REVIEW - TOTTO-CHAN: THE LITTLE GIRL AT THE WINDOW

25 komentar

Sampai saat ini, Totto-Chan: The Little Girl at the Window adalah film terindah yang saya tonton sepanjang 2024. Slice of life yang ringan di permukaan namun di dalamnya menyimpan kompleksitas, menggelitik sekaligus menyakitkan, tampil begitu cantik walau mempunyai sisi kelam. Adaptasi novel autobiografi berjudul sama karya Tetsuko Kuroyanagi ini adalah mahakarya yang sanggup mengalirkan air mata selama 114 menit durasinya. 

Goresan warna lembut dengan garis putus-putus yang bak mencerminkan keindahan di balik ketidaksempurnaan hidup melatari dunia tempat kita berkenalan dengan gadis cilik bernama Totto-Chan. Perang Dunia II mulai mengintip, tapi ada masalah yang lebih dekat tengah dialami Totto-Chan. Dia dikeluarkan dari sekolah akibat dianggap susah diatur. Sebutan "biang masalah" pun kerap didapat, tapi secara tersirat kita tahu ia bukan sebatas bocah nakal, melainkan pemilik ADHD. 

Sampai sang ibu menemukan sekolah baru bagi Totto-Chan, yakni Tomoe Gakuen milik Pak Kobayashi. Di sanalah Totto-Chan bertemu teman-teman yang juga dianggap berbeda, termasuk Yasuaki si pengidap polio, dan rutinitas mereka menjadi pondasi alur film ini. Naskah buatan sang sutradara, Shinnosuke Yakuwa, bersama Yōsuke Suzuki bercerita secara episodik, menghasilkan lompatan-lompatan yang cenderung kasar antar peristiwa. 

Hal di atas jadi satu-satunya kekurangan (minor) Totto-Chan: The Little Girl at the Window. Sisanya adalah presentasi indah mengenai hidup. Bagaimana hidup sungguh berat, khususnya pada masa perang, namun Totto-Chan dan kawan-kawan selalu menemukan cara untuk tersenyum berkat kepolosan mereka. Hal-hal sederhana seperti menginap bersama di sekolah guna menunggu kedatangan gerbong kereta bekas yang Pak Kobayashi pakai sebagai pengganti ruangan nyatanya bisa memproduksi kebahagiaan. 

Tawa bahagia para bocah dalam ruang aman yang memberi mereka kebebasan mampu menciptakan pemandangan menyentuh, apalagi saat musik kaya rasa gubahan Yuji Nomi senantiasa mengiringi. Pun selaku sutradara, Shinnosuke Yakuwa tahu betul cara mengaduk-aduk hati penonton. Contohnya tiap Totto-Chan: The Little Girl at the Window beralih sejenak dari realisme, menuju momen sureal (dengan gaya animasi berbeda-beda di tiap adegan) yang mewakili indahnya imajinasi anak-anak.

Bahasa visual memang merupakan keunggulan terbesar Yakuwa, yang membuat filmnya piawai menyampaikan pesan dan rasa melalui teknik non-verbal. Lihat adegan saat Pak Kobayashi diam-diam mengamati tindak-tanduk murid-muridnya dari jendela, atau pemandangan indah sekaligus menyakitkan di babak ketiga kala Totto-Chan berlari melintasi kota, mewakili proses tumbuh kembangnya berkenalan dengan konsep kematian serta kehilangan. 

Perjalanan coming-of-age tersebut ditutup secara begitu menyentuh lewat satu kalimat hangat. Di situ kita menyaksikan Totto-Chan yang sudah lebih dewasa, yang paham betul rasa sakit dari ujaran-ujaran kebencian, memberikan cinta sebagaimana pernah ia dampakan. Indah.

25 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

film khusus dewasa

Anonim mengatakan...

triger warning dampingi anak oleh orangtua jika emang maksa pengen nonton

Anonim mengatakan...

heran, masih ada aja orangtua bawa bocil untuk nonton film dewasa di bioskop, jangan jangan di rumah nya udah biasa nonton XXX plus

Anonim mengatakan...

kisah kekejaman tentara jepang di mata bocil dan dunia pendidikan

Anonim mengatakan...

TOTTO-CHAN: THE LITTLE GIRL AT THE WINDOW

❌❌❌❌❌

KISAH PENDIDIKAN & GURU PENGAJAR : FILM KARTUN DEWASA DI MATA BOCIL 1940 -1945

1. anak kecil hiperaktf & cerdas [yang tidak diterima di sekolah normal] yang menerima kegetiran kematian dan kelak menjadi dosen pengajar setelah perang dunia ke~2 dari desa ke kota

2. kepala sekolah yang tidak pernah putus asa walaupun kehilangan muridnya dan sekolahnya di bom sekutu

3. perilaku eksibisionis sejak dini di sekolah

4. kekejaman nippon : bukan saja secara eksternal, juga internal kepada warganya sendiri

5. bukan film khusus anak~anak

🔥🔥🔥🔥🔥🔥

Anonim mengatakan...

anime jepang kaya akan goresan tinta

Anonim mengatakan...

jelas akan mendapatkan oscar 2024 nanti di tahun 2025

Anonim mengatakan...

adult cartoon movie

Anonim mengatakan...

harusnya di banned ini film

Anonim mengatakan...

kenapa tidak ada sensor yang di film ini, hmmmmm

Anonim mengatakan...

film bagus, bukan untuk anak~anak

Anonim mengatakan...

story line nya kuat

Anonim mengatakan...

anime ala jepun

Anonim mengatakan...

emansipasi bocah

Anonim mengatakan...

dunia pelangi di mata anak

Anonim mengatakan...

skor ini film, cukup : 9/10

Anonim mengatakan...

jepang enak anime daripada live agak garing krupuk basi

Anonim mengatakan...

animasi yang sederhana bermakna

Anonim mengatakan...

ngantuk, bobo chan

Anonim mengatakan...

horror tragedi

Anonim mengatakan...

streaming aja deh

Anonim mengatakan...

Filmnya sebagus novelnya, buat para orang tua film Totto-chan bisa ngajarin untuk memahami dunia anak, cara mendidik anak yang baik sehingga bisa membuat anak lebih kreatif, berani, dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus mematikan kecerdasan anak-anak dan membatasi ruang geraknya. Film yang sangat heartwarming di 2024 :)))))

Anonim mengatakan...

film kegilaan anak anak

Anonim mengatakan...

film mengajarkan anak anak untuk telanjang bulat jika mau berenang bersama di kolam renang

Anonim mengatakan...

film cocok untuk orang dewasa