03/05/19

SEKTE (2019)

0 View
Serupa perkumpulan okultisme yang diangkat kisahnya, Sekte pun melakukan pengorbanan guna mencapai tujuan. Bukan manusia yang dikorbankan, melainkan pentingnya penceritaan demi sebuah twist ending. Masalahnya tidak berhenti di situ. Sekte adalah film menjanjikan berisi beberapa momen memikat, namun sayangnya memiliki setumpuk problematika. Sederhananya, ada banyak kata “TAPI” dalam debut penyutradaraan solo William Chandra (3Sum) ini.

Seorang wanita (Asmara Abigail) ditemukan dengan tubuh penuh luka di tengah hutan oleh komunitas misterius yang terdiri dari penderita ganngguan mental, mantan narapidana, mantan pecandu, dan lain-lain, dengan Dewi (Gesata Stella) sebagai pemimpin. Jangankan penyebab luka-luka di tubuhnya, wanita itu bahkan tak ingat namanya sendiri. Dewi membujuknya untuk tinggal sebagai bagian keluarga,  sebab seperti para penghuni lain, ia tidak punya tujuan.

Seiring usaha protagonis kita—yang nantinya terungkap bernama Lia—membaur, ia justru menemukan ketidakberesan di rumah tersebut, sebagaimana saya menemukan kejanggalan pada guliran ceritanya. Lia terbangun di tempat asing, tubuh anda terluka, mengalami amnesia, dikelilingi orang-orang misterius cenderung aneh. Tapi alih-alih memendam curiga, kebingungan atau setidaknya waspada, Lia begitu mudah menemukan kenyamanan, tersenyum, bahkan berbaring sambil memeluk pria asing walau baru sekali terlibat pembicaraan intens. Ada yang keliru dengan pemahaman William Chandra dan Husein M. Atmojo (Midnight Show, 22 Menit, Lukisan Ratu Kidul) selaku penulis naskah dalam mengolah psikis karakternya.

Departemen akting pun urung memuluskan paparan perjalanan Lia, tatkala Asmara Abigail menampilkan kekakuan luar biasa perihal menangani tuturan verbal. Bahasa tubuh maupun ekspresinya bisa diterima, tapi penyampaian kalimatnya mengganggu, seolah Asmara berakting sambil membaca naskah........untuk pertama kali. Hal ini juga pantas dialamatkan kepada jajaran pemeran pendukung.

Sukar bersimpati pada Lia akibat performa mencengangkan (in a negative way of course) sang aktris, dan kegagalan mengundang simpati terbukti fatal, sebab Sekte kehilangan daya tarik, khususnya sebelum mencapai titik tengah, di mana kebenaran di balik “keluarga” Dewi terungkap. Sekte jelas amat terinspirasi oleh Suspiria, hanya saja minim teror mencekam dan misteri menarik. Alurnya melaju terburu-buru. Berbagai aspek dilemparkan tanpa dikembangkan secara layak, karena seluruh pengembangan itu sengaja disimpan hingga twist-nya muncul.

Saya mengakui kecerdikan twist film ini. Mengejutkan tanpa harus menipu, sekaligus berjasa melahirkan konklusi yang seketika melambungkan tensi. Sayangnya, untuk mencapai itu, penonton dipaksa melalui lebih dari satu jam penceritaan bergelombang. Padahal itu bukan satu-satunya cara, mengingat Sekte menyimpan sederet elemen potensial, khususnya dalam usahanya menyentil isu sosial, dari konflik berasaskan prasangka sampai agama. Semua itu berujung aksesoris semata, nihil kedalaman.

Penyutradaraan William Chandra tidak seberapa berbeda, dengan setaranya bobot kelebihan dan kekurangan. William punya insting kuat dalam urusan merangkai teror yang memanjakan mata. Sang sutradara pun dibantu tim artistik mumpuni, termasuk para penata rias yang berjasa menciptakan beragam hal hebat, dari salah satu riasan monster/hantu/makhluk buas terbaik perfilman negeri ini, hingga sentuhan efektif terhadap penampilan Lia guna menguatkan dampak konklusinya.

Cukup berani pula William bermain-main dengan kesunyian, yang hasilnya bisa kita lihat di sebuah sekuen panjang menegangkan yang melibatkan perjuangan Lia kabur dari kejaran Dewi sekeluarga. Tapi tiap kali kita mencapai titik di mana dosis bahaya bertambah, sense of urgency gagal saya rasakan pada penyutradaraannya. Entah karakternya terlalu lama merespon situasi genting, atau seperti banyak sutradara kita, Will belum piawai menangani adegan aksi agar tak nampak canggung. Biar demikian, jika anda mengharapkan pendekatan berbeda di tengah keseragaman elemen supernatural horor negeri ini, Sekte masih pantas diberi kesempatan.

6 komentar :

  1. seperti dugaan, sekte menjanjikan

    BalasHapus
  2. Dilihat dari trailer menjanjikan..setidaknya daripada Arwah Noni Belanda atau Roh Pasif..Sekte ada gorenya ga mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oo jelas kalo dibandingin 2 itu. Minim sih, bakal lebih nendang kalau eksplisit

      Hapus
  3. Asmara abigail, ntah knapa memng ga suka ekting cewek ini dri dlu..over the top ga sihh..kdang2 ektingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di sini dijadiin over the top malah oke. Sayangnya flat bener

      Hapus
  4. Asmara abigail, ntah knapa memng ga suka ekting cewek ini dri dlu..over the top ga sihh..kdang2 ektingnya, ..kaya acha waktu awal2 main layar lebar

    BalasHapus