06/05/22

REVIEW - DOCTOR STRANGE IN THE MULTIVERSE OF MADNESS

0 View

 

(Tulisan ini mengandung SPOILER)

Menginjeksi formula horor ke film superhero sebenarnya bukan langkah baru. Scott Derrickson di Doctor Strange (2016) dan James Wan dalam Aquaman (2018) mempertahankan akar mereka selaku sineas horor, walau penerapannya sebatas bumbu pemanis. Tapi Multiverse of Madness berbeda. Menggantikan Derrickson yang mundur pada fase pra-produksi, Sam Raimi melahirkan installment MCU perdana yang total melangkah ke ranah horor. 

Multiverse of Madness bukan film superhero ber-gimmick horor, melainkan peleburan seimbang antara kedua genre, yang mendorong batasan rating PG-13 sejauh mungkin. Pun sebagai pecinta komik yang karya-karyanya kerap "meminjam" elemen medium tersebut, bahkan jauh sebelum Spider-Man (2002), Raimi, dibantu naskah buatan Michael Waldron (serial Loki), menciptakan tontonan yang "sangat komik". 

Di sinilah istilah "Earth-616" (kontinuitas utama cerita Marvel) akhirnya diperkenalkan, tatkala Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) harus mengarungi multiverse guna menolong America Chavez (Xochitl Gomez) dari kejaran sosok gelap. Kekuatan Chavez yang membuatnya mampu melintasi multiverse jadi alasan pengejaran tersebut. 

Strange tidak sendiri. Wong (Benedict Wong) sang Sorcerer Supreme dan Wanda Maximoff (Elizabeth Olsen) turut memberi bantuan. Seperti kita tahu, pasca WandaVision, Wanda telah bertransformasi jadi Scarlet Witch, dan kondisi mentalnya tengah jauh dari stabil selepas kehilangan suami berserta kedua anak yang diciptakannya menggunakan sihir. Multiverse of Madness menandai perubahan sepenuhnya Wanda dari "Avengers yang terluka" menjadi antagonis. 

Master of the Mystic Arts berkonfrontasi dengan penyihir pemilik chaos magic. Menyelipkan setumpuk referensi, baik untuk karyanya sendiri (The Evil Dead, Drag Me to Hell) maupun orang lain (Carrie), ketimbang baku hantam generik dua manusia super, Raima mengemas pertarungan itu bak teror mistis khas horor. Bahkan di berbagai kemunculannya, Wanda seperti hantu penuh dendam. Di satu titik ia serupa Sadako yang muncul dengan gerakan mengerikan, sedangkan di kesempatan lain ia bisa tiba-tiba hadir, meneror di tengah keheningan. 

Pilihan shot, pencahayaan, jump scare, hingga sedikit gore, menebarkan aroma horor pekat. Feige nampaknya sadar, percuma merekrut Raimi kalau ujungnya cuma jadi director for hire biasa. Raimi diberi kebebasan berkreasi. Selain elemen horor kelam, sentuhan campy pun dapat ditemukan di berbagai sisi. Pertarungan dua versi Doctor Strange jadi contoh. Kreatif, over-the-top, dan terpenting, "sangat komik". 

Tentu bukan berarti Multiverse of Madness lepas total dari skema besar MCU. Sebaliknya, kisahnya membuka gerbang pengembangan konsep multiverse secara lebih luas. Ada beberapa cameo (termasuk satu di mid-credits scene). Jumlahnya memang tak segila harapan banyak orang, tapi sekali lagi, eksekusinya (yang bisa jadi terasa kontroversial atau malah mengecewakan bagi sebagian pihak) membuktikan pemahaman Raimi terkait komik. Tepatnya soal tendensi komik memperlakukan cameo dari semesta non-utama. Sadarkah anda akan kemunculan salah satu lagu tema 90an paling ikonik pada kemunculan seorang cameo-nya?

Multiverse of Madness punya bujet standar MCU (200 juta dollar), namun berkat visi personal Raimi, hasil akhirnya tampak jauh lebih mahal dari biasanya, terutama di ranah visual. Berbagai shot sureal estetis, dan tentu saja sekuen "menembus multiverse" selaku highlight visualnya, adalah momen-momen yang memanjakan mata. 

