11/12/20

REVIEW - INTRUDER

0 View

(REVIEW MENGANDUNG SPOILER!)

Di Intruder, sang protagonis meragukan identitas seorang wanita yang mengaku sebagai adiknya yang telah lama menghilang. Lucunya, debut penyutradaraan sekaligus penulisan naskah Son Won-pyeong ini pun seolah mengalami krisis identitas. Ingin menjadi thriller-misteri “berbobot” seputar psikis manusia? Atau film genre kelas B yang sepenuhnya meninggalkan logika? Di beberapa kesempatan, filmnya berusaha dikemas elegan, namun di kesempatan lain, saya merasa naskahnya ditulis oleh Uya Kuya yang tengah berambisi membuat Parasite versinya.

Enam bulan berlalu sejak Kang Seo-jin (Kim Mu-yeol) kehilangan sang istri akibat tabrak lari. Perasaan bersalah, ditambah belum berhasilnya polisi meringkus si pelaku, membuat hidup Seo-jin berantakan. Pekerjaannya kacau, pun puterinya, Ye-na (Park Min-ha), kerap terlantar. Pada sebuah presentasi proyek, Seo-jin mengalami serangan kepanikan tatkala diminta menjawab, apa definisi rumah baginya. Sepeninggal istrinya, kata “rumah” terdengar mengerikan bagi Seo-jin, yang tak lagi merasa punya tempat untuk pulang. Padahal ia seorang arsitek.

Seo-jin rutin menjalani terapi hipnosis di tempat praktek temannya, Dr. Han (Seo Hyun-woo). Melalui hipnosis, Seo-jin mengunjungi memori ketika sang istri meninggal di depan matanya, guna mengungkap identitas pelaku. Tapi di tiap sesi, Seo-jin selalu berujung terlempar ke ingatan 25 tahun lalu, di mana sang adik, Yoo-jin, menghilang. Hingga suatu hari, Yoo-jin (Song Ji-hyo) mendadak pulang.

Hasil tes DNA menunjukkan kecocokan sebesar 99,99%. Pun kedua orang tua Seo-jin, khususnya sang ibu, amat bahagia menyambut kepulangan puteri mereka. Tapi ia tetap menaruh rasa curiga. Apakah wanita ini penipu? Ataukah ia memang Yoo-jin, dan kecurigaan itu cuma dampak ketidakstabilan mental Seo-jin? Protagonis kita pun melakukan investigasi lewat berbagai cara, mulai dari meminta bantuan polisi, hingga menggunakan hipnosis, mengunjungi memori masa lalunya guna mencari kebenaran.

Tapi bisakah hipnosis melakukan itu? Tidak. Tidak setepat dan sedetail itu, hingga suatu memori bisa diakses sefleksibel rekaman video yang dapat di-enchance. Anda takkan bisa mengingat wajah seseorang, jika pada kejadian, anda tidak secara jelas merekam wajah tersebut. Intruder bahkan melangkah lebih jauh terkait elemen manipulasi pikiran, kala mengungkap bahwa antagonisnya juga memakai metode serupa, hanya saja, lebih dekat ke arah mistis (seperti gendam?) ketimbang medis. Penulis naskahnya tak cukup peduli untuk menjelaskan lebih jauh pada penontonnya, dan meminta kita menerima begitu saja, kalau metode itu bisa diterapkan.

Sebenarnya hal-hal di atas sah, selama di saat bersamaan, Intruder tidak berusaha menjadi sajian “sok mahal dan thoughtful” yang bicara soal keluarga dan dinamika psikis manusia, termasuk pemahaman mengenai bagaimana seseorang dalam titik terapuhnya, cenderung rentan terseret ke dalam radikalisme berkedok agama. Padahal film ini berpotensi jadi thriller intens yang mencuatkan sederet pertanyaan sepanjang durasi.

Di jajaran pemain, Kim Mu-yeol cukup solid sebagai pria kacau, sebagai unreliable narrator yang patut kita ragukan perkataannya. Sedangkan Song Ji-hyo (menurunkan berat badannya sebanyak 7 kg) tampil baik, dalam berakting memerankan wanita yang sedang berakting. Matanya menyiratkan ketidakberesan, menyimpan rahasia yang selain Seo-jin, hanya bisa terbaca oleh penonton, yang memang sejak awal sudah diset untuk mencurigainya. Sosoknya creepy, meski modus operandinya patut dipertanyakan. Kenapa harus menunggu 6 bulan? Kenapa repot-report membuat skenario kompleks yang berisiko di saat sumber dayanya memadai untuk melakukan cara yang jauh lebih gampang?


Available on KLIK FILM

Tidak ada komentar :

Comment Page:

Posting Komentar