02/02/24

REVIEW - EKSIL

0 View

D.N. Aidit, sekjen Partai Komunis Indonesia (PKI), mampu khatam Al Qur'an sebanyak tiga kali dalam waktu singkat. Bagaimana mungkin? Bukankah PKI merupakan musuh umat beragama? Itulah mengapa Eksil garapan Lola Amaria amat penting disaksikan. Diciptakannya ruang bersuara sebagai cara menyeimbangkan perspektif. Sebuah pengingat, bahwa ada versi lain di luar catatan sejarah resmi yang ditulis oleh penguasa. 

Ada alasan mengapa belum begitu banyak film Indonesia, baik di dalam maupun luar arus utama, yang menjadikan peristiwa G30S tahun 1965 selaku pokok bahasan. Siapa yang berani ambil risiko dituding sebagai pengkhianat negara? Jangankan menyelisik lebih jauh, mengucap nama "PKI" saja sudah cukup memancing perasaan was-was, seolah baru mengatakan hal terlarang. 

Eksil punya bentuk yang cenderung konvensional. Dibanding kebanyakan dokumenter konvensional pun ia tergolong sederhana. Tidak banyak footage pelengkap disertakan, di mana dua jam durasinya didominasi wawancara. Teknisnya boleh sederhana, namun tidak dengan narasi. Perlu keberanian yang tidak sedikit untuk menangkap, kemudian mempertontonkan rekaman kata-kata jujur dari para narasumbernya.

Sesuai judulnya, narasumber Eksil terdiri atas beberapa pria tua, yang sewaktu peristiwa 1965 terjadi tengah menuntut ilmu di luar negeri, lalu tidak bisa pulang ke Indonesia, bahkan kehilangan kewarganegaraan, akibat menolak tunduk pada paksaan Orde Baru. Salah satu eksil menyampaikan keinginan hidup sampai tahun 2020 (produksi dilakukan sekitar tahun 2015). Alasannya? Dia ingin memperingati 100 tahun PKI. Masih meragukan keberanian Lola dan tim? 

Biarpun dikemas sederhana, kesan monoton tak pernah hadir, sebab masing-masing narasumber membawa cerita menarik, yang kebanyakan memilukan. Ada yang merelakan sang istri dinikahi oleh teman sendiri di Indonesia akibat sulitnya kondisi finansial keluarga tertuduh PKI, ada pula yang memilih tak berkeluarga karena merasa  semua orang di sekitarnya adalah mata-mata. Ada yang merindukan pemandangan pedesaan khas Indonesia, ada yang akhirnya berhasil pulang setelah tiga dekade hanya untuk mendapatkan persekusi. 

Jajaran narasumbernya mampu meninggalkan kesan mendalam berkat segala cerita tadi. Kita sebagai penonton dapat dengan mudah mengingat karakter-karakter dalam film yang tengah ditonton, dan secara otomatis, kita sebagai rakyat Indonesia bakal terus mengingat saudara sebangsa yang hidup terbuang. Tidak seharusnya mereka dilupakan. Tidak seharusnya seorang warga negara kehilangan 30 tahun yang membuatnya merasa asing sewaktu kembali menginjakkan kaki di tanah air. 

Pasca deretan drama yang kurang berkesan dalam satu dekade terakhir (Jingga, Labuan Hati, Lima, 6,9 Detik), Eksil mengingatkan lagi mengapa Lola Amaria digadang-gadang sebagai sutradara berbakat ketika dahulu merilis Minggu Pagi di Victoria Park (2010). Footage yang ia tangkap banyak yang mempunyai dampak emosional luar biasa. Misal sebuah prosesi pemakaman di gereja dengan iringan lagu Indonesia Pusaka, hingga lambaian tangan para eksil di penghujung film, yang seolah ingin menyampaikan "Sampai berjumpa lagi suatu hari nanti wahai ibu pertiwi". 

35 komentar :

  1. Anonim2:59 PM

    film terhoror 2024

    BalasHapus
  2. Anonim2:59 PM

    ngeri cuy

    BalasHapus
  3. Anonim3:00 PM

    parah banget so dramatik

    BalasHapus
  4. Anonim3:00 PM

    nangis bombay

    BalasHapus
  5. Anonim3:00 PM

    film bagus

    BalasHapus
  6. Anonim3:01 PM

    tayang terbatas sayang banget

    BalasHapus
  7. Anonim3:01 PM

    skor film : 10/10

    BalasHapus
  8. Anonim3:02 PM

    AMAZING HISTORY

    BalasHapus
  9. Anonim3:03 PM

    wtf so damned

    BalasHapus
  10. Anonim7:26 PM

    Pas banget lagi baca novel Ronggeng Dukuh Paruk yang juga melibatkan PKI. Aduh, masih banyak sejarah di Indonesia ini yang belum diketahui dengan jelas.

    BalasHapus
  11. Anonim9:20 PM

    Lola Amaria jelas the best

    BalasHapus
  12. Anonim9:20 PM

    film mencabik hati

    BalasHapus
  13. Anonim9:21 PM

    Joko Anwar Harus Bisa Mengambil Tema Ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anonim11:53 PM

      udah di nightmares and daydreams sama siksa kubur nanti

      Hapus
  14. Anonim9:21 PM

    Jika lele laila ambil pendekatan seperti film ini hasilnya pasti lebih cuan box office

    BalasHapus
  15. Anonim9:22 PM

    mendung tanpa udan nangis beuh

    BalasHapus
  16. Anonim9:22 PM

    good movie masa lalu

    BalasHapus
  17. Anonim9:23 PM

    kisah sejarah terabaikan

    BalasHapus
  18. Anonim9:23 PM

    NKRI Harga Mati

    BalasHapus
  19. Anonim9:23 PM

    Roman Picisan Anak ABG

    BalasHapus
  20. Anonim9:24 PM

    jas merah

    BalasHapus
  21. Anonim8:41 PM

    Nnton dmana ya

    BalasHapus
  22. Anonim4:45 PM

    film bagus cuma sehari, tayang terbatas, bioskop terbatas

    BalasHapus
  23. Anonim4:45 PM

    tunggu di streaming aja

    BalasHapus
  24. sinematakusai9:52 AM

    kepada teman-teman yang baca review harap segera menonton bioskop terdekat yang membuka layar untuk film, mbak lola amaria bilang untuk masuk OTT masih lama

    BalasHapus
  25. Anonim1:54 PM

    Lets go nonton

    BalasHapus
  26. Anonim1:54 PM

    Yuk watch

    BalasHapus
  27. Anonim1:54 PM

    Sikat abis nonton

    BalasHapus
  28. Anonim1:55 PM

    Cek Jadual Bioskop

    BalasHapus
  29. Anonim11:10 PM

    Pengen nonton

    BalasHapus
  30. Anonim4:47 PM

    Freedom For Movie

    BalasHapus
  31. Anonim4:47 PM

    banyak yang dead juga

    BalasHapus
  32. Anonim4:47 PM

    perjuangan panjang untuk buat film ini

    BalasHapus