12/10/22

REVIEW - HALLOWEEN ENDS

0 View

Sebagaimana Halloween Kills (2021), Halloween Ends bakal memecah opini penggemar. Alur, gaya bercerita, penokohan, hingga konklusinya bakal memicu perdebatan. Saya termasuk golongan yang menyukainya. 

Empat tahun pasca peristiwa film kedua, Laurie (Jamie Lee Curtis) kini berusaha menata hidup baru, tinggal bersama sang cucu, Allyson (Andi Matichak), berharap bisa meninggalkan segala ketakutan dan amarah masa lalunya. Segalanya terlihat lancar. Menulis memoar berubah jadi latihan menembak, perangkap di tiap sudut rumah digantikan oleh beragam hiasan khas hari Halloween. Pun selama empat tahun, Michael bak hilang ditelan bumi. 

Laurie memang perlahan bangkit, tapi tidak dengan Haddonfield. Raga Michael lenyap, namun esensi gelap nan jahat dalam jiwanya seolah menguasai seisi kota. Aroma kematian enggan lenyap. Termasuk saat remaja bernama Corey (Rohan Campbell) dituduh membunuh bocah yang ia jaga. 

Apakah Corey memang pembunuh, atau ia sebatas korban dari luka hati warga kota akibat teror berdarah Michael? Kegagalan meringkus Michael membuat Haddonefield mencari kambing hitam. Termasuk Laurie. Banyak yang beranggapan, andai Laurie tidak "memprovokasi" Michael, tragedi takkan terjadi. Ya, Halloween Ends menyentil perihal victim blaming yang amat relevan dengan realita. 

Naskahnya pun turut mempertanyakan soal "the origin of evil". Dari mana asal kejahatan? Apakah tertanam sejak dini (nature), pengaruh lingkungan (nurture), atau keduanya sama-sama eksis? 

Kedua pokok bahasan di atas sejalan dengan semangat yang dibawa John Carpenter melalui judul pertama Halloween 42 tahun lalu. Tapi kalau demikian, mengapa filmnya berpotensi memecah penggemar? Sederhana saja. Michael Myers absen di mayoritas durasi, serupa Laurie di Halloween Kills. Pembunuhan baru mulai dilakukannya pasca film berjalan sekitar 50 menit, selepas menghabiskan lebih banyak waktu berkutat di gorong-gorong dekat tempat berkumpulnya gelandangan (sebuah adegan yang melibatkan gelandangan terasa seperti sentilan untuk reboot versi Rob Zombie). 

Sejam pertamanya praktis lebih dekat ke ranah drama psikologis alih-alih slasher, dibumbui romansa yang hendak menyoroti ikatan batin antar pengidap trauma, namun akibat pondasi lemah naskahnya, justru berakhir tak ubahnya fantasi para nerd. 

Penggemar mungkin bukan hanya bakal mempermasalahkan minimnya porsi Michael, pula peran yang diemban sang psikopat bertopeng. Saya takkan mengungkap detailnya, tapi itu merupakan wujud penghormatan David Gordon Green dan Danny McBride ke Christine (1983) karya John Carpenter. Secara keseluruhan Halloween Ends memang penghormatan bagi Carpenter. Adegan The Thing (1982) sempat diputar, sedangkan karakter Willy the Kid (Keraun Harris) si dj radio jadi bentuk referensi ke The Fog (1980). 

Melelahkan di separuh awal, bahkan berpotensi membuat penonton lupa kalau sedang menonton slasher, untunglah paruh akhirnya kembali ke rutinitas ala Halloween. Darah ditumpahkan, beberapa creative kills bisa ditemukan, sedangkan di kursi penyutradaraan, David Gordon Green membuktikan pemahamannya tentang cara memakai lagu tema ikonik gubahan Carpenter. Dua contoh pemakaian terbaik adalah saat menutup sekuen pembuka, dan kala mengiringi momen "rekap" yang bagaikan kulminasi perjuangan 42 tahun Laurie Strode. 

Hollywood tak mengenal akhir bagi franchise sukses. Kelak Halloween (yang hak ciptanya kembali ke Malek Akkad setelah film ini) pun bakal bangkit lagi entah dalam bentuk apa. Tapi setidaknya, melalui Halloween Ends David Gordon Green berani menyuguhkan definitive ending yang memuaskan. Kecurangan ala Halloween: Resurrection (2002) yang merusak konklusi Halloween H20 (1998) kini mustahil terjadi.....mungkin. 

8 komentar :

  1. Anonim5:57 AM

    gilingan daging, eh, gilingan mobil....memuaskan banget ini film

    BalasHapus
  2. Anonim6:01 AM

    origin halloween sudah pasti selesai, finish end dengan hasil keren klimaks....lanjutnya remake atau kembali ke awal dengan kisah baru....

    BalasHapus
  3. Anonim1:12 PM

    korban tewas dalam film ini : 10 orang

    BalasHapus
  4. Udah jangan ada lanjutan 😂, kalau mau ada lanjutan tapi bukan soal Michel, entah seseorang yang terinspirasi sama Michael aja, ini ending udah super pas

    BalasHapus
  5. Anonim12:52 PM

    walau Michael Myers main cuma 10 menit aja tetap serem berkelas....

    BalasHapus
  6. Anonim11:15 PM

    "Fantasi para nerd" wkwk gw nerd gak pernah fantasi gitu. Anyway, bener, awal Ampe akhir boring parah, gw gak nonton Christine tapi mungkin maksudnya tribute yang itu ya. Sampai klimaks plus voice over dari Laurie jadi 180 derajat puas banget sama akhir saga ini. Masalahnya cuman di klimaks kurang lama adu mekaniknya sama kenapa tempatnya mesti di dapur.

    BalasHapus
  7. Sampah banget nih film, mungkin kalau jadi yg kedua bakal lumayan. Tapi karena film kedua sampah, ini juga ikutan sampah.

    BalasHapus
  8. Anonim3:24 PM

    puas banget ini film...habis sudah jasad Michael Myers....melodrama khusus bagi fans halloween aja untuk film trilogi ini....

    BalasHapus