16/08/19

MAKMUM (2019)

0 View
Bagaimana cara menjadikan horor pendek tentang gangguan hantu di tengah salat sebuah film panjang? Cukup meragukan, apalagi ditambah keterlibatan Baginda Dheeraj Kalwani. Tapi proyek adaptasi film pendek berjudul sama karya Riza Pahlevi ini rupanya lebih baik dari perkiraan jauh di atas produksi Baginda Dheeraj lain, meski pencapaian itu terbilang mudah selama film anda bukan sampah.

Kisahnya membawa kita ke suatu asrama yang dikepalai oleh Rosa (Reny Yuliana), menggantikan Ibu Kinanti (Jajang C Noer) yang terbaring sakit. Berbeda dengan sang pendahulu, Rosa bersikap keras cenderung kecam pada para penghuni, khususnya Nurul (Tissa Bianni), Nisa (Bianca Hello), dan Putri (Adila Fitri) yang dilarang pulang selama liburan akibat gagal mendapat rata-rata nilai 8.

Seolah belum cukup sial, bukan cuma teror pengurus asrama galak saja yang mesti diadapi, pula sesosok makhluk halus yang dijuluki “Hantu Makmum” karena kerap meneror kala mereka menjalankan salat. Adegan pembukanya langsung menunjukkan peristiwa gaib tersebut, tatkala sutradara Hadrah Daeng Ratu (Mars Met Venus, Jaga Pocong, Malam Jumat the Movie) sanggup mereka ulang nuansa atmosferik film pendeknya.

Sampai suatu ketika datang Rini (Titi Kamal), mantan penghuni asrama yang menawarkan diri menjadi mentor pasca pekerjaannya sebagai perias mayat gagal menghasilkan uang, membuatnya diusir dari kontrakan. Penokohan Rini menarik. Dia bisa melihat hantu dan tidak takut pada mereka. Bahkan Rini berani “menghardik” makhluk tak kasat mata yang berbuat iseng ketika ia sedang bekerja.

Jarang horor lokal mempunyai protagonis semacam itu. Saya pun menantikan bagaimana duet penulis naskah Alim Sudio (Ayat-Ayat Cinta 2, Dimsum Martabak, Kuntilanak) dan Vidya Talisa Ariestya mengembangkan tokoh Rini begitu ia memutuskan membantu anak-anak asrama menyelidiki teror hantu Makmum. Tapi harapan tinggal harapan. Di sisa durasi, Rini tak ubahnya protagonis horor kebanyakan yang hanya mampu kaget, takut, lalu kabur, dan praktis menyia-nyiakan talenta Titi Kamal.

Potensi Rini pelan-pelan terkubur, berakhir sebagai satu lagi karakter yang mudah dilupakan. Satu poin yang terus saya ingat mengenainya adalah luka bakar di tangannya. Mengapa ia tidak mengenakan sarung tangan? Mungkin itu takkan banyak membantunya memperoleh pekerjaan di dunia tata rias (manusia hidup), namun setidaknya mengurangi kecanggungan saat berjabat tangan dengan orang asing.

Bagaimana usaha naskahnya melebarkan cerita delapan menit menjadi 95 menit? Awalnya semua berjalan baik, malah menarik kala mitologi soal Kanzan, alias hantu-hantu yang gemar mengusik ibadah salat, diperkenalkan oleh Ustaz Ganda (Ali Syakieb). Sampai Alim dan Vidya seolah melupakan pembangunan tersebut, kemudian memperkenalkan twist yang justru menciptakan kontradiksi mengenai asal-usul si hantu pengganggu.

Masih terkait penulisan, Makmum juga terjebak kebiasaan buruk film kita, khususnya horor, yakni pemakaian baris kalimat yang asal mencampurkan diksi santai dan baku, yang berakhir terdengar kaku. Paling mendapat kerugian dari gaya bahasanya adalah Arief Didu sebagai Slamet si penjaga asrama. Arief yang biasanya luwes, di sini bak terbebani. Masalah berbeda menimpa Tissa Biani. Seperti biasa, urusan olah emosi, aktris muda ini piawai, tapi pelafalan Bahasa Jawanya mengganggu akibat terkurung stereotip buatan sinetron dan FTV.

Makmum sejatinya bukan sajian murahan. Poin pembeda dari produksi Baginda Dheeraj lain yakni keberadaan beberapa teror yang efektif. Memasuki horor ketiganya, Hadrah semakin cerdik memainkan atmosfer sembari meminimalisir pemakaian musik. Urusan timing pun ia membaik, terlihat jelas dalam “jump scare lemari” yang didahului pembangunan mencekam sebelum ditutup gebrakan mengejutkan.

Sayang, begitu dihadapkan pada sekuen berintensitas tinggi yang menuntut kejelian mengolah dinamika, sebagaimana di Jaga Pocong dan Malam Jumat the Movie, Hadrah masih canggung. Baik dari pilihan shot maupun gerak kamera (yang artinya juga tanggung jawab Rendra Yusworo selaku sinematografer) seperti kekurangan daya. Alhasil, kualitas klimaks di mana kekacauan memuncak terjun bebas, bergerak layaknya orang kelaparan.

12 komentar :

  1. kirain reviewnya bagus n kasih 3,5...
    trus weekend jadi nonton apa ya?
    kasih saran dong,
    bumi manusia, scary story to tell in the dark, atau makmum? atau sekalian nunggu angry bird 2 minggu depan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Scary stories to tell in the dark, lebih bagus

      Hapus
    2. Bumi Manusia! 😁

      Hapus
  2. Titi Kamal difilm ini gimana bung..film horor pertamanya kan yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya kayak di review, nggak dikasih materi mencukupi

      Hapus
  3. Apapun review nya saya tetep nonton. Hehehe...
    Termasuk Bumi Manusia

    BalasHapus
  4. Saya ngeliat film ini tonenya kuning banget bang. Ketara waktu rini ketemu ganda di masjid. Kurang enak aja diliatnya. Terornya emang makin bagus diantara film horror baginda dheeraj sebelumnya. Cuma kurang sreg sama alasan si makmum bisa jadi hantu,yang awalnya bisa dibilang karena kelalaian sendiri 😂 Btw dee company kayaknya cocok kalo terus kerja bareng sama bu hadrah ya bang (belum nonton #malamjumat)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah inkonsistensi. Jadi mau nampilin Kanzan apa setan yang dendam?
      Hadrah punya talenta yang layak garap film jauh lebih bagus dari Dee

      Hapus
    2. Nah itu walaupun ada cerita kenapa di kanzam nongol di asrama itu. Mana endingnya cuma gitu doang. Harusnya bisa dibikin lebih greget lagi.

      Kalo dapet ph yang mendukung mungkin bisa lebih bagus ya bang. Starvision mungkin...

      Hapus
  5. Udah nonton
    Menurut saya KK Dheeraj mengalami kemajuan jika dibanding era Genderuwo, Pocong mandi Goyang Pinggul, Hantu Pacar Perawan, Arwah Kuntilanak Duyung, dll
    Sinematography Makmum cukup bagus dan enak dilihat
    Ada salah satu jumpscare yang memang efektif. Bikin kaget penonton.
    Tidak kecewa sih nontonnya. Cuma memang kurang sesuai harapan.
    Kurang serem dan kurang banyak scene hantu makmum yang godain orang shalat.

    BalasHapus
  6. Anonim12:18 PM

    "Cukup meragukan, apalagi ditambah keterlibatan Baginda Dheeraj Kalwani" R.I.P. Makmum

    BalasHapus