02/11/20

REVIEW - BLACK BOX

0 View

Bayangkan Total Recall bertemu Get Out, tapi dengan elemen horror lebih minim, tanpa subteks mengenai ras, serta lebih banyak drama keluarga. Begitulah kira-kira Black Box karya sutradara debutan Emmanuel Osei-Kuffour Jr., yang membuka parade antologi delapan film produksi Blumhouse Television, yang rilis eksklusif di Prime Video, Welcome to the Blumhouse. Mungkin juga Osei-Kuffour, yang menulis naskahnya bersama Stephen Herman, mengambil beberapa inspirasi dari judul-judul fiksi-ilmiah high concept karya Christopher Nolan, khususnya Inception. Tengok saja nama protagonisnya: Nolan Wright (Mamoudou Athie).

Pertama kali kita bertemu Nolan, ia sedang kesulitan menata hidup, akibat amnesia yang diderita pasca kecelakaan maut yang turut menewaskan sang istri. Dia mesti kehilangan pekerjaannya sebagai fotografer karena kemampuannya dianggap menurun, pula amat bergantung pada puteri kecilnya, Ava (Amanda Christine), yang selalu menyiapkan sarapan dan makan malam. Selain kehilangan ingatan, Nolan pun kerap menunjukkan sikap tidak biasa. Salah satunya emosi yang mudah meledak, padahal selama ini ia dikenal baik hati.

Nolan hampir putus asa, sampai sang adik yang merupakan seorang dokter, Gary (Tosin Morohunfola), mengenalkannya pada ahli gelombang otak nomor satu, Dr. Lilian Brooks (Phylicia Rashad). Bersama Dr. Lilian, Nolan menjalani metode pengobatan eksperimental, menggunakan sebuah alat yang mampu membawanya memasuki dunia bawah sadar, termasuk mengunjungi memori-memorinya.

Semakin jauh Nolan menyambangi “masa lalu”, kita pun semakin memahami penyebab ia menderita amnesia…..namun dengan cara tak terduga. Black Box menyimpan dua twist. Pertama adalah “twist besar” yang menjabarkan latar belakang kondisi Nolan. Osei-Kuffour enggan memandang rendah kemampuan penonton menarik kesimpulan sendiri, sehingga eksposisi gamblang nan berlarut-larut takkan anda temui. Sayangnya, di saat bersamaan naskahnya pun tak cukup pintar dan kurang memerhatikan detail pondasi elemen fiksi-ilmiah miliknya. Banyak kejanggalan bertebaran, seputar “aturan” filmnya terkait alam bawah sadar dan gelombang otak.

Sedangkan twist keduanya, walau “lebih kecil”, justru lebih meninggalkan kesan. Kebanyakan film arus utama Hollywood bakal berkata, “mereka yang telah tiada akan selalu dirindukan”. Tapi kenyataannya tidak demikian. Terkadang, kerabat dan orang-orang tercinta merasa lebih bahagia setelah ditinggalkan.

Di antara kejutan-kejutan tersebut, mungkin anda akan terkejut saat mendapati Black Box hanya mengandung segelintir teror, tepatnya tiap Nolan memasuki alam bawah sadar, kemudian diserang oleh sosok tanpa wajah, yang tampilannya mencerminkan makhluk-makhluk dari banyak film horor, lengkap dengan efek suara “patah-patah” dan  kayang sebagai caranya bergerak. Sisanya, film ini cenderung minim ketegangan. Apalagi Osei-Kuffour belum sematang itu untuk bisa memaksimalkan materi sesedikit apa pun.

Beruntung jajaran aktornya kuat. Mamoudou Athie, yang sebelumnya mencuri perhatian dalam Uncorked sebagai penggila anggur, mampu menghanyutkan penonton dalam kebingungannya. Pesona terbesar justru datang dari Amanda Christine, sebagai Ava, si bocah yang bersikap lebih dewasa dari usianya. Tapi itu bukan lubang penokohan, sebab ada alasan mengapa Ava terpaksa mengalami pendewasaan sebelum waktunya, sementara sang aktris secara meyakinkan melakoni peran kompleks tersebut, sekaligus menyuntikkan bobot emosional yang mudah memancing simpati.


Available on PRIME VIDEO

Tidak ada komentar :

Comment Page:

Posting Komentar