20/12/20

REVIEW - TENET

0 View

Kita semua tahu kecintaan Christopher Nolan terhadap seri James Bond, baik dari pernyataan sang sutradara langsung, maupun lewat karya-karyanya. Tiap ada proyek 007 baru diumumkan, namanya selalu digadang-gadang menjadi nakhoda. Tapi ia mengakui bahwa pembuatan Tenet merupakan masa paling lama di mana ia tidak menonton film si agen rahasia. Menariknya, Tenet justru merupakan film Nolan yang “paling James Bond” sejauh ini, bahkan lebih dari Inception.

Protagonis seorang agen rahasia? Ada. Aksi curi-mencuri dengan berbagai negara sebagai latar? Ada. Sekuen bombastis? Ada. Karakter pendukung wanita cantik? Ada. Antagonis yang berambisi menguasai dunia? Ada, walau kata “menguasai” di sini tidak seliteral itu. Bedanya, Bond tidak harus berurusan dengan waktu yang terbalik.

Ya, Nolan kembali bermain-main dengan konsep waktu kegemarannya, dan jika anda menganggap Inception, Interstellar, apalagi Memento membingungkan, bersiaplah, sebab Tenet bakal membuat judul-judul itu bak soal ujian SD. Bahkan sebelum gagasan utamanya diperkenalkan, adegan pembuka yang memperlihatkan protagonis tanpa nama kita (John David Washington) menjalankan misi di Kyiv sebagai anggota CIA, sudah akan memancing pertanyaan. Siapa dia? Siapa mereka? Apa yang sedang dilakukan? Kenapa?

Singkat cerita, pasca misi tersebut, si protagonis direkrut ke dalam organisasi misterius bernama Tenet, yang bertujuan menghentikan akhir dunia. Bukan karena nuklir sebagaimana si protagonis kira, namun akibat senjata dari masa depan yang dapat memutarbalikkan waktu. Bersama seorang kontak bernama Neil (Robert Pattinson), penyelidikan si protagonis terhadap sang pemilik senjata membawanya berurusan dengan oligark Rusia, Andrei Sator (Kenneth Branagh). Istri Sator, Kat (Elizabeth Debicki), yang sudah tidak tahan lagi terhadap kekangan sang suami pun turut mengulurkan bantuan.

Tidak terdengar rumit, karena seperti telah disinggung, kerangka alurnya memang mencerminkan formula Bond. Menjadi kompleks ketika elemen time inversion mulai ambil bagian, terlebih pasca suatu mesin berbentuk pintu putar (disebut “turnstile”) diperkenalkan. Mesin itu bisa membuat seseorang menjalani waktu secara terbalik, dan saat itu terjadi, kita akan melihat dua linimasa berjalan beriringan.

Sebenarnya konsep waktu Tenet tidak serumit itu. Cukup pahami konsep turnstile, dan semuanya terjelaskan. Menjadi terksan rumit, karena naskah buatan Nolan sebatas menyediakan penjelasan melalui kalimat-kalimat singkat yang berlalu dengan cepat, sambil terus menggerakkan alurnya. Salah satu alasan mengapa Nolan spesial adalah keengganannya “menyuapi” penonton, tapi kali ini, dampaknya adalah kompleksitas yang acap kali tidak diperlukan.

Mengapa tidak diperlukan? Karena sejatinya, Tenet menyimpan potensi untuk melahirkan kisah emosional, andai drama berbasis karakter dikedepankan, dengan time inversion sebagai pendukung, alih-alih sebaliknya. Misalnya perjuangan Kat mendapatkan kebebasan (tanpa disadari Kat telah menyaksikan kebebasannya sendiri). Pula persahabatan unik protagonis kita dengan Neil, yang begitu hidup berkat banter Washington dan Pattinson. Atau yang lebih filosofis, tentang sang protagonis sebagai “penjinak bom yang tidak pernah meledak”. Bayangkan dari balik kegelapan, anda menyelamatkan seseorang, tanpa orang itu tahu sudah anda selamatkan. Bahkan ia tidak sadar kalau butuh diselamatkan. Isn’t that heartful?

Setidaknya bagi para pecinta teka-teki khususnya yang berkaitan dengan konsep perjalanan waktu, melihat dua linimasa bertemu, lalu mendapati bagaimana tanpa disadari keduanya saling terikat dan mempengaruhi, merupakan aktivitas yang menyenangkan. Di sinilah ketidaksukaan Nolan kepada dramatisasi justru memperkuat filmnya. Jika banyak sineas lain bakal memperlakukan tiap keterikatan sebagai “big reveal’, Nolan tidak demikian. Seolah baginya semua itu merupakan kewajaran, dan bagi saya, proses mengungkap sendiri kaitan peristiwa A dan B, menjadi hiburan tersendiri.

Tentu hiburan terbesar Tenet berasal dari aksinya. Saya cukup yakin, ketertarikan utama Nolan atas konsep ini bukan didasari keinginan bercerita, melainkan mengeksekusi ide-ide sekuen aksi yang (seperti biasa) mendobrak batas. Masih tanpa bantuan green screen, selain beberapa “rutinitas” masif khas Nolan seperti meledakkan Boeing 747, momen-momen paling memukau tentu saja selalu melibatkan time inversion. Gedung tidak sekadar luluh lantah, namun seolah dihancurkan dan “didirikan” secara simultan. Time inversion juga berguna menyembunyikan fakta, bahwa lebih dari satu dekade setelah The Dark Knight, kemampuan Nolan membungkus aksi baku hantam belum mengalami peningkatan berarti.

Anda harus menontonnya sendiri untuk memahami maksud deskripsi di atas, dan merasakan betapa imajinatif sang sineas mengemas aksi. Saya terpukau walau cuma menyaksikannya di Blu-ray. Entah bagaimana di layar lebar, apalagi IMAX. Bersabarlah sedikit lagi, sebab kalau tidak ada rintangan, menurut sumber terpercaya, rencananya Tenet akan tayang di bioskop Indonesia mulai Januari 2021.


Available on DVD, BLU-RAY & DIGITAL SERVICES

25 komentar :

  1. Kan kata laura "Dont try to understand, feel it"
    Abis nonton tenet, terus paham teori ilmiahny, berasa jadi einstein. Hahahah

    BalasHapus
  2. Wih masih dinilai lumayan sama movfreak kirain bakal sama nilainya kaya dunkirk bang. Saya nonton ini rasanya persis sama pas nonton dunkirk. Kosong ga ada terikat sama karakternya.Padahal banyak banget ya karakter yang bisa dieksplor tapi nolan lebih memilih ngejelasin time inversion dari adegan ke adegan selanjutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Simplenya gini sih, Dunkirk waktu itu udah nonton layar lebar berasa meh, tapi Tenet, cuma model Bluray, udah nendang. Di bioskop pasti lebih gila lagi

      Hapus
    2. Hahahaha. Bener tuh

      Hapus
  3. Cesar5:58 PM

    Iya bener. Meski butuh ditonton lebih dari sekali tp keren konsepnya. Intinya mesti ngerti konsep time inversionnya dulu baru bisa ngikutin alurnya. Tp yg paling top disini scoring & sekuen aksinya. Coba nonton di bioskop pasti lebih mantap. Hahaha

    BalasHapus
  4. Besoklah tonton lagi di bioskop Januari 😁

    BalasHapus
  5. kak review film nomadland nya frances dong

    BalasHapus
  6. oh,belum ada ya.tapi kak kenapa kakak nonton film tenet kan katanya nanti nungguin di bioskop

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bantu jawab..
      Mas rasyid nonton legal kok di blu ray.. semua review di paling bawah ada akses nontonnya

      Hapus
    2. maksud saya,kenapa sekarang? bukan nanti (mungkinkah kakaknya sudah tidak sabar)tapi kak nonton
      dong film nomadland kan menang venice.menurut kakak filmnya bisa masuk nominasi best picture oscar gak.

      Hapus
    3. Yap, ini nonton di Bluray karena penasaran sama ceritanya aja. Jadi begitu di bioskop tayang, bisa fokus sama spectacle-nya.

      Kalo Nomadland karena kayaknya nggak ada bau-bau bakal rilis streaming, mungkin nunggu home video-nya tahun depan

      Hapus
  7. @adepramoedya6:36 PM

    hmm..Bukan terbaik dari Nolan, tapi masih watchable. Saran saya untuk nonton film ini, coba lah untuk tidak ilmiah. Cukup nikmati cinematic experience-nya aja. Sama kayak nonton Ratu Ilmu Hitam, jangan mikir logis atau nggak. Nikmati aja terrornya :)

    Btw peringkat ranking dong film-filmnya Nolan versi bang Rasyid hehehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm, mungkin sewaktu-waktu bakal berubah, tapi buat sekarang

      Inception > Memento > TDKR > Following > TDK > Batman Begins > Interstellar > Insomnia > The Prestige > Tenet > Dunkirk

      Hapus
  8. ckckck... sebegitu lebaynya review film tsb... padahal nurut aku filmnya itu jelek banget... stupid...
    Tenet dipenuhi jargon intelek yang seakan-akan berteriak pada penonton “gila, cerdas banget nih ceritanya”. Namun semua manipulasi gambar dan editing itu terasa dingin. Terasa teknis sekali. Tidak ada jiwa di sana. Rangkaian cerita dalam Tenet ingin pamer dan membuatmu merasa goblok kalau sampai tidak paham selama menonton.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ckckck...sebegitu lebaynya komentar di atas ini

      *eh gitu bukan sih cara maennya? *

      Hapus
    2. Andrew7:47 AM

      Mungkin dia sendiri yg merasa goblok? Kita mah fine2 aja ya Mas Rasyid nontonnya. Wkwkwkwk

      Hapus
    3. Anonim10:10 PM

      Ckckck segitu tidak originalnya komen di atas. Paragraf kedua dari komentarnya copas dari artikel Vice Indonesia, gak bisa berkomentar menurut opini sendiri ya bro sampai harus copas dari artikel Vice biar terlihat edgy

      Hapus
  9. Anonim6:26 PM

    Yg fine fine nnton ny ngerasa ngerti pdahal masih membekas bnyk pertanyaan, / kemungkinan cumen liet2 aksi ledak2 ny doang tanpa tau&paham storytelling ny wkkw
    Gw malah nilai ni film sok jenius yg membuat org terkesan oon

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mz/mb, jangan berasumsi semua orang sebodo sampeyan 😂

      Hapus
    2. Anonim12:02 PM

      Sok tau. Lu aja kali yg goblok. Otak lu kgk nyampe. Wkwkwkwk

      Hapus
  10. Blog ini selalu "rame" kalo udah review Nolan.

    BalasHapus
  11. Biasa aja.. score 5/10.. film paling lemahnya nolan

    BalasHapus
  12. Gamau nonton di bioskop lagi? Gw cek di tix tayang tuh tenet di bioskop

    BalasHapus