Kelemahan filmnya terletak pada penceritaan. Raimi, yang piawai dalam hal memacu adrenalin (build-up menuju pertempuran di Kamar-Taj amat intens), menggerakkan alur begitu cepat, sampai tercipta jurang lebar antara pacing untuk adegan aksi dengan drama. Setiap aksi berhenti, Raimi bagai menginjak pedal rem secara mendadak, kemudian berjalan lambat cenderung draggy, sebelum tiba-tiba melaju kencang lagi. 

Ada kalanya mengganggu, tapi di saat bersamaan, makin menekankan bahwa ini karya Sam Raimi. Orang yang mengubah wajah dunia horor melalui trilogi Evil Dead. Liar. Frantic. Dan bukan berarti Raimi melupakan sensitivitas. Multiverse of Madness ibarat sekuel bagi WandaVision dan episode keempat What If...? (What If... Doctor Strange Lost His Heart Instead of His Hands?). Keduanya punya satu kesamaan: cinta.

Lebih spesifik lagi, "kehilangan cinta". Strange dan Wanda sama-sama mengalami kehilangan tersebut, dan Multiverse of Madness merupakan fase mereka belajar merelakan. Strange mesti menerima bahwa ia dan Christine (Rachel McAdams) mungkin tak ditakdirkan bersama. McAdams akhirnya diberi peran signifikan, dalam romansa yang melahirkan satu lagi kalimat ikonik. Lupakan "I love you 3000". Sekarang waktunya "I love you in every universe" untuk dikutip di mana-mana.

Duka Wanda jauh lebih besar sekaligus menyakitkan, yang mana memberi Elizabeth Olsen kesempatan memamerkan performa terbaiknya. Wanda ia bawa berevolusi, dari didominasi kesedihan dalam WandaVision menjadi dikuasai amarah. Tidak berlebihan menyebutnya salah satu akting paling cemerlang sepanjang sejarah MCU. 

Sebagaimana Ant-Man (2015) yang tampil kuat justru karena motivasi sederhana karakternya (keluarga), film ini mengusung semangat yang mirip. Kegilaan yang mengancam stabilitas multiverse dipicu oleh satu pertanyaan: Sejauh mana kehilangan bisa mendorong seseorang berbuat hal ekstrim? Tidak ada antagonis sesuai definisi umum di sini. Hanya orang-orang yang ingin menyembuhkan luka mereka.

41 komentar :

  1. Anonim7:20 AM

    akhirnya di review juga. saya nunggu nunggu dari semalem, pingin POV bang Rasyid seperti apa. terus terang saya ga begitu kecewa film ini ada. bahkan melampaui ekspektasi saya sendiri yang udah nunggu dari lama, walaupun endingnya seakan dibuat terlalu cepat. tapi in the end saya suka keseluruhan dalam film ini. terima kasih bang untuk reviewnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya endingnya itu "horor banget". Kecenderungan sutradara horor emang ngasih ending yang "langsung stop" (for better or worse)

      Hapus
  2. Saya nunggu juga ini.makasih review nya bung.abis jumatan ah nonton

    BalasHapus
  3. Anonim7:55 AM

    sorry mas oot, rumor untuk film the flash yg katanya mau nge-reboot dceu itu apakah benar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soft reboot kayaknya. Buat recast & ngilangin template Snyder

      Hapus
  4. Anonim8:33 AM

    Disaat banyak orang yang mempersalahkan " cameo " di tengah yang dibuat begitu saja, mas rasyid punya pandangan yang berbeda, mantap mas. Saya juga mikir nya " cameo " di tengah itu punya fungsi sebagai perkenalan kalo di universe utama MCU mereka exist.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo yang familiar sama tabiat Marvel di komik, kemungkinan besar bakal mikir gitu. Alternate universe emang selalu jadi tempat mereka ngelakuin apa pun dengan bebas & ekstrim

      Hapus
    2. Anonim10:31 AM

      Itu dia, apalagi proyek " Empat Fantastis" mau dibikin dan si " itu " di universe 818 udah mati, berarti yah udah fix di MCU mereka udah exist

