REVIEW - NAPOLEON
Napoleon mungkin bukan film biografi dan pelajaran sejarah dengan tingkat akurasi tinggi. Tidak perlu jadi sejarawan untuk tahu bahwa sang Kaisar Prancis tak pernah menembakkan meriam ke piramida seperti digambarkan oleh Ridley Scott di filmnya. Tapi sebagaimana di karya-karya lain sang sutradara yang juga bersinggungan dengan sejarah, akurasi bukanlah tujuan utama.
Tapi justru itu alasan Napoleon tampil menggigit. Dia adalah biopic yang jadi lahan sang sineas menyuarakan visi artistiknya, ketimbang sebatas menceritakan ulang catatan sejarah. Diawali dari pemenggalan Marie Antoinette di tengah Revolusi Prancis pada 1793, Napoleon menyusun tragikomedi mengenai "sang pembawa kematian" yang konon telah merenggut tak kurang dari tiga juta nyawa.
Ditulis naskahnya oleh David Scarpa, sebagai biopic, film ini membawa bentuk narasi unik. Ditautkannya perang-perang yang dilewati Napoleon Bonaparte (Joaquin Phoenix), dengan pernikahannya dan Joséphine (Vanessa Kirby). Keduanya punya hubungan rumit cenderung toxic yang sarat dinamika cinta/benci.
Joséphine berselingkuh, sedangkan Napoleon menuruti saran ibunya (Sinéad Cusack) untuk menghamili wanita lain, sebagai cara menguji apakah sang istri memang tak bisa memberinya keturunan. Mereka saling mengutarakan sakit hati, hanya untuk sejurus kemudian menyampaikan ketidakmampuan hidup tanpa satu sama lain.
Mungkin di mata Scott dan Scarpa, demikianlah hubungan Napoleon dan Prancis. Sebagaimana di pernikahannya, kepercayaan diri berlebih telah membutakan Napoleon, membuatnya gagal menyadari adanya kemungkinan kalau sang istri maupun tanah airnya terluka akibat tindakannya. Di mata Napoleon, ia tulus mencintai mereka, begitu pula sebaliknya.
Napoleon menumpahkan banyak darah di peperangan, karena baginya itulah cara mengekspresikan cinta. Dia berperang demi melindungi negara serta keluarga. Bahkan serbuan ke Mesir ia anggap sebagai bentuk "pembebasan". Cara si protagonis memandang kehidupan itulah yang jadi pondasi komedi filmnya, apalagi ketika Joaquin Phoenix menginterpretasikan karakternya bak anak kecil manja yang merengek saat sesuatu tak berjalan sesuai harapan.
Harus diakui, pendekatan tersebut menciptakan inkonsistensi tone. Ada kalanya Napoleon jadi cerita sejarah kelam nan brutal, namun tidak jarang ia tampil bak period nyeleneh macam The Favorite buatan Yorgos Lanthimos. Tapi daya hiburnya tak bisa disangkal, dan sekali lagi, menunjukkan visi Ridley Scott. Dia punya sesuatu untuk disuarakan, lalu menolak tunduk pada aturan-aturan bercerita maupun tetek bengek akurasi sejarah.
Tapi rasanya takkan ada yang menyangkal kehebatan Scott dalam mengarahkan sekuen peperangan. Besar, brutal, dan terpenting, tidak artificial. Berbeda dengan banyak sineas modern bakal terlampau bergantung pada efek komputer hampa jika dihadiahi bujet ratusan juta (konon Napoleon memakan biaya 200 juta dollar), Scott tak ubahnya komandan perang lihai yang mengincar kesempurnaan, hingga bersedia memerhatikan detail terkecil demi kemenangan. Sama seperti saat Napoleon memamerkan kecerdikan strateginya dengan memanfaatkan danau es di Pertempuran Austerlitz.
21 komentar :
Comment Page:nonton di IMAX LASER lebih berasa benar nyata ketika pasukan napoleon menembakkan meriam ke piramida
Joaquin Phoenix selalu memberikan the best of the best performance
seandainya saja saudaranya tidak over dosis dead, duet terbaik nyata terjadi
fantasy dimensi Ridley Scott selalu keren
WTF bak Drumner Metallica di bom ketika mainkan musik di area battle...epic !!!
permainan di meja makan Vanessa Kirby benar benar menggemaskan
menyenangkan di ruangan satin menyaksikan napoleon bercinta dan berperang
film history paling dark konak kocak dan tragis
Penulis lele laila.. rating 11/10
Versi Napoleon Bonaparte (Joaquin Phoenix) dan Joséphine (Vanessa Kirby) sungguh manusiawi dan kocak
trigger sejarah & romansa
OMG WTF keren realistis 100% original napoleon terbaik
salah satu film terbaik 2023
biography keren romantis
ngakak gue nonton film ini, menghibur
outstanding !!!
nonjok banget ini film
sejarah never lie, lie for the winner
di kira kisah nyata polisi indonesia...
selalu ada film terbaik sejarah tiap tahun itu bagus
bagus film nya, enjoy it
membosankan
Posting Komentar