MEKAH I'M COMING (2020)
Rasyidharry
Maret 06, 2020
Bagus
,
Comedy
,
Dwi Sasono
,
Ephy Sekuriti
,
Indonesian Film
,
Jeihan Angga
,
Krisna Purna
,
Michelle Ziudith
,
REVIEW
,
Rizky Nazar
,
Romance
,
Totos Rasiti
12 komentar
Lebih dari kelucuannya, Mekah I’m Coming, yang sebelumnya
mengusung judul Haji Hoax, punya value besar karena keberaniannya
menertawakan isu bertema religi. Ketika bangsa ini semakin kehilangan selera
humor akibat mabuk agama, Jeihan Angga selaku sutradara sekaligus penulis
naskah, seolah membawa saya kembali ke masa tatkala lawakan “Bahasa Arab” milik
Bajaj Bajuri dulu belum dianggap
ofensif. Bukan agama yang ditertawakan, melainkan kengawuran penganutnya.
Ibu saya pernah bercerita tentang
keputusannya keluar dari grup WhatsApp haji, karena orang-orang di dalamnya
memanggil satu sama lain dengan sebutan “Bu Hajjah”. “Ya itu kan grup haji.
Otomatis semua haji dan hajjah. Ngapain manggil bu hajjah/pak haji? Kayak minta
ditinggikan banget!”, ujarnya kesal. Realitanya memang demikian. Haji adalah
gelar maha dahsyat yang sering membuat pemiliknya dipandang atau merasa lebih
tinggi, lebih mulia, lebih memahami agama.
Karenanya, saat terancam kehilangan
kekasihnya, Eni (Michelle Ziudith), yang oleh sang ayah, Haji Soleh (Totos
Rasiti), bakal dijodohkan dengan Pietoyo (Dwi Sasono) si saudagar kaya dari
kota, Eddy (Rizky Nazar) mantap berkata, “Saya akan naik haji tahun ini!”. Eddy
sampai harus menjual bengkel kecilnya sebagai biaya. Tapi, akibat keterbatasan
kuota, ia harus mengantre 10 tahun. Terpojok, Eddy nekat menerima tawaran
sebuah agen perjalanan yang berjanji bisa memberangkatkannya haji tahun ini
dengan biaya 240 juta rupiah.
Seperti sudah kita tahu dari trailer-nya, agen tersebut rupanya
membohongi Eddy. Bersama “calon jemaah” lain bernama Fajrul (Ephy Sekurity),
Eddy terjebak di Jakarta karena keduanya merasa malu untuk pulang ke rumah
dalam kondisi gagal naik haji. Jeihan Angga lalu membawa penonton mendatangi
sebuah daerah yang ditinggali oleh banyak korban penipuan agen perjalanan, yang
memilih tidak pulang kampung sebelum benar-benar berangkat haji. Kita diajak
mengintip sebuah sudut realita kelam Indonesia, dibawa mengetahui dampak besar
dari komersialisasi agama serta pengultusan gelar haji.
Keduanya memang saling berkaitan.
Tanpa pengultusan, dampak psikis yang dihasilkan takkan sebesar itu. Jeihan
mampu memunculkan pemahaman terhadap isu tersebut melalui gaya penuh canda,
tanpa memaksakan diri berpindah ke jalur drama sebagaimana kebanyakan komedi lokal yang menyelipkan
subteks di alurnya. Momen yang paling dekat menyentuh ranah dramatis adalah
peristiwa romantis tak terduga di penghujung cerita. Peristiwa yang sejatinya
tidak logis, namun bisa diterima, mengingat sejak awal Mekah I’m Coming jelas sudah menjauhkan diri dari logika.
Humornya memang masih cenderung hit-and-miss akibat tidak seluruh elemen
penyutradaraan (timing, pengemasan hook sebuah banyolan) berjalan mulus. Tapi,
keberanian Jeihan Angga menerapkan ide-ide kreatif dalam debutnya ini patut
diberi pujian tinggi. Ditemani musik bernuansa Timur Tengah garapan Krisna
Purna (Ayat-Ayat Cinta 2, Petualangan
Menangkap Petir, Abracadabra), Jeihan memamerkan absurditas komedi, yang
acap kali hadir dalam bentuk tak terduga, berkat kombinasi referensi segudang dengan
keliaran ide sarat kreativitas, yang biasanya hanya akan berhenti sebagai
kelakar konyol pada obrolan warung kopi. Ketika banyak sineas khawatir karyanya
tampak norak jika secara total menerapkan komedi receh dan/atau tertawa di atas
isu berbau agama, Jeihan melakukan keduanya.
Tertular kegilaan sang sutradara
adalah jajaran pemainnya. Rizky Nazar, Ephy Sekuriti, hingga Totos Rasiti,
semuanya menghibur. Tapi kejutan terbesar ditampilkan Michelle Ziudith.
Meninggalkan zona nyamannya, Michelle tidak ragu mempermalukan diri demi
efektivitas komedi dalam performa terbaik yang bisa saja membuka jalan baru
bagi karirnya. Mekah I’m Coming pun
menandai penampilan terakhir mendiang Ria Irawan, dan sungguh persembahan yang
pantas untuk aktris legendaris sepertinya. Selamat jalan Mbak Ria.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
12 komentar :
Comment Page:Suka sama aktingnya Rasyid Karim d sni, walau beliau ga seproduktif Deddy Mizwar atau Tyo Pakusadewo, tapi aktingnya g kalah top. Ephy Sekuriti naik kelas stlh Humor Baper. jennifer mirip bgt sm Rahma Azhari. Michelle sdikit lbh dewasa stlh sblumnya selalu dapet peran yang imut2. Scene paling ngakak waktu warga berbondong2 ngikutin Hj Soleh masuk ke rumah Eddy buat nyari Eni. Komikal sekali.
Begitulah Indonesia, Malaysia dan Brunei.
Haji itu salah satu rukun islam seperti sholat, zakat dan lainnya. Kalau orang ibadah haji dipanggil pak Haji, terus kalo orang sholat dipanggil pak sholat dong... Hehehe... Maaf, bukan rasis, tapi hanya nimbrung dikit ajah...
Kebanyakan umat mabuk agama kan belum bisa membedakan kritik, satir, parodi, ironi, dengan sarkasme dll.
Jadi kalo bukan menyanjung (memuji) berarti menghina dan mengolok-ngolok.
Itulah sebabnya film bertema religius seringkali jatuhnya kalo ngga basi ya preachy.
Mas, saya merasa tersinggung baca komen ini , mas bisa saya penjarakan ya ��������
Sayang film ini banyak di lewatkan begitu saja. Lebih milih film horror yg dibawah standar.
Aneh, di bandung layarnya dikit bgt... udah seminggu eh turun semua sisa 1 studio yg jadwalnya cuma 2x tayang sehari
Semoga mbak ziudith ngga ambil tawaran sinetron lagi dan fokus ke film-film menarik seperti ini. Sayang sekali bakat akting dimilikinya kalau dipake cuma buat sinetron.
Kak rasyid kok gak pernah keliatan di cinecrib? Kapan kumpul sama anggota cinecrib? Kangen liat kak rasyid sama bang razak
Karena emang aslinya bukan "member" dan kayak udah disebut di video q&a dulu, sekarang udah beda kota
Yahh.. yaudah deh
Sukses selalu kak rasyid😊
Sayang film lucu n bagus banyak dilewatkan begitu saja.
Benerrr. Aku jauh2 dari buah batu ke miko mall dei nonton ini doang. Worth it banget
Posting Komentar