      Hapus
  5. Anonim8:43 AM

    8/10

    main villainnya sesuai tebakan biarpun ngarepnya bakal nightmare yg jadi main villain tapi emak-emak itu emang horor sih dari awal muncun di age of ultron udah keliatan dia bisa jadi villain yg berpotensi di MCU 😁, CGInya di bagian doctor strange sama Wong lawan monster mata satu entah apa itu namanya masih agak kasar terutama pas part wong disekap pake tentakel, cuman selain itu CGInya mulus, sentuhan horornya juga dapet biarpun nggak mendominasi, kalo illuminati sih dari awal saya gal berharap apa-apa sama kemunculan mereka jdi pas dibantai wanda udah gak terkejut sih

    BalasHapus
  6. Chadinata10:29 AM

    SPOILER



    Kemunculan Clea,, teasenya kira2 nyambung kemana mas??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada beberapa kemungkinan. Bisa soal baliknya musuh lama, atau bisa jembatan buat nampilin nama yang udah digosipin sejak WandaVision. Kalo yang kedua, artinya bakal makin tragis percintaan si Strange ini πŸ˜‚

      Hapus
  7. Anonim10:38 AM

    Mas Rasyid berhubung bahas WandaVision nih kasih penilaian dikit dong buat seriesnya kalo boleh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Series Disney+ MCU paling bagus sejauh ini. Caranya "adaptasi" sitkom itu kreatif banget

      Hapus
    2. Anonim4:59 PM

      Kalo series MCU dikasih urutan dari yang terbaik sampai yang terlemah gimana pandangan mas?

      Hapus
    3. 1) WandaVision
      2) Falcon Winter Soldier
      3) Hawkeye (tie)
      3) Loki (tie)
      4) What If
      5) Moon Knight

      Hapus
    4. Anonim12:28 PM

      Falcon urutan kedua ya? Saat banyak orang (termasuk saya) nganggep Falcon paling lemah Mas Rasyid malah suka. Kalo saya lebih pilih antara Loki dan Moon Knight

      Hapus
    5. Falcon isu sosialnya paling kuat & tajem. Tapi ya mungkin kurang deket buat orang sini

      Hapus
  8. Anonim11:22 AM

    Gua masi kurang si sama endingnya jadi kea film azab tobat ehh malah ketiban batu wkwk..

    BalasHapus
  9. Gila gila nunggu ampe beres full film nya tamat, end creditnya gak penting bangetttt πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

    BalasHapus
    Balasan
    1. Khusus buat die hard fans Raimi & Campbell aja itu 😁

      Hapus
  10. Ada hal bikin bingung.. kan multiverse terjadi setelah peristiwa di ending loki.. yg mana itu kejadian sesudah thanos.. tp kok di universe yg ada iluminati itu, dikatakan uda lawa thanos juga? πŸ€”

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap universe punya versi orang dari universe lain. Dengan kata lain, setiap universe punya Thanos nya sendiri, punya Tony Stak nya sendiri, Steve Roger, dll.

      Hapus
    2. Multiverse selalu ada, dengan masing-masing punya sedikit variasi. Di ending Loki, perbedaan itu jadi nggak terkontrol

      Poinnya bukan "sebelum Loki nggak ada multiverse" tapi "multiverse itu terkontrol". Dikontrol biar nggak ada timeline yang melahirkan versi He Who Remains (Kang the Conqueror) lain

      Bisa dicek di gambar garis waktu yang bercabang di Loki. Bukan 1 garis lurus, tapi kumpulan garis yang saling bersinggungan

      Hapus
  11. Sub 'in the multiverse of madness' bikin ane ber ekspektasi tinggi, tapi terlalu tinggi, pas nonton jadi kerasa biasa aja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anonim2:30 AM

      Ya, saya jg sepakat, ini film cuma 6,5/10, pacingnya terlalu terburu2,, dan kliatan film ini skedar ada aj dgn meletakkan wanda sbagai antagonis,, plothole adalah knp dr skian bnyk universe kok strange dan chavez hrs tercampak ke universe illuminati?? Wkwkwk. Bnr2 kebetulan kah? Kan mreka b2 tdk ada yg tau jk si anak kmbar yg dicari wanda ada di universe itu??

      Hapus
    2. Anak Wanda nggak cuma ada di universe itu aja dong πŸ™ƒ

      Hapus
    3. Anonim12:57 AM

      Nah btul mas rasyid,, bnerkan plot hole banget.. wkwkwkkw

      Hapus
  12. Anonim1:58 PM

    Bro saran film2 horror dong mau slasher horror,body horror, horror house bebas sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. You are next...the bone tomahawk...

      Hapus
  13. Titik balik Wanda terlalu instan. Berasa cuma gitu doang.
    Aku kira ceritanya bakalan, Wanda di universe lain mengijinkan tubuhnya buat dirasuki Wanda, supaya dia bisa merasakan punya keluarga. Kegiatan lintas universe ini memakai kekuatan Darkhold yg justru menyebabkan anak2 Wanda terkena penyakit. Untuk menyembuhkan mereka, Wanda harus menghancurkan Darkhold.
    Dan twistnya, semua itu adalah tipu daya Strange agar Wanda menghancurkan Darkhold.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anonim12:38 AM

      Kalo kaya gitu kurang emosional dan terlalu berbelit-belit. Pasti dapet rotten kalo story-nya macam gitu.

      Hapus
  14. Anonim11:23 AM

    Kayak keburu buru filmnya ya, padahal pondasi nya belum kuat.

    BalasHapus
  15. Saya nyaris tertidur di bioskopπŸ₯±
    Untunglah filmnya tidak sepanjanh rencana awalnya 2 jam 40 menit.

    BalasHapus
  16. Semalam nonton dan buat w untuk yang suka gaya directornya Raimi seneng aja sih. Untuk beberapa moment memang terkesan nonton film horror karena jumpscare bukan nonton film marvel. Elizabeth Olsen keren sih actingnya, karena dari nada bicara dan sorotan matanya keliatan aja gitu gimana hancurnya Wanda dan obsesinya dengan kedua anaknya. Cuman ya untuk endingnya agak meh karena terkesan kok gini doang ya. Btw Mas Rasyid untuk Illuminati sudah muncul apakah bakal ada kemungkinan universe XMen sama Dr Strange gabung ya? dulu baca komiknya waktu scarlett witch ngelawan Phoenix Force gila banget sih. Untuk kemunculan Illuminati disini kaget juga sih cuman dijadiin tumbal aja sama si Wanda.

    BalasHapus
  17. Anonim1:34 AM

    Akting paling cemerlang dalam sejarah MCU ya tetep wen wu.. the legend of ten rings.. bagaimana ia merasakan kesedihan yang begitu pekat setelah kehilangan istrinya. Disitulah akting wen wu benar benar terjuji.. detail detail kecil akting dari wen wu luar biasa. Wanda blm sampai kesitu.

    BalasHapus
  18. Pas Prof X muncul dibarengi 7 nada khasnya, langsung mendadak nostalgia sama series animasinya di sore hari. haha

    BalasHapus
  19. Ending nya cukup merusak mood, setelah segala kegilaan yg terjadi sebelumnya. Mau ngasih rating lebih tinggi, tp krn endingnya, gw cm ngasih 8/10
    Dan film ini sangat terdongkrak oleh penampilan luar biasa dari Olsen sama visual nya yg juara banget.

    BalasHapus
  20. Anonim6:41 PM

    Keren sih filmnya, Dr. Strange dapet looping yg sempurna dari pertanyaan "Are You Happy" dan ditutup dengan pas. Wanda jg sebenernya dapet closing yg pas dari WandaVision.

    BalasHapus
  21. sopo ae1:45 AM

    SEPIIIIIIIIIII film baruuu.....
    Hayuuk besokk ngerepieww lagiii.. ada cinta subuh ..

    BalasHapus
  22. Anonim9:39 PM

    review film RUMAH KUNTILANAK di tunggu ya...film indonesia yang bikin gemes, sesak nafas & mindblowing banget

    BalasHapus