Matthew Vaughn kembali menghadirkan suguhan spionase dengan ide unik: Bagaimana jika seorang novelis begitu jago, hingga karyanya dianggap bisa memprediksi peristiwa di dunia nyata? Hasilnya menghibur, terutama berkat keliaran sang sineas mengeksplorasi aksi sebagaimana ia lakukan di seri Kingsman. Tapi filmnya baru benar-benar menggigit tatkala alur mulai bergerak ke arah lebih generik dan meninggalkan premis segar di atas.
Elly Conway (Bryce Dallas Howard) dikenal selaku penulis cerita mata-mata handal berkat seri novel Argylle buatannya yang telah mencapai jilid kelima. Pilihan narasi menarik diambil oleh naskah buatan Jason Fuchs, dengan turut memvisualisasikan novel tersebut.
Kita pun berkesempatan menyaksikan Argylle si mata-mata, yang diperankan Henry Cavill dengan dandanan gaya rambut serta busana bak parodi dari karakter Jet Li di Fist of Legend (1994), beraksi bersama rekannya, Wyatt (John Cena), meringkus LaGrange (Dua Lipa) si teroris. Adegan berlatar jalanan Yunani yang membuka film ini, tampil masif ala kejar-kejaran milik Fast & Furious. Seru, biarpun kurang mulusnya efek CGI di beberapa titik (terulang beberapa kali di sepanjang durasi) tak jarang terasa mengganggu.
Saking akuratnya novel Argylle menggambarkan dunia spionase, Elly pun dikenal sebagai "penulis cerita mata-mata yang karyanya juga dibaca oleh mata-mata sungguhan". Tanpa Elly duga, pujian tersebut menggiringnya menuju bahaya, saat terungkap bahwa novel Argylle sungguh-sungguh memprediksi peristiwa nyata yang bersifat rahasia.
Pertemuan Elly dengan Aidan (Sam Rockwell) si mata-mata yang melindunginya dari kejaran organisasi yang dipimpin Ritter (Bryan Cranston) menyulut setumpuk pertanyaan menarik. "Bagaimana novel Elly mampu memprediksi realita?", "Hal apa saja yang berhasil diprediksi?", dll.
Sayang, naskahnya seolah tak tahu bagaimana gagasan brilian itu seharusnya dikembangkan. Mencapai pertengahan durasi, ketimbang mengeksplorasi premisnya lebih lanjut, naskahnya lebih memilih untuk mengulur-ulur interaksi Elly dan Aidan, yang lama-kelamaan terasa melelahkan walau Bryce Dallas Howard dan Sam Rockwell sama-sama tampil menghibur.
Penceritaan Argylle baru menemukan daya tarik ketika kebenaran di balik novel Elly telah terungkap. Sejak titik tersebut, di luar twist demi twist yang efektif membuat penonton menaruh rasa curiga kepada semua karakter, alurnya cenderung lebih generik. Mungkin karena dari situ filmnya jadi lebih jujur, di mana Fuchs tak lagi memaksakan diri menulis sesuatu yang berada di luar jangkauan kemampuannya.
Sorotan pun beralih ke arah aksi, yang menjadi elemen terbaik film ini. Sedari awal, pengarahan aksi Vaughn sudah stylish seperti biasa. Gerak kamera dinamis ditambah koreografi beraroma gun fu memberi taburan bumbu-bumbu yang luar biasa lezat.
Babak ketiganya adalah puncak eksplorasi liar sang sutradara. Vaughn yang tak pernah ragu menyusun adegan over-the-top, kembali mampu mengubah kekonyolan serba berlebih menjadi pemandangan keren. Baku tembak penuh warna bak dansa dua manusia yang jatuh cinta, sampai pertunjukan seluncur es super mematikan, merupakan menu-menu dahsyat yang akan membuat lubang penceritaan selebar apa pun layak dimaafkan.
WOW film yang masuk dalam Kingsman Cinematic Universe,,,
BalasHapusini baru manusiawi jagoannya gendut, Elly Conway,,nggak recehan harus seperti patung pahat
BalasHapusWTF
BalasHapusfilm bombastis fantastis
BalasHapuskeren banget
BalasHapusfilm homophobia
BalasHapusice skating nya luar biasa badass
BalasHapusnaskah buatan Jason Fuchs di luar nalar para sesepuh
BalasHapusMatthew Vaughn liar seperti biasa : fun komedi musikal thriller recehan boom
BalasHapusskor film ini 8/10
BalasHapusboring
BalasHapusB aja
BalasHapusBadass Movie
BalasHapussesegar lemon drink ketika nonton
BalasHapuswhoaaaaa ndak bagus
BalasHapusngantuk banget
BalasHapusagak laen ini film sex fantasy
BalasHapusfilm jelang pubertas
BalasHapusbocil pasti suka nonton ini film
BalasHapusdunia pelangi
BalasHapusjelek buang waktu
BalasHapus