28/11/23

REVIEW - SETAN ALAS!

0 View

Setan Alas! memberi pengalaman sinematik yang cukup menyenangkan. Selain karena alurnya secara liar mengutak-atik sembari mengkritik (lebih tepatnya "mengejek") pakem horor lokal, ia pun membawa semangat yang belakangan makin jarang saya temui. Semangat sekelompok individu, yang walau dihadang keterbatasan kemampuan dan sumber daya, tetap bisa bersenang-senang melahirkan karya. Semangat yang bak menggaungkan teriakan "Ini indie bung!". 

"Lupakan semua yang kau tahu tentang film horor", ucap tagline-nya. Percaya diri? Sangat. Tapi mengingat Setan Alas! lahir dari kepala Yusron Fuadi yang sebelumnya menelurkan Tengkorak (2018), kepercayaan diri tersebut tidaklah mengejutkan. Yusron memang menggandrungi horor. Ketika film ini dibuka memakai aerial shot pemandangan hutan diiringi lagu sendu, saya pun curiga ia tengah mengutarakan cinta kepada Cannibal Holocaust (1980). 

Alkisah lima mahasiswa (Anastasia Herzigova, Winner Wijaya, Adhin Abdul Hakim, Putri Anggie, Ibrahim Allami) berlibur ke sebuah villa terpencil di tengah hutan. Di sepanjang perjalanan, mereka meributkan potensi pertemuan dengan makhluk halus sebagaimana jamak terjadi dalam film horor. Bisa ditebak, kekhawatiran itu akhirnya jadi kenyataan.

Tentu keklisean yang terpancar dari sinopsis di atas bakal segrera diobrak-abrik oleh naskah hasil tulisan Yusron bersama Anindita Suryarasmi (B.W. Purba Negara dan Richard James Halstead turut diberi kredit "co-writer"). Jika sebelumnya Jatuh Cinta Seperti di Film-Film menghadirkan tontonan meta yang menyindir seluk-beluk industri film Indonesia secara general, maka ke-meta-an Setan Alas! mengkhususkan diri di genre horor. 

Berangkat dari kejengahan sang kreator, Setan Alas! meluapkan amarah terhadap kemalasan para penulis horor tanah air, kadang secara terang-terangan melalui sumpah serapah. Memanfaatkan elemen meta-nya, film ini membebaskan diri dari belenggu formula, bergerak semaunya sendiri menuju arah-arah tak terduga yang efektif memancing rasa penasaran. 

Sekali lagi, kental "semangat indie". Yusron dan tim ingin bergembira tanpa memedulikan tuntutan apa pun. Sebuah semangat yang membuat saya bersedia memaafkan setumpuk kekurangan Setan Alas!. Pertama terkait penampilan cast. Mereka telah berjuang semaksimal mungkin, namun pada akhirnya ada batasan kualitas yang belum mampu ditembus. 

Padahal gaya penuturan Yusron yang berorientasi pada dialog amat bergantung pada kekuatan pelakon (itulah mengapa film pendeknya, Bambang, yang dimotori Seteng A. Yuniawan dan Ernanta Kusuma tampil memikat). Akting yang tak cukup lepas, ditambah penyuntingan kacau terutama di paruh pertama (sebuah upaya memberi kesan dinamis yang tak berjalan mulus), membuat obrolan karakternya makin melelahkan untuk diikuti, kemudian mengurangi daya hibur film. 

Masalah kedua terletak pada rules. Timbul pertanyaan besar yang luput naskahnya olah terkait tokoh-tokohnya (tepatnya "penggerak" di balik segala keputusan yang mereka ambil), sehingga pembangunan dunia Setan Alas! terasa kurang utuh dan solid. 

Tapi semangat dan intensi film ini tetaplah mengagumkan. Di ranah penulisan, Yusron mulai bersedia menekan tendensi "asyik sendiri" yang membuat banyak adegan bergulir terlalu lama. Pun sebagaimana Tengkorak, Setan Alas! kembali menyuguhkan pertunjukan efek spesial memukau, baik CGI yang pemakaiannya efektif, maupun efek praktikal yang memungkinkan Yusron menghadirkan "reka ulang" untuk salah satu momen paling ikonik dalam Inception. 

(JAFF 2023)

25 komentar :

  1. Anonim2:40 PM

    JELAS, FILM TERBAIK

    BalasHapus
  2. Anonim2:43 PM

    naskah hasil tulisan Yusron bersama Anindita Suryarasmi (B.W. Purba Negara dan Richard James Halstead turut diberi kredit "co-writer" luar biasa mengagumkan, slowburn & plot twist

    BalasHapus
  3. Anonim2:46 PM

    tengkorak yang keren gagal di layar bioskop, apakah setan alas juga bernasib sama

    kita tunggu saja reaksi & jumlah penonton yang sesungguhnya di bioskop dan apakah bioskop juga akan tidak menganak tirikan film hebat ini

    BalasHapus
  4. Anonim2:47 PM

    film indie berkelas, ini baru alternatif semesta drama remaja fantasy

    BalasHapus
  5. Anonim2:47 PM

    gue sudah nonton, lumayan bagus

    BalasHapus
  6. Anonim2:48 PM

    film biasa aja, skip juga boleh, gue kasih skor terbaik : 9/10

    BalasHapus
  7. Anonim2:55 PM

    akting natural dari Anastasia Herzigova, Winner Wijaya, Adhin Abdul Hakim, Putri Anggie, Ibrahim Allami bikin cerita mengalir alamiah

    BalasHapus
  8. Apakah bisa dibilang sebagai versi Indonesia dari The Cabin in the Woods?

    BalasHapus
  9. Anonim3:58 PM

    WTF, DASAR SETAN ALAS ❤️

    BalasHapus
  10. Anonim3:59 PM

    good movie altenatif film

    BalasHapus
  11. Anonim3:59 PM

    bagus, sudah nonton, ngantuk

    BalasHapus
  12. Anonim3:59 PM

    semesta tengkorak universe

    BalasHapus
  13. Anonim4:00 PM

    keren njrit

    BalasHapus
  14. Anonim4:00 PM

    nggak dulu, tunggu netflix

    BalasHapus
  15. Anonim4:00 PM

    BEST OF THE BEST FILM

    BalasHapus
  16. Anonim7:31 PM

    serem konak kocak drama jadi satu

    BalasHapus
  17. Anonim7:31 PM

    worth it this movie

    BalasHapus
  18. Anonim8:55 AM

    generasi emas film indie

    BalasHapus
  19. Anonim2:00 PM

    film bagus, film nggak laku

    BalasHapus
  20. Anonim9:11 AM

    film festival indie is the best

    BalasHapus
  21. Anonim7:16 PM

    film ancur

    BalasHapus
  22. Anonim8:46 PM

    masuk netflix

    BalasHapus
  23. Anonim8:47 PM

    streming aja agar tidak flop

    BalasHapus
  24. Anonim8:47 PM

    setan alas gagal raih penonton

    BalasHapus