REVIEW - SAMJIN COMPANY ENGLISH CLASS

Tidak ada komentar

“Memangnya kita tukang pemindah barang?!”, keluh salah satu karyawan pria, tatkala sang atasan memintanya memindahkan barang-barang dari kantor lamanya. Tidak keliru, hanya saja sedikit “lucu”, karena mereka sepertinya tak mempermasalahkan, sewaktu banyak karyawan wanita di tiap departemen, cuma diperintahkan membuat kopi dan bersih-bersih. Samjin Company English Class membawa penonton menyaksikan, bagaimana wanita-wanita itu membuktikan bahwa mereka pantas dihargai lebih.

Berlatar 1995, Lee Ja-young (Ko Ah-sung), Jung Yoo-na (Esom), dan Sim Bo-ram (Park Hye-soo) menjalin persahabatan sebagai sesama karyawan di Samjin. Karena hanya berstatus lulusan SMA, ketiganya terpaksa menerima tugas-tugas, yang melalui kacamata patriarki, dianggap sebagai “pekerjaan wanita” sebagaimana disebut di atas. Padahal Ja-young bergabung demi terlibat penelitian, sedangkan Bo-ram adalah si jenius mantan juara olimpiade matematika. Yoo-na? Karirnya hancur akibat dituduh menggoda atasan, walau kenyataannya, ialah yang mengalami pelecehan.

Kesempatan terbuka, sewaktu Samjin menjanjikan promosi bagi karyawan yang memperoleh nilai 600 atau lebih dalam ujian TOEIC (Test of English for International Communication). Mereka pun mengikuti kelas Bahasa Inggris, berharap sukses meraih peluang itu. Tanpa disangka, di tengah-tengah proses, Ja-young secara tidak sengaja mengetahui rahasia kelam perusahaan, yang berpotensi membahayakan nyawa banyak orang, dan melibatkan jajaran pemegang kuasa di Samjin.

Sutradara Lee Jong-pil (juga menulis naskah) tahu cara menciptakan nuansa empowering melalui gambar-gambar yang walau klise dan agak berlebihan terkait usaha memanipulasi emosi, efektif memancing sorakan penonton. Wanita-wanita yang berjalan beriringan dalam gerak lambat, atau ketika para karyawan membentuk guard of honour sebagai bentuk penghormatan kepada mereka, merupakan beberapa contoh.

Kesubtilan ditiadakan, digantikan penceritaan bertempo cepat, pula stylish, lewat setumpuk twist yang sejatinya tidak sulit ditebak. Fokus utamanya perihal investigasi trio protagonis mengenai “siapa dalang segala kekacauan di Samjin”, yang secara bersamaan juga memperjuangkan hak para karyawan wanita. Dan seperti banyak sajian crowd-pleaser Korea Selatan yang menyelipkan elemen misteri, eksposisinya dikemas kompleks (entah perlu atau tidak), sementara twist-nya hadir bertumpukan, saling menyusul sebelum penonton sempat mencerna kejutan sebelumnya.

Hasilnya memang tontonan dinamis nan menghibur, namun di beberapa titik, khususnya paruh akhir, filmnya acap kali kerepotan menangani pernak-pernik itu. Pergerakannya kasar, membingungkan, seolah Jong-pil luput menjembatani tiap momen kala menulis naskahnya, atau lalai mengambil shot transisi, atau sudah melakukan semua itu tapi meninggalkannya di ruang penyuntingan.

Pun penyertaan kelas Bahasa Inggrisnya patut dipertanyakan. Saya paham apa yang diincar Jong-pil. Berkat kelas itu, para wanita Samjin dapat bersatu memecahkan berkas-berkas rahasia yang tertulis dalam Bahasa Inggris. Dari situ pula, pesan soal “melawan invasi asing” tersampaikan, di mana wanita-wanita Korea dengan bekal pendidikan tak seberapa tinggi ini, mampu mengalahkan pihak asing menggunakan bahasa musuh mereka sendiri. Bakal berhasil, andai tidak terkesan tiba-tiba, dan ditampilkan sebagai proses berkelanjutan, yang membawa penonton melihat progres secara berkala.

Kelemahan di atas tercipta akibat narasi yang penuh sesak. Ada banyak karakter di antara tuturan soal empowerment, soal lingkungan, soal korporasi, dan lain-lain. Beruntung, penampilan tiga pemain utama membuat anda takkan terlalu memusingkan itu. Chemistry mereka luar biasa, sebagai sahabat yang saling menyokong saat didera kesulitan, saling mengisi dengan kelebihan masing-masing, sembari melahirkan interaksi mengasyikkan. Ja-young yang berdedikasi dan penuh semangat, Bo-ram yang nerdy, Yoo-na yang di balik kata-kata kasar serta kesan cuek sebenarnya menyimpan kepedulian tinggi. Anda bakal mendukung mereka bertiga, bahkan ketika filmnya kurang berhasil melakukan itu.

Tidak ada komentar :

Comment Page: