REVIEW - DEMON SLAYER: KIMETSU NO YAIBA THE MOVIE: MUGEN TRAIN

14 komentar

Memecahkan rekor Spirited Away yang sudah bertahan 19 tahun sebagai film berpendapatan tertinggi sepanjang masa di Jepan jelas bukan pencapaian main-main. Dan kualitas serial Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba memang tidak main-main. Saya, yang notabene bukan penonton anime, dibuat tertarik, bahkan jatuh cinta. Apalagi setelah menyaksikan masterpiece bernama “Episode 19” yang punya salah satu sekuen aksi terbaik yang pernah saya tonton di media apa pun.

Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba the Movie: Mugen Train melanjutkan akhir kisah serialnya (tontonlah kalau belum), di mana Tanjiro (Natsuki Hanae), Nezuko (Akari Kitō), Inosuke (Yoshitsugu Matsuoka), dan Zenitsu (Hiro Shimono), menjalankan misi terkait gangguan iblis di sebuah kereta, yang telah menghilangkan banyak orang. Turut bergabung adalah Rengoku (Satoshi Hino) sang Hashira api. Tanjiro sendiri berniat menemui Rengoku, guna mencari tahu tentang teknik pernapasan Hinokami Kagura warisan ayahnya.

Gangguan di kereta tersebut rupanya disebabkan oleh Enmu (Daisuke Hirakawa), si pemegang posisi “Lower Moon One”, yang makin kuat berkat suntikkan darah dari Muzan. Berbeda dengan kebanyakan iblis lain, Enmu tidak diberi latar belakang untuk memancing simpati penonton (Demon Slayer selalu menekankan bahwa iblis adalah makhluk malang, yang kejahatannya didorong oleh nasib tragis), sehingga penokohannya tak sekaya kompatriotnya, semisal Rui. Tapi kekurangan tersebut ditutupi oleh kemampuan yang tetap membuat sosoknya berkesan.

Tanpa menghitung Muzan, sejauh ini Enmu adalah iblis paling keji. Dia memanfaatkan mimpi indah korban untuk menghabisi mereka. Tanjiro, Inosuke, Zenitsu, bahkan Rengoku, sempat terjebak tipu daya itu. Dan melalui alam mimpi karakternya pula, Mugen Train memamerkan kehebatannya menyeimbangkan elemen drama dan humor. Jika mimpi Inosuke dan Zenitsu memproduksi tawa tanpa henti, maka kenangan Tanjiro dan Rengoku akan keluarga masing-masing, bakal jadi hal pertama yang menembus dinding emosi penontonnya.

Bukan kejutan apabila penonton mengharu biru menyaksikan mimpi Tanjiro. Di titik ini, saya bahkan bisa meneteskan air mata cuma dengan melihat foto keluarganya, yang dipakai mengisi kredit penutup episode 19. Justru keberhasilan memunculkan ikatan emosi dengan Rengoku yang belum lama kita kenal adalah pencapaian tersendiri. Belum lagi sensitivitas yang ditunjukkan oleh sutradara Haruo Sotozaki dalam mengemas momen emosional.

Simak saat filmnya mengajak kita mengunjungi inti jiwa Tanjiro, yang berupa hamparan perairan luas tak berujung. Gambarnya indah, namun keputusan memakai keheningan, meniadakan satu pun suara, merupakan kunci. Sedangkan di momen lain, sulit menahan gempuran rasa, setiap lagu Kamado Tanjirou no Uta (dengan berbagai variasinya) mulai terdengar.

Rasanya saya tidak perlu panjang lebar mendeskripsikan adegan aksi film ini. Luar biasa bagaimana Mugen Train mampu melahirkan parade pertempuran seberwarna dan sedinamis ini, meski hanya mengambil mayoritas latar di atas kereta. Kemudian datanglah sebuah twist. Sebuah titik balik, yang sejatinya terkesan out-of-nowhere. Tapi siapa peduli ketika titik balik itu berujung klimaks luar biasa intens? Klimaks yang akan membuatmu mengkhawatirkan nasib tokoh-tokohnya akibat mengira semua harapan telah hilang. Klimaks yang ditutup oleh pilihan konklusi sempurna, yang menyiratkan betapa berbahaya ancaman para iblis upper moons, sembari memperkuat tuturan filmnya seputar heroisme.

14 komentar :

Comment Page:
Chan hadinata mengatakan...

Kalo tanpa nonton serial atau gak tau apapun dari kisah sebelumnya.. masi bisa dinikmati kah??

andre mengatakan...

wah sangat bagus yang bang.saya udah nonton dan memang keren banget.saya pengen banget filmnya masuk nominasi kaya spirited away di best animated oscar.menurut abang bisa masuk dan menang gak bang filmnya.secara saingannya film soul juga menurut saya gak terlalu istimewa

Rasyidharry mengatakan...

Kalo buat menang hampir mustahil. Peluang Soul lebih gede karena buatan Amerika (plus Pixar) dan emang lebih bagus. Kalo masuk nominasi masih ada peluang. Slot Soul, Wolfwalkers, Onward udah keisi. Masih sisa 2.Cuma kayaknya juri lebih pilih Earwig and the Witch & Over the Moon. Yah, padahal Demon Slayer jauh di atas Over the Moon

Rasyidharry mengatakan...

Menit pertama udah bingung kalo sama sekali nggak tahu. Mending tonton. Worth watching banget

Aigun mengatakan...

Wah anime lovers juga om,ufotable emng bukan kaleng2 klo anda pembaca manga ny pasti akan kaget liat lompatan art nya disini,sungguh dinamis dan berwarna,jauh dengan manga nya yang sangat simpel dan terkadang standar

Rasyidharry mengatakan...

Bukan penonton anime sih. Nonton Demon Slayer cuma buat modal filmnya. Baca manganya beberapa chapter terus stop,ngerasa, "wah sayang banget kalo tahu ceritanya dari manga yang medioker ini"

Aigun mengatakan...

Secara art disebut standar sekali untuk ukuran manga yang terbit dimajalah mingguan "jump"tapi tidak menghilangkan esensi dari perasaan yang bisa ditimbulkan oleh manga itu,banyak tragedi dan banyak nya tokoh utama yang mati sepanjang jalan semakin menguatkan serial ini sebagai manga yang menonjok perasaan,dan kebeneran ufotable menangkap esensi tersebut dalam warna warni animasi nya

Ka L mengatakan...

SPOILER (Mungkin)
Saya menonton anime dan juga membaca manganya, dramanya (kalau saya tidak salaha menyebutnya) dapat banget. Actionnya bisa dibilang kurang di manganya, tapi di anime terbilang bagus. Dan episode 19 itu memang menang segalanya di anime KnY ini.
Saya sendiri belum membaca Arc Mugen Train ini, karena sengaja menunggu movienya. Dan semoga sebagus Anime serinya.
Untuk manganya sebaiknya jangan berharap banyak, karena tidak sebagus animenya. Penokohannya masuk dalam kategori cukup, actionnya kurang untuk manga shonen, artnya ya... so so, dramanya dapet banget. KnY bukanlah manga shonen yang wah banget seperti One Piece (kejauhan gak yah ngebandinginnya). SoLnya pun tak sebagus Natsume Yuujincou. Tapi animenya memang salah satu yang harus di tonton (semoga kualitas season 2, kalau ada, sebagus season 1nya).
KnY ini seperti OPM (versi Yusuke Murata) yang terbalik. Dimana OPM (versi Yusuke Murata) Animenya itu tak bisa menandingi Skill gambar mangakanya, sedang KnY itu benar-benar memPush kualitas dari manganya.
Itulah yang saya ingat dari KnY ini, mohon maaf kalau ada yang tidak setuju karena saya belum nonton dan baca ulang lagi.

Syam mengatakan...

Terimakasih reviewnya mas. Sebagai pembaca manga & penonton anime KNY , saya sama sekali tidak kaget akan nilai "Sangat Bagus" nya. Saya belum sempat nonton sih. : (
Oiya, untuk yg sudah baca manga & nonton movienya , apakah Movie ini sama persis ceritanya dgn versi manganya?

Rasyidharry mengatakan...

Pendekatannya sama persis kayak di anime sih. Sesuai manga. Ya ada perubahan kecil-kecil buat penyesuaian & peningkatan kualitas

jurumata mengatakan...

ini anime ngalahin kimi no nawa.

Anonim mengatakan...

Review anime Attack on Titan dong mas Rasyid sekali2, buat saya pribadi kisahnya sendiri udah diatas rata2 anime pd umumnya, Hollywood banget sih ceritanya kalo diangkat ke layar lebar

Hadi Alkatiri mengatakan...

Sebenernya sih dari kacamata pecinta anime Demon Slayer series tuh cuma menang di visual dan desain karakter. Dari segi cerita sebenarnya udah banyak anime yg mengusung plot dan perkembangan karakter sejenis. Tertarik nonton nih film sih ya itu karena katanya ini film berhasil mengalahkan Spirited away. Meskipun ttp gk se-mesmerizing film2 Ghibli tapi sajian actionnya ttp juara sih

Pras mengatakan...

Keren bgt ini nilai rating kok bisa sesuai dengan kualitas film KnY mugen train yg ok banget. Mantab nice review πŸ‘πŸ‘