05/12/23

REVIEW - NAPOLEON

0 View

Napoleon mungkin bukan film biografi dan pelajaran sejarah dengan tingkat akurasi tinggi. Tidak perlu jadi sejarawan untuk tahu bahwa sang Kaisar Prancis tak pernah menembakkan meriam ke piramida seperti digambarkan oleh Ridley Scott di filmnya. Tapi sebagaimana di karya-karya lain sang sutradara yang juga bersinggungan dengan sejarah, akurasi bukanlah tujuan utama. 

Tapi justru itu alasan Napoleon tampil menggigit. Dia adalah biopic yang jadi lahan sang sineas menyuarakan visi artistiknya, ketimbang sebatas menceritakan ulang catatan sejarah. Diawali dari pemenggalan Marie Antoinette di tengah Revolusi Prancis pada 1793, Napoleon menyusun tragikomedi mengenai "sang pembawa kematian" yang konon telah merenggut tak kurang dari tiga juta nyawa. 

Ditulis naskahnya oleh David Scarpa, sebagai biopic, film ini membawa bentuk narasi unik. Ditautkannya perang-perang yang dilewati Napoleon Bonaparte (Joaquin Phoenix), dengan pernikahannya dan Joséphine (Vanessa Kirby). Keduanya punya hubungan rumit cenderung toxic yang sarat dinamika cinta/benci. 

Joséphine berselingkuh, sedangkan Napoleon menuruti saran ibunya (Sinéad Cusack) untuk menghamili wanita lain, sebagai cara menguji apakah sang istri memang tak bisa memberinya keturunan. Mereka saling mengutarakan sakit hati, hanya untuk sejurus kemudian menyampaikan ketidakmampuan hidup tanpa satu sama lain. 

Mungkin di mata Scott dan Scarpa, demikianlah hubungan Napoleon dan Prancis. Sebagaimana di pernikahannya, kepercayaan diri berlebih telah membutakan Napoleon, membuatnya gagal menyadari adanya kemungkinan kalau sang istri maupun tanah airnya terluka akibat tindakannya. Di mata Napoleon, ia tulus mencintai mereka, begitu pula sebaliknya. 

Napoleon menumpahkan banyak darah di peperangan, karena baginya itulah cara mengekspresikan cinta. Dia berperang demi melindungi negara serta keluarga. Bahkan serbuan ke Mesir ia anggap sebagai bentuk "pembebasan". Cara si protagonis memandang kehidupan itulah yang jadi pondasi komedi filmnya, apalagi ketika Joaquin Phoenix menginterpretasikan karakternya bak anak kecil manja yang merengek saat sesuatu tak berjalan sesuai harapan. 

Harus diakui, pendekatan tersebut menciptakan inkonsistensi tone. Ada kalanya Napoleon jadi cerita sejarah kelam nan brutal, namun tidak jarang ia tampil bak period nyeleneh macam The Favorite buatan Yorgos Lanthimos. Tapi daya hiburnya tak bisa disangkal, dan sekali lagi, menunjukkan visi Ridley Scott. Dia punya sesuatu untuk disuarakan, lalu menolak tunduk pada aturan-aturan bercerita maupun tetek bengek akurasi sejarah.

Tapi rasanya takkan ada yang menyangkal kehebatan Scott dalam mengarahkan sekuen peperangan. Besar, brutal, dan terpenting, tidak artificial. Berbeda dengan banyak sineas modern bakal terlampau bergantung pada efek komputer hampa jika dihadiahi bujet ratusan juta (konon Napoleon memakan biaya 200 juta dollar), Scott tak ubahnya komandan perang lihai yang mengincar kesempurnaan, hingga bersedia memerhatikan detail terkecil demi kemenangan. Sama seperti saat Napoleon memamerkan kecerdikan strateginya dengan memanfaatkan danau es di Pertempuran Austerlitz. 

21 komentar :

  1. Anonim12:20 PM

    nonton di IMAX LASER lebih berasa benar nyata ketika pasukan napoleon menembakkan meriam ke piramida

    BalasHapus
  2. Anonim12:22 PM

    Joaquin Phoenix selalu memberikan the best of the best performance

    seandainya saja saudaranya tidak over dosis dead, duet terbaik nyata terjadi

    BalasHapus
  3. Anonim12:23 PM

    fantasy dimensi Ridley Scott selalu keren

    BalasHapus
  4. Anonim12:24 PM

    WTF bak Drumner Metallica di bom ketika mainkan musik di area battle...epic !!!

    BalasHapus
  5. Anonim12:25 PM

    permainan di meja makan Vanessa Kirby benar benar menggemaskan

    BalasHapus
  6. Anonim12:31 PM

    menyenangkan di ruangan satin menyaksikan napoleon bercinta dan berperang

    BalasHapus
  7. Anonim12:31 PM

    film history paling dark konak kocak dan tragis

    BalasHapus
  8. Anonim2:00 PM

    Penulis lele laila.. rating 11/10

    BalasHapus
  9. Anonim8:07 PM

    Versi Napoleon Bonaparte (Joaquin Phoenix) dan Joséphine (Vanessa Kirby) sungguh manusiawi dan kocak

    BalasHapus
  10. Anonim8:13 PM

    trigger sejarah & romansa

    BalasHapus
  11. Anonim8:14 PM

    OMG WTF keren realistis 100% original napoleon terbaik

    BalasHapus
  12. Anonim6:37 AM

    salah satu film terbaik 2023

    BalasHapus
  13. Anonim6:37 AM

    biography keren romantis

    BalasHapus
  14. Anonim6:37 AM

    ngakak gue nonton film ini, menghibur

    BalasHapus
  15. Anonim6:38 AM

    outstanding !!!

    BalasHapus
  16. Anonim6:19 PM

    nonjok banget ini film

    BalasHapus
  17. Anonim6:20 PM

    sejarah never lie, lie for the winner

    BalasHapus
  18. Anonim6:24 PM

    di kira kisah nyata polisi indonesia...

    BalasHapus
  19. Anonim6:24 PM

    selalu ada film terbaik sejarah tiap tahun itu bagus

    BalasHapus
  20. Anonim6:24 PM

    bagus film nya, enjoy it

    BalasHapus
  21. Anonim10:38 PM

    membosankan

    BalasHapus