Scott (Dolph Lundgren) berniat melakukan pembalasan terhadap pihak pemerintahan yang dianggap telah memperbudak pasukan Unisol tersebut. Disisi lain John terus berusaha mencari Deveraux untuk membalas dendam. Namun semuanya tidak sesederhana itu, karena John juga diselimuti misteri tentang dirinya sendiri dan mencoba mencari jawaban mengenai keberadaan dirinya.
Pada awalnya saat melihat trailer film ini saya masih skeptis akan kualitas filmnya, meskipun disitu saya melihat Van Damme sebagai antagonis yang jelas karakternya sangat berlawanan dengan sosok Luc Deveraux yang selama ini saya kenal dalam franchise Universal Soldier. Jujur penampilan Van Damme sebagai musuh dalam The Expendables cukup menarik bagi saya, namun saya tetap tidak yakin dengan kualitas film aksi kelas B macam ini. Apalagi saya sudah menonton Universal Soldier: Regeneration yang bagi saya sangat buruk dan membosankan itu (dan dalam film itu lagi-lagi hanya penampilan Van Damme yang menjadi daya tarik). Tapi kemudian muncul banyak review yang memuji film ini sebagai yang terbaik dibanding seri-seri sebelumnya dan mengambil pendekatan yang cukup berbeda. Pada akhirnya saya mengamini pernyataan tersebut. Sedari awal filmnya dimulai tensi sudah cukup menegangkan dengan pendekatan first person yang berujung pada pembunuhan tragis yang dilakukan Deveraux. Hingga film berjalan hingga pertengahan, tensinya cukup menegangkan. Sutradara sekaligus penulis naskah John Hyams memasukkan unsur horror yang membuat film ini jauh lebih menarik dan menegangkan sekaligus memberikan warna baru.
Konten kekerasan yang muncul juga cukup brutal dimana kita akan melihat adu jotos yang terasa keras, senapan memecahkan kepala, hingga tebasan golok yang memutuskan anggota tubuh. Hyams nampaknya sadar bahwa film aksi biasa seperti Universal Soldier sudah tidak lagi digemari oleh para penonton, dan sebuah film aksi yang hanya bermodalkan nama besar action hero sudah tidak mampu lagi menarik minat penonton. Seolah belajar dari keberhasilan The Raid yang penuh kekerasan, film inipun mengandalkan berbagai adegan kekerasan yang brutal. Dari situlah momen horror dalam film ini juga turut berhasil dibangun. Day of Reckoning khususnya di paruh awal memang tidak terasa layaknya film-film aksi standar yang asal pukul dan tembak. Bahkan eksplorasi tentang halusinasi yang muncul dalam beberapa adegan sembat membuat film ini memiliki sedikit rasa David Lynch. Ada juga sebuah momen yang bagi saya cukup disturbing dan membuat "sakit" mata dan telinga yang makin menguatkan rasa Lynchian dalam film ini. Saya simpulkan paruh pertama dari film ini terasa menarik, menegangkan, seru dan punya rasa yang terbilang unik jika dibandingkan dengan film-film Universal Soldier sebelumnya.
Sayangnya makin jauh filmnya berjalan, rasa yang unik itu terkikis sedikit demi sedikit. Mengikuti perjalanan John mengungkap rahasia jati dirinya dan memburu Deveraux bisa dibilang tidak terlalu menarik. Kejutan yang coba dihadirkan sudah sangat tertebak, bahkan semenjak film ini memulai konfliknya twist tersebut sudah dapat ditebak penonton. Momen drama yang ada juga tidak mampu membuat saya tersentuh. Kisah John yang berpotensi memberikan rasa tragis pada penontonnya tidak mampu menghadirkan apa yang diaharapkan akibat eksekusi yang biasa dan akting drama dari Scott Adkins yang jelas masih terasa kurang. Tapi tentunya jika bicara suguhan adegan aksi yang mana jadi tujuan dan senjata utama film ini harus diakui paruh kedua masih punya rentetan adegan aksi yang menghibur. Disinilah Scott Adkins unjuk gigi sebagai aktor laga yang menjanjikan. Memberikan Van Damme dan Lundgren peran pembantu juga keputusan bagus, karena biar bagaimanapun jika hanya mengandalkan Adkins seorang, daya tarik film ini akan berkurang. Setidaknya saya selalu terhibur saat dua nama besar itu muncul meski tidak pernah satu frame. Van Damme sebagai seorang villain yang baik dari kepala botak sampai karakterisasinya mengingatkan pada Walter Kurtz-nya Marlond Brando (Apocalypse Now) jelas menjadi scene stealer. Sedangkan Lundgren yang aktingnya jelas dibawah Van Damme masih mampu menghibur dengan baris dialog cheesy yang jadi andalannya.
Universal Soldier: Day of Reckoning adalah sebuah film aksi yang menghibur dengan nuansa yang cukup unik. Hanya saja durasinya yang kepanjangan (hampir dua jam) membuat daya tarik dan keunikannya jauh berkurang. Saya sendiri sempat bosan di pertengahan film dan memilih istirahat menonton sejenak. Andaikan durasi yang ada dipangkas sekitar 10-15 menit saja saya yakin film ini akan jauh lebih bagus. Tapi dengan hasil akhir yang ada sekarang, installment keempat (atau keenam) dari franchise yang panjang ini tetap terasa tidak mengecewakan dan bagi saya adalah yang terbaik diantara serial Unisol lainnya. Setidaknya berikanlah kesempatan pada film ini dan anda akan terhibur.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar