13 Bom di Jakarta tak ubahnya b-movie Hollywood yang langsung dilempar ke rak DVD, dengan plot, karakter, serta baku tembak yang seluruhnya generik. Tapi menilik iklim film aksi Indonesia yang cenderung jalan di tempat, kehadiran karya terbaru Angga Dwimas Sasongko ini masih mampu mengembuskan sedikit angin segar.
Sesuai judulnya, alkisah Jakarta tengah diteror oleh sekelompok teroris, yang di bawah pimpinan Arok (Rio Dewanto) dan sang ahli teknologi, Waluyo (Muhammad Khan), mengancam bakal meledakkan 13 bom yang telah ditanam di berbagai sudut kota, apabila permintaan uang dalam bentuk kripto yang harus dikirim melalui Indodax tak dipenuhi. Yah, 13 Bom di Jakarta memang bak iklan berdurasi dua setengah jam bagi Indodax.
Penyelidikan tim kontraterorisme yang dimotori oleh Damaskus (Rukman Rosadi), Karin (Putri Ayudya), dan Emil (Ganindra Bimo) berujung melibatkan dua pendiri Indodax, Oscar (Chicco Kurniawan) dan William (Ardhito Pramono), yang dicurigai punya kaitan dengan gembong teroris tersebut.
Tidak ada yang spesial dari alur dalam naskah hasil tulisan Angga Dwimas Sasongko dan M. Irfan Ramly. Muncul pula ambiguitas ketika menyaksikan beberapa anggota tim kontraterorisme kerap melakukan blunder. Apakah itu kesengajaan selaku cara naskahnya mengkritik ketidakbecusan instansi negara, atau cuma wujud kemalasan naskahnya yang memaksakan kebodohan karakter supaya alur dapat bergerak?
Tapi setidaknya, di paruh awal 13 Bom di Jakarta tampil dengan urgensi tinggi. Pengarahan Angga, tata kamera besutan Arnand Pratikto, penyuntingan Hendra Adhi Susanto, musik gubahan Abel Huray, hingga gerak-gerik jajaran pemainnya, memancarkan kesan bahwa karakternya berpacu dengan waktu, yang berujung membangun intensitas tinggi.
Sayangnya urgensi itu melemah, seiring kegagalan usaha naskah menjalin ikatan antara penonton dengan karakternya. Oscar dan William bukan protagonis dengan penokohan menarik layaknya para komplotan di Mencuri Raden Saleh yang tahun lalu membuka mata Visinema kalau film aksi berada dalam jangkauan mereka.
Alhasil, tatkala paruh kedua mengesampingkan ancaman para teroris, lalu mengambil jalan memutar guna menghabiskan lebih banyak waktu bersama duo Indodax tersebut, daya tarik serta intensitas filmnya menurun drastis. Bahkan di saat Lutesha yang memerankan Agnes, kekasih William, memberi tambahan warna melalui performa yang mengungguli materi yang sang aktris dapatkan.
Sebagai spektakel besar, film ini perlu lebih dari akting kuat para pemain. Putri Ayudya meyakinkan dalam memerankan agen wanita tangguh, begitu pula Rio Dewanto sebagai teroris penuh dendam yang menganggap dirinya adalah "manusia yang dikubur hidup-hidup oleh Tuhan", sementara Muhammad Khan kembali membuktikan kualitasnya yang masih jarang diapresiasi, namun semua bakal percuma andai 13 Bom di Jakarta tak memiliki aksi seru.
Jangan mengharapkan suguhan aksi spesial. Berondongan peluru sampai kebut-kebutan di tengah jalan, seluruhnya terasa tipikal. Tanpa koreo maupun tata kamera mumpuni. Klimaksnya pun melakukan dosa besar dengan luput melibatkan penonton dalam proses peretasan yang para protagonisnya lakukan. Mendadak salah satu dari mereka berteriak, "Fuck yes!", selaku penanda bahwa aksinya telah berhasil. Seolah Angga sendiri kehabisan ide, kebingungan harus bagaimana menyajikan peretasan itu supaya tampil menarik dan menegangkan.
Walau demikian, departemen teknis 13 Bom di Jakarta patut diapresiasi. Menilik lambatnya pertumbuhan genre aksi di Indonesia, berbagai efek spesial, baik yang bersifat praktikal atau dengan bantuan CGI, merupakan sebuah pencapaian yang layak diberi apresiasi.
(JAFF 2023)
wow Angga Dwimas Sasongko cinematic universe mulai tersusun rapi di mulai dari mencuri raden saleh dan Budi Pekerti
BalasHapusBudi Pekerti mah Wregas Bhanuteja, kok jadi Angga Sasongko???
HapusTidurnya ketiban kasur ya bang?
HapusVisinema sekeren itu film film nya, alternatif berani
BalasHapusfilm ter baddass tahun 2023
BalasHapuskok tayang reguler injury time akhir tahun ya
BalasHapusjudul nya provokatif
semoga nggak di cekal ini film di bioskop
BalasHapusOMG WTF Damaskus (Rukman Rosadi), Karin (Putri Ayudya), dan Emil (Ganindra Bimo) jagoan polisi satu semesta nyata luar biasa Indonesia mampu membuat MCU
BalasHapus2 jempol untuk film ini
BalasHapusdeskripsi prolog langsung nge gasssss, pastikan jangan telat masuk ruang bioskop
BalasHapusingat nonton ya di bioskop, jangan di bajakan streaming illegal
BalasHapusalur skenario plot twist kocak tragis
BalasHapusSkip, paling kualitasnya 11 12 sama MRS yg overrated
BalasHapusakhir bulan akhir tahun boom boom car so wow
BalasHapuspenjabaran detail nan mempesona star 13 bom di jakarta
BalasHapusLSF plaease
BalasHapussomething so cool film
BalasHapusjujur, alur dalam naskah hasil tulisan Angga Dwimas Sasongko dan M. Irfan Ramly biasa aja di bandingkan Lele Laila yang berhasil menyabet NASKAH TERBAIK dalam film KKN di Desa Penari pada ajang PIALA ASIA PASIFIK 2023 yang mengalahkan kompetitor seluruh ASIA PASIFIK, namun...tulisan Angga Dwimas Sasongko selalau ada yang refresh dan kekinian
BalasHapusRio Dewanto badass pure top
BalasHapusPutri Ayudya over the hero
BalasHapusskip
BalasHapusi cant wait in theater
BalasHapusstreaming aja nanti
BalasHapusvisinema cinematic universe di mulai, keren
BalasHapusthanks mas rasyid atas review nya
BalasHapusfilm heboh, wajib nonton di IMAX LASER
BalasHapusjudul nya sensitif jelang akhir bulan akhir tahun
BalasHapuspembantaian se gore itu kah film bom ini
BalasHapusambisius universe visinema
BalasHapusgue heran : karakter budi pekerti nyambung banget dengan mencuri raden saleh dan 13 bon di jakarta
BalasHapusANONIM KIMAK, JEMBUT
BalasHapusgasuka lu? anjing
Hapus13 bom di jakarta, film cape banget
BalasHapusVisinema Cinematic Universe di Mulai...
BalasHapusThanks mas rasyid atas ulasan dan kolom komentar positif nya
BalasHapus