Desktop movie. Mungkin itu istilah paling tepat untuk menggambarkan
sub-genre satu ini, di mana seluruh peristiwa
film mengambil latar layar laptop (terkadang diselingi layar handphone). Contoh paling dikenal tentu
saja Unfriended (2014) beserta
sekuelnya, dan Searching (2018). Host karya sutradara Rob Savage menempuh
pendekatan serupa, yang mungkin saja bakal mendefinisikan “new normal” bagi metode filmmaking.
Naskah buatan Savage bersama Gemma
Hurley dan Jed Shepherd menuturkan cerita sederhana tentang “Zoom meeting goes wrong”. Haley (Haley
Bishop) menjadi tuan rumah pertemuan daring itu, ketika ia dan kelima temannya
ingin memacu adrenalin di tengah membosankannya karantina. Caranya? Memanggil
arwah dengan bantuan paranormal kenalan Haley, Seylan (Seylan Baxter). Bisakah
hal klenik macam itu dilakukan via Zoom? Rupanya bisa. Haley dan kawan-kawan
hanya perlu mengimajinasikan tengah duduk melingkar bersama sambil berpegangan
tangan, sementara Seylan memutar suara isochronic
guna menyamakan gelombang energi mereka dengan alam gaib.
Jika merasa itu menggelikan, jangan
khawatir, sebab anda tidak sendirian. Beberapa peserta juga berpendapat
demikian, hingga akhirnya, walau sudah diwanti-wanti, Jemma (Jemma Moore)
bersikap tidak sopan kepada arwah, yang mengakibatkan teror mengerikan nan
mematikan. Beberapa individu melakukan tindakan berisiko karena bosan?
Mengacuhkan larangan yang berujung kematian? Terdengar familiar? Saya tak ingin
berpikir terlalu jauh, tapi memang banyak kemiripan antara karakter film ini
dengan orang-orang ignorance di masa
pandemi. Tatkala skeptisme berujung maut.
Berikutnya, Host sepenuhnya mengabaikan tetek bengek alur dan fokus pada teror.
Low on story, but high on technical
experimentation on how to terrorize audience. Beruntung filmnya cuma berlangsung
selama 56 menit. Durasi pendek ini dipakai demi menjaga intensitas di tengah ketiadaan
cerita. Tapi ada justifikasi masuk akal untuknya, yaitu bagi pengguna gratisan,
pertemuan via Zoom hanya bisa berjalan 40 menit.
Setelah kurang lebih 23 menit,
pertunjukan utama dimulai, tapi tentu saja Host
tak langsung tancap gas. Awalnya, Savage membangun kecemasan penonton
melalui proses penantian. Kita sudah hafal betul cara kerja horor tradisional.
Kapan sebuah teror dilemparkan, pula seperti apa bentuknya, di mana, serta
bagaimana. Media Zoom menghancurkan pola tersebut. Penonton sama clueless-nya dengan para karakter.
Serupa gaya found footage, terdapat penggunaan teknik shaky cam yang sukar diikuti. Tapi selain kuantitas yang
secukupnya, mudah memaafkan hal itu karena semua jump scare-nya efektif. Jujur, saya berteriak beberapa kali. Pun
kreativitas sutradara dan penulis menghasilkan bentuk-bentuk teror cerdik,
entah berupa imagery subtil di latar,
sampai pemanfaatan fitur Zoom yang bakal membuatmu berpikir ulang untuk
menggunakannya lagi.
Host membuat saya ingin menutup mata sambil menjauh dari layar,
tapi di saat bersamaan, saya pun tak ingin melewatkan satu pun trik mengagumkan
yang Savage dan timnya pakai, di mana mereka dituntut melakukan proses produksi
secara terpisah. Begitu kreatif film ini, bahkan kreditnya pun dibuat memakai
fitur Zoom.
Kembali ke pertanyaan awal. Apakah
ini bentuk new normal dalam pembuatan
film? Mungkin saja. Bukan terkait penggunaan Zoom, melainkan bagaimana
mengakali kemustahilan produksi. Film ini memunculkan kemungkinan bahwa nantinya,
metode unik lain bisa saja diterapkan. Film berlatar Whatsapp mungkin?
Available on SHUDDER
Nontonnya dimana ini bang?
BalasHapusShudder gak bisa dibuka
HapusKudu pake vpn us
HapusUdah bang, tp gk bisa daftar, soalnya gk punya kartu kredit 🙄
HapusGak ada yg reseller kaya Netflix gitu sih
HapusAda lagi yg bagus selain host sm beach house?
BalasHapus